"Maaf, tuan. Tapi kami sudah tutup. Kau bisa kembali lagi besok pagi." ujar pria gendut yang menjaga rest area itu.
Aku menatap Zayn dengan raut kecewa. "Zayn, lalu kita harus bagaimana?"
Zayn terlihat berpikir sebentar kemudian mengisyaratkan kepadaku agar tenang. Zayn mengeluarkan dompetnya dan mengeluarkan sejumlah uang yang kulihat lumayan banyak. Aku bahkan hampir tersedak ketika melihat Zayn berniat menyogok orang itu. Zayn menyodorkan uang itu ke pria gendut dengan wajah yakin. "Kupikir uang ini pasti cukup kalau hanya untuk membuka satu kamar saja."
Pria gendut itu tersenyum lebar sambil menerima uang yang diberikan Zayn. "Alright, alright, kau akan mendapatkan kamar. Tunggu sebentar."
Pria gendut itu berlalu ke belakang meja registrasi dan mencatat sesuatu. Aku tersenyum lega ke arah Zayn. "Kupikir idemu barusan cukup cemerlang."
Zayn tersenyum bangga. "It's all about money in California."
Tak lama pria gendut itu kembali dengan kunci di tangannya. Dia menyodorkannya ke arah Zayn dengan senyuman lebar. "Have a good rest, Mr."
Zayn menerima kunci itu dan membalas senyumnya barusan. "Of course. Thanks."
Pria gendut itu mengangguk lalu segera pergi. Aku mengikuti Zayn yang berjalan ke salah satu kamar di paling pojok. Zayn memutar kuncinya dan segera membuka pintunya. Aku masuk dan merebahkan tubuhku di atas ranjang. Oh god, aku sangat lelah.
"Aku keluar dulu sebentar, okay? Kau bersihkan dirimu dan bergantian denganku setelah aku kembali."
Aku mengangguk ngangguk. "Tapi kau mau kemana?"
Zayn berjalan menuju pintu dan membukanya. "Aku akan mencari sesuatu yang dibutuhkan di toko."
Aku mengangguk dan Zayn segera keluar.
*****************
Aku baru saja selesai membersihkan diri ketika Zayn memutar kenop pintunya. Aku mencoba membersihkan lumpur yang ada di bajuku. Tapi tidak berhasil. Lumpurnya terlalu tebal.
Aku menatap Zayn yang sedang menjinjing sebuah kantong plastik. "Oh? Kau sudah kembali?"
Zayn mengangguk lalu melemparkan sesuatu ke arahku. Aku segera menangkapnya dengan sedikit terkejut. Aku menatap baju yang barusan diberikan oleh Zayn. "A..apa ini?"
Zayn mendengus kesal. "Apa kau buta? Itu baju. Apa kau mau tidur dengan baju kotor seperti itu?"
Aku menggeleng. "Well, terima kasih banyak."
Aku menatap baju yang barusan dibelikan Zayn dan aku bisa melihat tulisan "I Love California" tertera di depan kaos. Aku tersenyum kecil ketika membacanya.
"Aku akan ganti baju dulu. Kau cepat berbalik. Lalu setelah itu kau yang ganti baju, okay?"
Aku mengangguk dan segera membalikkan badanku. "Kau membeli makanan dan minuman?"
"Hmm. Aku sangat lapar. Kau pasti juga sangat lapar. Memang hanya makanan ringan, tapi kupikir lumayan untuk mengganjal perut."
"Alright. Tapi seharusnya kau tidak perlu membelikan aku baju. Aku membawa koperku kok."
"Tapi kopermu kan ada di mobil. Apa kau mau mati di tengah jalan hanya untuk mengambil baju?"
Aku menggeleng. "Tidak! Oh ya, bagaimana kalau aku mengintip?"
Zayn terkekeh pelan. "Aku tidak akan membiarkan gadis sepertimu melihat keindahan tubuhku secara gratis. Lagipula kau juga sudah pernah melihatku half naked kan? Sudahlah, cepat ganti baju. Aku akan keluar dan beritahu aku kalau kau sudah selesai okay? Kita akan makan bersama."
Aku mengangguk dan berbalik setelah memastikan kalau Zayn benar benar sudah pergi. Aku mengerucutkan bibirku. "Sayang sekali. Seharusnya aku tidak melewatkan pemandangan indah seperti tadi."
**********************
Aku menguap lebar ketika merasakan cahaya matahari mengenai separuh wajahku. Masih dengan setengah sadar, aku merenggangkan tubuhku ke kanan dan ke kiri. Kubuka mataku perlahan lahan dan aku bisa melihat Zayn masih tertidur pulas di ranjang. Aku menyibakkan selimutku dan bangkit dari sofa kemudian berjalan dengan sedikit terhuyung huyung ke arahnya.
"Zayn, heii, Zayn! Bangun! Ini sudah pagi." panggilku sambil mengguncang guncang tubuhnya.
"Mmm." laki laki itu hanya meresponsku dengan suara erangan pelan.
"Heii, ayo bangun. Kita harus segera pulang." aku mengguncang tubuhnya dengan lebih keras.
Zayn tidak merespons sama sekali. Dia terlihat masih terlelap dengan nyeanyak dalam balutan selimut. Aku mendengus kesal. "Zayn..."
"Akhhhh!!!" aku berteriak kencang karena tiba tiba Zayn menarik tubuhku sehingga membuatku jatuh di atas dadanya.
Aku serasa hampir terkena serangan jantung ketika merasakan tubuh hangat Zayn membalut tubuhku. "Zayn...mmpphh...heiii!!!"
Aku meronta ronta dari pelukannya. Tapi kelihatannya Zayn benar benar terlarut dalam mimpinya. Aku menepuk nepuk pipinya dengan keras. "Heiii!!! Bangun bodoh!!"
Zayn menepis tanganku kemudian mengerjap ngerjapkan matanya beberapa kali. "What the hell are you..."
Zayn berteriak keras ketika melihatku ada di pelukannya. Aku segera menarik diriku dari pelukannya sementara Zayn menatapku dengan kikuk.
Zayn menghela nafas beberapa saat. "Oh god. Apa yang sedang kau lakukan?"
Aku memutar bola mataku dengan kesal lalu mencubit lengannya keras. "Seharusnya aku yang tanya!! Apa yang sedang kau lakukan hah?!!!"
Zayn mengusap ngusap wajahnya. "Oh. Aku benar benar minta maaf soal barusan. Aku tidak berniat melakukan itu kepadamu. Demi Tuhan, aku benar benar tidak sadar."
Aku membuang muka darinya. "Cepat bangun. Kita harus segera pulang. Aku takut kalau temanku datang ke rumahmu dan aku tidak ada di sana."
Zayn mengangguk lalu bangkit dari ranjang. "Alright, alright, aku akan segera mandi."
Aku menjatuhkan tubuhku di sofa sambil menatap Zayn yang berlalu masuk ke dalam kamar mandi. Aku terdiam dan memutar otakku untuk kejadian barusan. Sialan. Kenapa hatiku begitu berdebar debar? Aku bahkan merasa keringat dingin ketika Zayn memelukku. Oh shit. Spring, apa yang sedang kau pikirkan? Kau bahkan baru saja mengenalnya, mana mungkin kau menyukai Zayn. Oh, itu hanya pikiran bodohku saja.
a/n: wuhuuuu akhirnya gue apdet chap 28 setelah berabad abad(?) thanks banget buat 100++ votenya<3 keep reading and vomments eakkk:)x next chap tergantung votenya okesipp?? tuh ada cogan di mulmed biar makin semangat baca:p
KAMU SEDANG MEMBACA
SPRING
Fanfictionwhen love is not about who are you and where are you from. it's a love story between Zayn Malik the heirs of Broadway Company and Spring Foster an ordinary girl.