(POV: AUTHOR)
"Spring! Spring Foster!" seorang wanita paruh baya dengan berbalut jaket tebal berjalan pelan pelan menyusuri taman dengan sedikit tertatih tatih sambil masih terus meneriakkan nama itu.
"Spring! Oh demi Tuhan, kemana saja kau? Aku mencarimu di tempat kerja, tapi pegawai lain bilang kalau kau sudah pulang. Oh astaga, apa yang kau lakukan di sini? Kau juga tidak memakai jaket. Kau bisa mati kedinginan." wanita itu mengomel ke arah seorang gadis berambut brunnette yang sedang duduk di salah satu bangku taman.
Gadis itu hanya mengembangkan senyum manisnya. "Aku hanya duduk duduk di sini saja Bi. Kau tidak usah terlalu khawatir seperti itu. Aku sudah 17 tahun. Aku bisa mengurus diriku sendiri."
Bibi Caroline menghela nafas panjang. "Alright, alright. Aku hanya mengkhawatirkanmu karena ini sudah larut dan kau belum pulang. Ayo, kita pulang. Ini jaketmu."
Bibi Caroline menyodorkan jaket tebal hitam ke arah Spring. Spring segera mengenakannya. "Terima kasih, Bi. Lain kali kau tidak perlu mencariku. Kau bisa jatuh sakit jika keluar saat cuaca dingin."
Bibi Caroline hanya tersenyum miring. "Aku tidak terlalu tua kalau hanya sekedar mencarimu."
Spring merangkul bibinya. "Baiklah. Sebagai permintaan maaf karena telah membuatmu khawatir, maka aku akan membuatkanmu sup. Kau mau kan?"
Wanita itu meengangguk ngangguk. "Tentu saja, Spring sayang. Aku sangat menyukai sup buatanmu."
Spring tersenyum bahagia. "Aku akan membuatkan sup untuk Ryan kalau dia mau pulang ke Wisconsin. Sayangnya dia terlalu betah tinggal di New York. Dia tidak akan mau kembali ke kota kecil seperti Wisconsin. Dia benar benar beruntung."
Bibi Caroline hanya bisa tersenyum pasrah. "Aku percaya suatu hari kau pasti akan bisa tinggal di New York seperti impianmmu ketika masih kecil."
Spring terkekeh. "Kalau aku ke New York, siapa yang akan merawatmu? Tidak Bi, aku akan tetap di Wisconsin menemanimu. Aku tidak akan meninggalkanmu sendirian."
Bibi Caroline tertawa kecil. "Kau yakin tidak akan meninggalkanku walaupun kau punya kesempatan untuk pergi ke New York?"
Spring mengangguk dan mengacungkan jari kelingkingnya. "Aku janji."
Bibi Caroline mengaitkan jari kelingkingnya dan tersenyum.
(POV: SPRING)
Aku mengaduk sup yang barusan saja kubuat dan meniupnya perlahan, kemudian mencicipinya sedikit. Hmm, rasanya suda pas. Bibi Caroline akan sangat menyukainya. Aku membawa sup itu ke ruang makan. Bibi Caroline tersenyum sumringah ketika meliat sup yang kuletakkan di atas meja makan.
"Seperti janjiku. Cepat, cobalah. Aku buatkan yang spesial untukmu." aku tersenyum ke arahnya.
Bibi Caroline mengangguk lalu menyendok supnya perlahan lahan sambil meniupnya. "Oh astaga. Sup buatanmu ini selalu berhasil membuatku terlena dengan aromanya. Aku tidak tahu darimana kau belajar membuat semua sup ini. Tapi aku percaya kalau orang yang makan sup ini pasti akan memuji muji."
Aku tersenyum bahagia. Kebahagiaanku adalah ketika melihat bibi Caroline tersenyum. Bagiku dia seperti seorang malaikat. "Oh ya Tuhan, kau sangat berlebihan. Kalau begitu, habiskan. Aku akan membuatkan sup lagi kalau kau mau tambah."
KAMU SEDANG MEMBACA
SPRING
Fanfictionwhen love is not about who are you and where are you from. it's a love story between Zayn Malik the heirs of Broadway Company and Spring Foster an ordinary girl.