Damn Husband

9.7K 623 0
                                    



"Sudah kumpul semua ya?" Keara membuka hari itu dengan meeting bulanan untuk pertama kalinya setelah ia menjabat sebagai Senior Manager seminggu yang lalu resmi menggantikan Ibu Sinta yang sudah resign. Karena sekarang Keara sudah menempati posisi Ibu Sinta Keara hendak merombak sedikit sistem yang pernah di buat oleh Ibu Sinta.

Semenjak seminggu yang lalu Keara meminta perubahan ruangan agar lebih dekat dengan Teamnya. Kalau dulu Team A dan Team B ruangannya di pisah dan agak jauh dan berbeda ruangan dengan Ibu Sinta. Kali ini Keara ingin membuat semua Team berada di satu ruangan agar lebih dekat dan tidak terjadi kesenjangan. Ruangan Keara juga berada di ruangan yang sama dengan bawahannya agar lebih praktis jika ada yang ingin ditanyakan. Mengingat dulu ruangan Bu Sinta agak jauh. Dan sebelum akhir pekan kemarin Team B sudah pindah ruangan bergabung dengan Team A.

"Oke, karena mulai dari minggu lalu kita sudah menjadi satu team dan tidak ada perbedaan. Kalian di mata saya sama dan kita akan sama-sama belajar. Mohon diberikan kritik jika ada keputusan saya yang memberatkan kalian. Saya harap Team A dan Team B tidak ada persaingan. Team A tolong bantu saya untuk membimbing Team B dan Team B jika tidak ada yang mengerti boleh ditanyakan ke Raka CS ataupun ke saya. Tidak perlu sungkan dan malu disini kita sama-sama belajar untuk jadi lebih baik."

Keara tau selama ini Team B merasa di diskriminasi Karena ketertinggalan mereka. Mereka kurang di apresiasi dan di bimbing sehingga tidak bisa berkembang Sarah lebih suka hura-hura dan memakan gaji buta tanpa perduli dengan proyek sama sekali.

"Untuk Team A saya menunjuk Raka karena lebih berpengalaman untuk menjadi manager Team." Bayu, Firman, Lily dan Raisa bertepuk tangan heboh mengucapkan selamat kepada Raka yang di tanggapi Raka dengan ucapan terimakasih terutama kepada Keara.

"Untuk Team B sementara waktu saya yang akan membimbing langsung hingga saya bisa mengevaluasi dan menentukan siapa yang akan memimpin Team. Sudah jelas ya."

Yoseph, Dinda, Shaira dan Lucky mengangguk paham. Dipimpin Keara lebih baik dari pada di Pimpin Sarah yang otoriter. Mereka banyak mendengar bahwa Keara selalu bersikap adil dan tidak segan memberikan proyeknya untuk bawahannya agar teamnya bisa berkembang dan belajar mengemban tanggung jawab serta tidak segan turun ke lapangan langsung untuk membantu jika terjadi masalah.

"Oke, ini ada empat Proyek yang kebetulan masih pending akan saya bagi rata untuk Team B masing-masing silahkan di pelajari dan di ekseskusi ya. Dan jika ada yang tidak di mengerti jangan sungkan bertanya." Mereka semua mengangguk paham. Keara bangkit dari duduknya dan menuju ruangannya yang berada di pojok ruangan yang hanya di batasi dengan dinding kaca transparant. Awalnya Keara tidak suka dengan kehadiran kaca tersebut yang menurutnya amat mengganggu dan tidak penting. Tetapi itu keputusan Raihan yang tidak ingin istrinya terlalu banyak berinteraksi dengan lelaki di teamnya. Keara hanya menghela nafas pasrah dan tidak berkomentar lagi. Ada atau tidaknya dinding kaca ini dirinya tetap saja sering berkomunikasi dengan Team-nya.

Baru saja mendaratkan bokongnya di kursinya Keara sudah di sambut dengan telpon ruangannya yang berbunyi.

"Kamu dari mana telpon aku nggak di angkat dari tadi?" Keara hampir saja kelepasan mengumpat karena telpon dari lelaki yang dinikahinya dua bulan lalu langsung mendampratnya sesaat telpon ia angkat.

"kata kamu hari ini nggak ada meeting di luar."

"Iya, aku abis briefing pagi sama anak-anak. ini baru balik ke mejaku." Keara melihat handphone-nya yang sengaja ia tinggal di meja dan terdapat belasan miscall dan notif wa dari suaminya.

"Kenapa, Yang?"

"Siang nanti kamu ada janji?" Keara mengecek Tab-nya untuk melihat jadwal.

"Nope, hari ini aku free."

"Great. lunch in my office, oke." Itu bukan permintaan tetapi perintah. Keara mencoba menahan diri agar tidak menghela nafas. Mau setuju ataupun tidak Raihan tetap memaksanya. Keara melirik jam tangannya. Masih jam sepuluh dan Raihan sudah merencanakan makan siang.

"Kamu nggak ada meeting emang?"

"Aku ada meeting tapi nanti sore. Kamu mau makan apa?"

"Aku mau Bento aja, pakai beef teriyaki."

"Sound great. nanti aku pesankan." Raihan menutup telpon itu tidak lupa dengan bumbu ucapan cinta. Keara akhirnya menghela nafas yang sedari tadi ia tahan. Raihan menjadi lebih sensitive setengah clinge setelah menikah. Raihan selalu memperhatikan mimic wajahnya, suaranya, bahkan helaan nafasnya. Jika ada yang di rasa aneh Raihan akan mencecar dan bertanya sampai dirinya puas dan mendapatkan jawaban yang di inginkannya. Saking sensitifnya jika Keara menolak makan siang dengannya Raihan pasti akan menuduh Keara sudah tidak mencintainya lagi dan mereka akan bertengkar dan di akhiri dengan permintaan maaf Raihan dan lelaki itu akan memohon untuk tidak di tinggalkan.

Melelahkan. Meskipun Raihan tidak menyerangnya secara fisik tetapi Keara akui perlakuan Raihan tentu saja membuatnya lelah karena terus berdebat dan bertengkar. Keara akan selalu jadi pihak yang mengalah dan mencoba bersikap dewasa. Baru dua bulan tetapi Keara merasa dirinya sudah lelah secara batin. Entah dengan cara apa lagi Keara meyakinkan Raihan agar tidak berprasangka buruk takut Keara meninggalkannya.

Pintu kaca itu di ketuk Keara mempersilahkan Yoseph masuk dan duduk dihadapannya. Keara menjelaskan apa yang Yoseph tidak mengerti dan memberi masukan. Yoshep juga tidak menelan mentah-mentah saran Keara dan mengutarakan pendapatnya membuat Keara berfikir ulang dan menyetujui pendapat Yoshep. Setelah yoshep pergi dari ruangannya saatnya Keara berkerja melanjutkan tugas Bu Shinta yang sempat tertunda. 

Time ReplaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang