Chapter 7

62 12 0
                                    

(POV: SPRING) 

                Dressss.....tiba tiba saja hujan turun dengan deras. Aku segera berlari mencari tempat berteduh. Sialan. Aku lupa membawa payung. Aku tidak mengira kalau akan hujan. Kelihatannya malam ini cerah cerah saja dan tidak ada tanda tanda hujan. Aku berteduh di pelataran sebuah toko. Aku menggosok gosok kedua telapak tanganku karena kedinginan. Aku menoleh ke belakang untuk mencari tahu apakah tokonya masih buka. Mataku berbinar binar ketika melihat sesuatu berwarna ungu yang digantung di dekat jendela.

                "Wah.....dream catcher." aku tergumam kagum ketika melihat barang yang selalu kuinginkan itu tergantung di dalam toko itu.

                Aku bisa melihat kalau lampu toko itu menyala walaupun kelihatan sepi. Kuharap mereka masih buka dan aku bisa membeli dream catcher sebelum aku pergi ke New York. Aku mendorong pintu tokonya dan melihat seorang wanita berusia sekitar 60an sedang menjaga kasir. Wanita itu tersenyum ke arahku. Aku membalasnya.

                "Permisi, nyonya. Apakah toko ini masih buka?" tanyaku sesopan mungkin.

                Wanita itu mengangguk. "Kami masih buka, nona. Apa yang kau cari?"

                Aku menunjuk dream catcher yang tergantung di dekat jendela toko. "Aku mau membeli dream catcher itu. Kudengar jika dream catcher atau penangkap mimpi itu digantung di depan pintu kamar atau di dekat jendela, maka bisa memberikan kita mimpi indah dan menjauhkan kita dari segala mimpi buruk."

                Wanita itu tertawa kecil. "Kelihatannya kau sangat menyukai barang itu. Aku bahkan baru tahu kalau benda itu namanya dream catcher. Kukira barang itu hanya sebagai hiasan. Ternyata barang itu juga ada gunanya."

                Aku mengangguk dan mengambil satu dream catcher yang berwarna ungu. Aku menyukai warna ungu. Aku meletakkannya di atas meja kasir.

                "Mungkin kau harus memiliki satu dream catcher di rumahmu. Barangkali, kau bisa bermimpi indah setiap hari." aku mengedikkan bahu sambil tersenyum.

                Wanita itu terkekeh. "Baiklah. Saranmu kedengarannya bagus. Aku akan mencobanya."

                Aku tersenyum lebar. "Well, berapa harganya?"

                Wanita itu memasukkan dream catcher yang kubeli ke dalam sebuah kantong plastik kecil. "Bawa saja. Anggap ini sebagai hadiah dariku karena kau menjadi orang yang pertama kali mau membeli dream catcher itu."

                Aku tersenyum dengan mata yang berbinar binar. "Benarkah aku boleh memilikinya? Wow, thank u so much, nyonya. Kau baik sekali."

                Wanita itu tersenyum. "It's okay. Lagipula kau pelanggan teramah yang pernah berkunjung ke sini. Well, semoga kau mimpi indah."

                Aku mengangguk dan memasukkan dream catcher itu ke dalam tasku. "Thanks again. By the way, siapa namamu?"

                Wanita itu mengulurkan tangannya. "Panggil saja aku Maria."

                Aku menjabat tangannya. "Well, nice to meet you Mrs. Maria. Kau sangat baik hati. Namaku, Spring Foster. Semoga kau selalu mengingatku."

                Mrs. Maria menampilkan wajah kagum ketika mendengar namaku. "Waw. Itu nama yang sangat indah dan langka. Baru kali ini aku mendengar nama seperti itu. Well, nice to meet you too."

                Aku tertawa kecil. "Semua orang selalu bilang begitu ketika mendengar namaku. Hmm, kelihatannya hujan sudah reda. Baiklah, sampai jumpa lagi kapan kapan Mrs. Maria yang baik hati."

                Mrs. Maria mengangguk dan melambaikan tangannya ketika aku berjalan keluar toko. "See you, Spring."

                Aku membalas lambaian tangannya dan segera berjalan pulang.

*****************

(New York) (POV: HARRY)

                "Harry. Bekerjalah dengan sedikit lebih cepat. Masih banyak piring yang harus kau cuci." Mr. Kendrick menumpuk piring kotor ke dalam troli.

                Aku mendengus berat. Berengsek. Dia kira dia siapa hingga bisa menyuruhku untuk mempercepat kerjaku? Dia hanya seorang manajer dapur hotel, sementara aku adalah anak tunggal dari pemilik hotel ini. Sialan.

                Aku berbalik menatapnya sinis. "Aku hanya disuruh bekerja sampai jam 8 oleh dad. Itu artinya aku sudah selesai sekarang. Memangnya kau punya hak apa untuk mengaturku? Wake up. Kau hanya manajer dapur di sini. Sementara aku anak dari pemilik hotel ini. Pikirkan lagi kalau kau mau menyuruhku."

                Mr. Kendrick menggaruk alisnya. "Aku tahu. Tapi ayahmu menyuruh agar kau pulang setelah ada yang menggantikan."

                Aku tersenyum sarkas. "Pengganti katamu? Alright, aku sudah dapat pengganti untuk mencuci piring piring sialan ini."

                Aku segera melepaskan celemek dan kaos tangan yang kupakai. Aku menarik tubuh Mr. Kendrick dan memasangkan celemek itu di badannya beserta dengan kaos tangannya.

                Aku mengedikkan bahu. "Well, kau bisa lihat sendiri kan sekarang? Sudah ada orang yang menggantikanku. So, i've gotta go, Mr. Kendrick. Bye. Have a nice day and may god bless u."

                Aku memberikan penghormatan untuk menghinanya dengan senyum sinis terukir di wajahku. Aku segera menyambar jaketku dan keluar dari ruang dapur. Aku mengambil ponselku dan menghubungi Niall. Bajingan. Laki laki pirang itu mematikan ponselnya.

                "Fuck." umpatku kesal seraya mengambil helmku.

                "Tuan muda. Tunggu dulu." suara seorang penjaga hotel menghentikan langkahku.

                Aku menaikkan alisku dan berbalik menatapnya. "Ada apa?"

                "Mr. Derek meminta agar kau mengembalikan jaket dan kartu ATM nya." jawab penjaga itu dengan sedikit bergetar.

                Ck. Very annoyed. Aku melepaskan jaketku dan mengambil kartu kredit dari dalam dompetku lalu melemparkannya ke penjaga itu hingga membuatnya kewalahan menangkap jaket dan kartu kreditnya.

                "Apa lagi yang mau diambil? Baju, celana, helm, motor, dompet, ponsel? Apa lagi? Sebutkan!" gertakku kasar.

                Laki laki itu menggeleng ketakutan. "Ti...tidak ada, Tuan Muda. Hanya ini saja. Aku hanya mengikuti perintah. Maaf kalau aku bersikap tidak sopan kepadamu. Aku permisi."

                Aku memutar bola mataku dan segera pergi dengan motorku.


a/n: okay,karena udah ada 7 vote,jadi gue post chapter 7 yeayyy(?) gue bakal post sampai chap 10 aja dehyaaa,bc ini sepi yang baca maybe karena ceritanya belum terlalu menarik? thanks for reading.leave ur vomments pls:)x

SPRINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang