Chapter 11

65 9 0
                                    

(POV: SPRING)

                Aku menghela nafas putus asa karena baterai ponselku habis dan itu artinya aku tidak bisa menghubungi Jane. Aku juga tidak tahu harus kemana sekarang. Aku tidak tahu rumah Stella ini ada dimana. Aku benar benar tersesat sekarang. Aku juga tidak punya cukup uang untuk menginap. Aku benar benar sial. Aku berbalik menatap ke arah kafe berharap tiba tiba dewi fortuna sedang memihakku dan Stella sedang berdiri di sana sekarang. Tapi sayangnya tidak. Dewi fortuna sedang tidak ingin memihakku karena Stella tidak akan mungkin ada di sana lagi. Tiba tiba mataku menangkap laki laki timur yang tadi sedang menatap ke arahku. Aku mengerutkan dahiku. Apa yang sedang dia lihat? Laki laki itu segera mengalihkan pandangannya dariku ketika menyadari kalau aku juga menatapnya. Aku tersenyum kecil. Laki laki itu sangat tampan. Bahkan menurutku dia laki laki paling tampan yang pernah kulihat. Aku duduk di bangku pinggir pantai sambil menatap gadis gadis seumuranku sedang bermain di pantai dengan bikini yang menampilkan dengan jelas lekuk tubuh, bums, dan boobs mereka. Aku tersenyum geli membayangkan kalau aku memakai bikini seperti itu saat kerja. Pasti seluruh makhluk hidup yang ada di tempat kerjaku, termasuk tikus dan kecoa akan menertawaiku. Aku menatap ke arah langit yang mulai redup. Oh god damn it. Ini sudah sore dan matahari mulai tenggelam. Aku harus segera mencari tempat untuk bermalam sebelum gelap. Ini bukan Wisconsin. Aku tidak akan bisa kemana mana saat gelap.

                Aku hendak bangkit dari dudukku ketika tiba tiba aku merasakan seseorang memegang pergelangan tanganku dan hendak menarik koperku. Dengan refleks, aku segera berteriak sambil menatap laki laki berambut ikal dan agak panjang yang berdiri di hadapanku dengan senyum nakalnya.

                "Ap..apa yang kau lakukan?" aku mencoba menjauhkan tubuhku darinya.

                Laki laki itu hanya bisa tertawa dan tertawa. Sialan. Aku sangat takut. Aku semakin takut kalau kalau terjadi sesuatu denganku.

                "Kau akan bermalam denganku." jawabnya dengan terkekeh.

                Aku mendelik ke arahnya dengan mulut yang terbuka lebar. Bajingan. Berengsek. Dia bukan pria baik baik. Dengan kasar, aku segera menarik koperku dari tangannya dan secara refleks aku meninju mukanya dengan keras. Aku tidak peduli kalau dia kesakitan atau apa. Aku tidak mau terjadi sesuatu denganku. Aku kaget setengah mati ketika melihat laki laki itu tergeletak dalam keadaan tidak sadar diatas pasir pasir pantai. Sialan. Gawat. Bagaimana kalau aku dianggap telah melakukan kejahatan? Oh atau....bagaimana kalau dia meninggal? AAHHHHH TIDAK MUNGKIN! DIA TIDAK MUNGKIN MENINGGAL! Oh god. Kenapa aku harus sesial ini? Aku menepuk nepuk pipi laki laki itu. Aku bisa melihat ada lebam berwarna biru keunguan yang lumaya besar di dekat matanya. Aku memukulnya dengan sangat keras. Ya Tuhan.

                "Jai!!" pekik seorang laki laki.

                Oh fuck. Ada yang datang mencari laki laki ini. Sialan. Bagaimana kalau aku dituntut? Aku mendongakkan kepala untuk meliha siapa yang mencari laki laki yang barusa kupukul ini. Aku menganga lebar karena laki laki timur yang ada di kafe tadi yang memanggil laki laki yang barusan kupukul.

                Laki laki timur itu menatapnya dengan kaget dan langsung mengangkat tubuh laki laki yang barusan kupukul ke atas pangkuannya. Dia menepuk nepuk pipi laki laki itu. "Jai! Wake up! Hei Jai!"

                Aku menatapnya takut takut berharap dia tidak akan menuntutku. Laki laki timur itu berbalik menatapku. "Apa yang kau lakukan kepadanya?"

                Aku menggigit bibir bawahku ketakutan. "A..aku memukulnya. Ku kira dia mau berbuat jahat kepadaku. Karena itu aku memukulnya. Itu gerak refleks. Aku tidak tahu kalau jadinya begini."

                Laki laki timur itu membulatkan matanya lebar lebar. "What...the fuck?! Kau memukulnya? Sampai dia pingsan?"

                Aku mengedikkan bahu. "Aku tidak tahu kalau pukulanku terlalu keras untuknya. Ku kira dia tidak akan sampai pingsan seperti itu."

                Laki laki timur itu memutar bola matanya. "Kau memukul di daerah matanya, bodoh. Kau memukul sangat keras hingga menyebabkan lebam seperti ini. Kau ini sudah gila atau bagaimana?"

                Aku menatapnya kesal. Kenapa dia jadi berbicara nyolot seperti itu? "Siapa suruh dia menarik narik koperku dan memegang tanganku? Mana kutahu kalau dia mau berbuat jahat atau tidak."

                Laki laki timur hanya merespons dengan menampilkan wajah innocentnya. Dia mengangkat tubuh temannya dengan sedikit kesusahan. "Bantu aku membawa dia ke mobil. Kau harus tanggung jawab."

                Aku mendesah kesal. "Tapi aku-"

                Laki laki timur itu menatapku tajam melalui mata cokelatnya. "Tanggung jawab atau kusuruh orang orang yang duduk di sana untuk menyerangmu?"

                Aku menoleh ke arah segerombolan laki laki dengan dandanan berandalan di pojok pantai. Aku bergidik ngeri. "Okay, okay. Aku akan tanggung jawab."

                Laki laki timur itu menaikkan kedua alisnya. "Pilihan yang bagus. Bantu aku membopongnya."

                Aku memutar bola mataku dan membantu laki laki timur itu membopong temannya ke dalam mobil. AKu baru sadar kalau laki laki timur itu membawaku ke sebuah mobil lamborghini mewah. Aku menatap dengan tidak percaya mobil yang ada di hadapanku.

                "I..ini mobilmu?" aku menatap ke arah laki laki timur itu yang sudah naik ke kursi kemudi.

                Dia mengangguk. "Memang mobil siapa lagi? Sudah, cepat naik."

                Aku memicingkan mataku. "Aku sudah membantu membopongnya sampai ke mobilmu kan?"

                Laki laki timur itu mendengus kesal. "Kau kira itu sudah cukup untuk bertanggung jawab? Bagaimana kalau terjadi sesuatu dengannya? Kau harus ikut ke rumah sakit, dan kau baru boleh pulang kalau temanku dinyatakan baik baik saja."

                What the...hell?!! Menyebalkan sekali. "Tapi kan-"

                Laki laki timur itu menajamkan tatapannya. "Get in I said, or...." matanya menunjuk ke arah gerombolan laki laki berandalan itu.

                Aku mengangkat kedua tanganku tanda menyerah. "Alright, alright. Aku akan tanggung jawab. Tapi jangan libatkan mereka dalam maslah ini, okay?"

                Laki laki itu mengedikkan bahunya. "Selama kau mau bertanggung jawab, it's okay. Aku tidak akan melibatkan mereka."

                Aku menghela nafas lega. Ck. California sangatlah menakutkan.


a/n: gimana? seru nggak ketemunya? wkwk.udah pada ngerti alexandra daddario yang jadi spring foster kan? cantika pake bgt ya kan ya kan? don't forge to vomment guys!xx

SPRINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang