Lingkaran Takdir Sialan

10.9K 862 5
                                    

Happy Reading


Takdir itu layaknya benang kusut. Semuanya tersambung meskipun kita berusaha menghindar tetapi takdir akan selalu mengikuti. Seperti hal-nya Keara saat ini yang sedang berakting bersikap cool sementara momok paling menakutkan sekarang ini ada di depannya sedang ikut mengantri di sebuah minimarket.

Setelah lima bulan ini hidup-nya damai aman Sentosa dan bahagia. Kenapa pula dia harus bertemu bajingan ini lagi. Keara terlalu menganggap enteng garis takdir. Ia lupa bahwa tidak ada yang namanya kehidupan tenang dan damai di dunia ini.

Panji, Suami-nya di kehidupan sebelumnya tiba-tiba muncul dan mereka bertemu dengan tidak sengaja. Keara mencoba bersikap biasa saja seolah tidak mengenal Panji karena memang seharusnya di kehidupan sebelumnya mereka bertemu satu tahun dari sekarang. Apakah ini efek dari dirinya yang merubah masa lalu Keara tidak tau. Keara menekan rasa gemetar ketakutan yang melanda tubuhnya ketika ingatan tentang perlakuan Panji kepadanya menguap keluar.

"Dia gak kenal gue. Santai Ky. Tenang." Keara merapalkan kalimat itu seolah itu adalah mantra penenang untuknya. Keara sungguh tidak siap dengan kejutan ini.

"Mba, Sorry. Punya uang kecil? Saya mau bayar parkir tapi abang parkir-nya nggak ada kembalian." Double fuck. Panji malah menegurnya pula.

Keara membuka dompetnya dan memberikan uang sepuluh ribu kepada Panji tanpa berkata apapun.

"Thank, boleh minta nomor anda? Saya bisa transfer uangnya pakai dana?" Keara memutar matanya malas. Tolong lah dia hanya ingin cepat-cepat pergi dari sini.

"Nggak perlu. bilang sama tukang parkirnya itu untuk parkir kita berdua. Permisi." Panji hendak mengatakan sesuatu ketika Keara sudah menstater mobilnya dan pergi meninggal Panji dan bapak tukang parkir yang terbengong-bengong.

"Bisa-bisa nya itu manusia muncul di sini. Rumah dia kan di Tebet. Arggh sial." Keara mencengkram stir mobil dengan kuat hingga buku jari-nya memutih.

"Ya, Tuhan. Tolong jangan pertemukan hamba lagi dengan Iblis itu. Amit-amit jangan sampai ketemu lagi."

Keara menggapai telponnya yang bergetar didalam tas-nya "Iya, Ma. Ky masih di jalan. Paling satu jam lagi sampai. Sebentar ya, Mama jangan panik." Keara memutuskan hubungan telpon itu dan langsung menginjak pedal gas dengan beringas. Keara baru mendapatkan kabar dari ibunya bahwa ayah tirinya itu mendadak pingsan dan dilarikan kerumah sakit.

Keara memakirkan mobilnya dan berlari masuk menuju ruang IGD.

"Gimana?" Keara terengah-engah. Meminta jawaban Ibunya dan kevin

"Masih diberi tindakan. Dokternya belum keluar dari tadi." Kevin menunduk lemas. Nyawanya terasa mencelos saat melihat ayahnya terkapar diruang kerjanya.

"Papa kenapa tiba-tiba pingsan? Emang selama ini Papa punya penyakit jantung sih, tapi kan nggak pernah kambuh dan Papa sehat-sehat aja." Keara duduk sambil menetralkan nafasnya.

Kevin menatap adik tirinya itu dengan tatapan cemas. "Papa bakalan baik-baik aja kan, Ky.?"

Keara mengangguk. "Pasti baik-baik aja kok. Papa pasti cuma kecapekan. Kita berdoa aja." Keara menggenggam tangan ibunya yang sedari tadi hanya diam.

"Mama sama Kak Kevin haus? aku tadi sempet beli minum." Keara menyodorkan plastik belanjaannya. Kevin mengambil air mineral dingin dan meneguknya rakus. Sementara Ibu mereka hanya diam memandangi lantai.

"Kanaya mana?" Keara mengalihkan pandangan mencari keberadaan adik bungsunya itu.

"Kak, Ma, Kanaya mana? Kenapa sih kalian dari tadi aneh banget?" tuntut Keara tidak sabar karena yang di tanya malah bungkam sedari tadi.

Time ReplaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang