That Bitch

9.2K 772 5
                                    





"Maksud Lo apaaan!" Keara menegakan wajahnya yang sedang fokus dengan berkas dihadapannya dan menatap Sarah yang sedang berkacak pinggang di hadapannya.

"Ha?" keara bertanya tidak mengerti.

"Pak Suroto! Kenapa lo ambil juga proyek pak Suroto!" teriakan Sarah membuat telinga semua orang yang berada di ruangan itu berdengung.

"Gue nggak ambil proyek itu. Bu Sinta yang kasih ke team gue ya kita garap." Balas Keara santai sama sekali tidak terpancing emosi. Kenyataannya memang Ibu Sinta langsung yang memberikan proyek itu kepada teamnya karena Pak Suroto mengamuk karena pekerjaan team Sarah melenceng dari apa yang mereka minta.

"Elo emang selalu ngambil apapun yang gue punya. Semua proyek gue, semua klien gue termasuk Raihan. Dasar murahan!" Keara sudah tidak bisa bersabar lagi. Apa tadi katanya murahan?

"Ngaca." Tandas Keara dingin. Tunangan Raihan itu bangkit dari duduknya dan mengintimidasi Sarah. Tangannya di tahan oleh Raka tetapi di tepis-nya. Keara sudah cukup bersabar mengalah menghadapi perempuan ular ini.

"Ini masalah proyek kenapa melebar kemana-mana. Berhenti menyalahkan orang lain karena ketidakmampuan lo. Elo yang nggak bisa kerja, elo yang gak kreatif elo yang nggak bisa membimbing team lo sendiri kenapa malah nyalahin gue?" keara menujuk-nunjuk kening Sarah tidak perduli siapa Sarah. Dalam posisi ini jabatan mereka sama.

"Kalau elo mau protes gue yang harusnya protes duluan. Proyek Pak Suroto itu punya gue. Gue yang deal di awal dengan beliau tapi malah di alihkan ke elo karena team lo nggak ada kerjaan sedangkan team gue udah overload. Ujung-ujungnya dibalikin lagi ke team gue dengan keadaan deadline udah mepet."

"Lo cuma bisa bikin masalah tapi kemudian ngeluh dan menyalahkan orang lain padahal team gue yang selalu membereskan masalah lo." Sarah terpojok di dinding kaca. Perdebatan mereka bahkan dilihat oleh semua orang yang berada lantai itu karena sarah sengaja membiarkan pintu itu terbuka.

"Harusnya elo intropeksi diri. Bukan cuma bisa bacot doank." Sinisnya. Semua orang terdiam hening bahkan tidak ada yang mampu bersuara. Untuk pertama kalinya mereka melihat amarah Keara. Keara memang dikenal dengan pribadi yang tertutup dan dingin tetapi tidak pernah menampakan amarahnya secara terang-terangan. Keara lebih banyak memendam dan diam dan sekarang setelah semuanya menumpuk akhirnya lahar amarah itu menguar keluar.

"Mentang-mentang elo calon istri bos lo berani menghina-hina gue."

"Mentang-mentang anak petinggi perusahaan bikin kesalahan fatal bikin rugi perusahaan milyaran nggak dipecat." Balas Keara. "Malah di angkat jadi manager." Lanjutnya. Wajah Sarah persis kepiting rebus sekarang tangannya mengepal tetapi tidak berani memukul Keara. Dirinya masih cukup waras tidak ingin membuat calon istri Bos-nya itu lecet menjelang hari pernikahan mereka. Sarah tau apa konsekwensi-nya. Berhadapan dengan Iblis bengis seperti Raihan bukan ide yang bagus.

"Kenapa diem? Udah habis amunisi lo?" tantang Keara.

"Look, pernikahan gue dan Raihan nggak ada hubungannya sama karir dan pekerjaan gue. Gue dan Raihan bukan orang yang nggak bisa membatasi mana urusan pekerjaan dan pribadi. Jadi stop menyebarkan gossip murahan semurah harga diri lo." Keara tau Sarah menyebarkan Gossip bahwa dirinya mau menikah dengan Raihan Karena dijanjikan naik jabatan sebagai Senior Manager perusahaan. Ibu Sinta resmi mengundurkan diri setelah pernikahan mereka dan Keara sudah resmi di angkat sebagai calon pengganti Bu Sinta.

"Kenyataan emang begitu kok. Elo jual diri lo ke Raihan demi naik jabatan." Keara tertawa sampai matanya mengeluarkan air mata.

"Terus lo nempelin calon suami gue itu apa kalau bukan jual diri?" balasnya.

"Elo bilang gue murahan padahal lo sendiri Perek. Kalau elo mau protes silahkan protes ke Ibu Sinta jangan ke gue. Salah sasaran. Atau lo bisa merengek ngadu ke bokap lo." Keara meninggalkan Sarah yang masih menempel di dinding persis tokek polkadot. 

Time ReplaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang