Fiance

11.4K 901 8
                                    


Happy reading



Cuaca Jakarta agak mendung sedikit pagi ini sehingga membuat udara jadi sedikit lebih segar dan dingin membuat Keara mengkerut mendekatkan dirinya lebih erat memeluk Raihan yang sedang mengemudikan motor besar-nya dengan kecepatan sedang. Raihan menyengir lebar dibalik helm full face-nya. Tidak sia-sia dia bangun lebih pagi bertarung dengan dinginnya subuh demi menjemput tunangannya dirumah orang tuanya.

Ah, menyebut Keara sebagai tunangannya itu menyenangkan. Raihan masih berusaha menentramkan debaran jantungnya disaat tubuh mereka yang saling menempel. Raihan dapat merasakan kehangatan dari pelukan itu dan kepala Keara yang bersandar dibahu kanan-nya.

Raihan memang sengaja datang pagi-pagi dan mengendarai motor agar tidak terjebak macet dikarenakan Rumah orang tua Keara yang lumayan jauh. Mungkin karena itu Keara memilih untuk tinggal di apartemen yang letaknya tidak jauh dari kantor. Alasan sebenarnya karena Raihan tidak tahan untuk tidak melihat Keara setelah perjodohan dan petunangan mendadak mereka semalam.

Keara mengeratkan pelukannya karena dinginnya angin terasa menembus jaket kulit yang di belikan Raihan untuknya. Lelaki itu sepertinya sudah niat dari jauh-jauh hari menyiapkan helm dan jaket kulit yang entah kenapa bisa sangat pas ditubuhnya. Keara menghela nafas demi mengingat kejadian beberapa puluh menit yang lalu saat ia turun dari tangga dan mendapati Raihan yang duduk di meja makan sedang sarapan dan mengobrol seru dengan Ayahnya dan Kevin ada Kanaya dan Ibunya juga yang sesekali menimpali candaan Raihan.

"Kamu seharusnya nggak usah jemput aku pagi-pagi begini. Aku bisa diantar supir Papa. Emang kamu nggak ngantuk?" protes Keara saat mereka sudah diparkiran kantor dan Raihan sedang membantu Keara melepaskan jaket-nya. Untung saja Keara tidak sedang memakai Rok melainkan celana bahan dengan blouse biru lengan panjang.

Raihan Menggeleng "Kalau pakai mobil nanti kamu telat." Keara memutar matanya. Alasan macam apa itu. Dia sudah sering diantar oleh supir keluarga Rahardi dan tidak pernah telat. Keara selalu pintar dalam mengatur waktu.

"Kalau kamu jemput aku justru kamu yang bakalan telat tau." Keara melirik jam tangannya. Masih ada waktu 15 menit lagi.

"Aku nggak ada meeting pagi, Kok." Raihan membantu Keara merapikan rambut panjang-nya yang sedikit berantakan. Raihan menatap Keara lekat. Boleh cium nggak ya?

"Yuk," Ajak Keara saat merasa penampilannya sudah tidak berantakan. Raihan memberanikan diri menggenggam tangan Keara meskipun dengan harapan Keara tidak menepis tangannya. Raihan tau dia terlalu terburu-buru tetapi dengan Keara yang memeluknya sepanjang perjalanan dan percakapan mereka yang sudah tidak baku itu berarti Keara sudah mulai menerimanya kan?

Keara berjengit kaget dan reflek melepaskan genggaman tangan Raihan membuat Raihan merasa sesak. Keara belum menerimanya ternyata.

"Ini di kantor, Han." Raihan berdesir disaat Keara menyebutkan nama-nya tanpa embel formalitas apalagi tunangannya itu memanggilnya dengan sapaan akrab.

"Kamu nggak suka kalau orang kantor tau?" memangnya se-memalukan itu ya menjadi tunangannya. Sial, jantung Raihan terasa berdenyut lagi.

Keara menghela nafas "Kayak-nya semua mahluk kantor udah pada tau." Keara ingat semalam handphone-nya tidak berhenti berdenting karena notifikasi ucapan selamat dan kaget dari semua orang yang memfollow akun sosmed Kanaya dan Raisa yang mengunggah foto pertunangan semalam. Lebih menyebalkan lagi kedua mahluk social yang teramat terkenal itu men-tag akun private-nya membuat handphone-nya yang biasanya sepi menjadi ramai. Raihan tidak punya akun sosmed sehingga tidak terpengaruh sama sekali.

"Kamu keberatan?" Keara dapat merasakan nada suara Raihan yang terdengar sedih.

"Bukan gitu. Tapi kan ini kantor jadi kita harus professional. Di luaran aku memang tunangan kamu. tapi di kantor kita tetap atasan dan bawahan." Jelasnya. Raihan mengangguk mengerti tetapi tetap tidak perduli. Persetan dengan ke-profesionalan, perusahaan ini milik keluarganya siapa yang akan menegurnya. Raihan tetap menggenggam erat tangan Keara dan menarik Keara menuju lift. Keara hanya bisa mendesah pasrah. Raihan dengan segala keras kepalanya.

Keara berdiri kikuk karena lift yang sedang ramai membuat diri-nya agak tergencet dan mendekat kearah Raihan yang berdiri agak terpojok disudut lift. Raihan tentu tidak melewatkan kesempatan untuk modus dengan meletakkan tangannya di pinggang Keara dan sesekali mencuri cium rambut Keara. Raihan tidak suka berdesak-desakan karena ia dan para direksi punya lift khusus. Tetapi saat ini Raihan sepertinya akan ketagihan menaiki lift karyawannya.

Keara merasakan wajah-nya memanas. Mungkin sekarang wajahnya sebelas dua belas dengan kepiting rebus. Keara bukan tidak tau kelakuan Raihan yang menempel padanya. Ini termasuk pelecehan kan? Tapi kenapa Keara malah suka dan jantung sialannya yang sibuk berdetak kencang. semua yang berada di lift itu pun hening terasa tidak berani bahkan untuk menghebuskan nafas karena sosok asing yang tidak pernah mereka lihat berbaur apa lagi rela berdesak-desakan di lift karyawan mereka tentu tau alasannya tidak lain adalah Keara.

"Nah, ini dia bintang kita hari ini." Keara menautkan alis-nya saat Firman membukakan pintu dan menyambutnya dengan gaya kocaknya.

"Paansih, Man." Keara mengacuhkan Firman dan menuju tempat duduk-nya. Tapi Lily malah menarik bangkunya dan mempersilahkan Keara duduk. Keara memutar matanya malas.

"Serius deh, lo berdua kenapa sih?"

"Kita mau carmuk Bu Bos, secara kan lo Bini-nya Pak Raihan siapa tau bisa naik jabatan plus naik gaji ya kan?" Raka dan Bayu tertawa. Keara menatap Lily dengan sebal.

"Bisa-bisanya lo carmuk terang-terangan." Keara mulai menghidupkan komputer-nya dan mulai bekerja.

"Kita kan nggak munafik, Bu Bos. Jadi penjilat harus terang-terangan." Kuping Keara mulai panas.

"Shut up, Man. Atau gue kasih SP lo. Kerja sana." Perintah Keara ketus membuat Firman Mencebik-kan bibir-nya.

"Gara-gara lo nih." Keara menghunuskan tatapan tajam ke Raisa yang sedari tadi hanya diam menikmati drama pagi yang dibuat oleh anggota team-nya.

"Kok, gue." Sanggah Raisa tidak terima. "Gue kan cuma membagikan momen bahagia kakak gue." Keara memutar mata malas. Ini lah hal yang paling tidak ia sukai jika mempunyai hubungan sesama rekan kerja. Apalagi orang itu adalah Bos-nya sendiri.

"Gue bener-bener nggak nyangka tau gak sih, skenario Tuhan tuh emang paling the best." Lily masih mengoceh membuat Keara menebalkan telinga.

"Kena karma lo, Ky. Nolak berkali-kali tapi jodoh lu juga." Firman tertawa puas melihat wajah mutung Keara.

"Iya, gue kena Karma, puas lo pada. Udah mending kerja sana." Keara merasakan kepalanya mulai berasap.

Mereka semua tertawa puas berhasil menggoda manager mereka yang sehari-harinya selalu menampakan wajah serius. Melihat Keara dengan wajah memerah merupakan kesenangan sendiri bagi Raka CS.

"Eh, jangan lupa pajak tunangan ya Bestie." Tagih firman kemudian membuat Keara mendelik sebal.

"Makan doang lo nomer satu. Kerja sana, cuma lo doang yang belum punya proyek sendiri." Firman terdiam tidak berani menyahut kalau sudah disindir oleh Keara. Diantara mereka Cuma Firman yang belum mempunyai proyek tunggal sedangkan Bayu dan terakhir Lily sudah mempunyai proyek mereka masing-masing.

"Proyek PT. Maju Berkah, Lo yang handle, Man." Perintahnya. Firman hanya bisa mendesah lemas. "Siap, Bu Bos." Firman hanya diam sedangkan Keara diam-diam menawan tawa, puas karena bisa mengerjai Firman sesekali agar firman berani mengambil proyek sendiri.

Time ReplaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang