Double Up Mumpung lagi tanggal merah
Keara menghela nafasnya yang terasa sesak. Jantungnya berdegup sangat kencang di sebuah bangunan tua yang tidak jauh dari tempatnya memarkirkan mobil-nya. bangunan tua itu tampak menyeramkan tetapi cukup aneh dikarenakan masih ada penerangan lampu meskipun cukup redup tetapi janggal mengingat gedung itu terletak jauh dari keramaian serta berada ditempat dimana tidak ada kehidupan sama sekali.
yang lebih janggal beberapa mobil terparkir sembarangan di depan gedung tua itu dan Keara mengenali salah satu mobil itu. mobil milik suami-nya. berminggu-minggu Keara mengikuti Raihan disaat lelaki itu beralasan lembur dan mengatur strategi agar bisa masuk ke gedung itu dengan mudah.
dengan langkah gemetar Keara berjalan memutar memasuki hutan agar bisa masuk dari pintu samping gedung. sekali lagi Keara menarik nafas-nya mengahalau semua pemikiran buruk yang selalu menghantui Keara. Keara bahkan takut dengan pemikirannya sendiri.
Keara memutar handle pintu itu sepelan mungkin berharap pintu itu berkerja sama dengan tidak menimbulkan suara apapun.
Keara menghela nafas ketika dapat masuk dan tidak menduga bahwa di lantai dasar ini tidak ada penjaga sama sekali.
Keara mengendap-endap mengintip di balik tembok meraba pinggangnya memastikan pistol yang tentu saja ia curi dari brankas pribadi Raihan itu masih ada di pinggangnya. Keara baru tau bahwa Raihan memiliki berbagai macam senjata tajam dan membuat pikirannya semakin buruk. Keara tidak bisa menggunakan benda itu tetapi nekat membawanya demi membela diri. oh jangan lupa Keara juga membawa sebuah pisau lipat dan semprotan lada di pinggang sebelah kiri-nya berjaga-jaga siapa tau ia membutuhkan ketiga benda itu.
Keara melangkah perlahan menaiki tangga meski jantungnya berdebar kencang karena takut ada penjaga yang mengetahui aksi-nya. Keara tidak pernah membayangkan akan melakukan hal semengerikan ini.
Nafas Keara tercekat ketika dua orang penjaga melewatinya dan entah beruntung atau tidak kedua penjaga itu bahkan tidak merasakan kehadirannya padahal Keara nyaris berhadapan dengan mereka jika Keara tidak cepat bersembunyi di bagian ruangan yang tidak terkena lampu. thank to black jeans and jacket yang ia kenakan.
"menurut lu sandera itu mati gak malam ini?" Keara tertegun ketika lelaki yang melewatinya tadi mengatakan hal mengerikan itu tanpa beban seolah nyawa manusia tidak berharga sama sekali.
"Jangan sampai mati lah. lo mau jadi ganti-nya? kalau kata Bos dia harus tetap hidup kita nggak boleh membiarkan dia mati." suara kedua laki-laki itu makin tidak terdengar karena langkah mereka yang semakin menjauh turun ke kabawah.
Keara makin mempercepat langkahnya, berdoa didalam hati berharap semua pikiran buruk yang bercokol di otaknya saat ini hanyalah pikiran buruknya saja.
"Menurul lo. gimana kalau Keara tau kalau suaminya ini pembunuh berdarah dingin?" Keara mematung sedikit mengintip kedalam dengan penerangan terang seorang perempuan yang bahkan sudah tidak berpakaian itu terikat di sebuah tembok tangannya terikat di kiri dan kanan mengingatkan Keara dengan salib. kaki perempuan itu bahkan sudah tidak bisa menopang dirinya sendiri sedangkan tangannya tergantung. meskipun wajahnya sudah lebam dan bahkan tidak dikenali serta tubuhnya yang sangat kurus Keara dapat melihat aura kebencian yang sangat ketara dimata perempuan itu.
Keara hampir muntah ketika melihat di samping wanita itu tergantung mayat yang sudah mengering.
"Lo masih bisa ngomong ternyata." Keara mematung ketika suara bass yang sangat familiar itu menyapa telinganya.
"Lepasin gue Raihan. gue janji setelah ini gue nggak akan ganggu Keara lagi. gue juga nggak akan lapor kepolisi gue janji. nggak. gue bersumpah gue nggak akan ganggu kalian lagi." wanita itu masih memohon dan menangis ketika matanya mengikuti Raihan yang sedang memilih senjata tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Replace
RomanceKeara merasakan hidupnya hampa bahkan ketika ia lahir. Keara mencoba kuat hanya demi ibunya. ketika dirinya sudah tidak bisa bertemu dengan ibunya lagi karena kebodohannya memilih lelaki yang salah, lelaki yang dikira-nya bisa membuat hidupnya bahag...