(POV: ZAYN)
Aku menguap lebar sambil merenggangkan tanganku ke segala arah. Cahaya pagi menerobos masuk melalui pintu balkon kamarku. Aku mengerjap ngerjapkan mataku sebentar lalu meraih jam wekerku. Jam 9. Sialan. Aku telat ke sekolah. Oh atau lebih tepatnya aku melewatkan kelas. Karena kelasku berakhir jam setengah 9 tadi. Aku segera bangkit dan berjalan menuju dapur.
"Jai?" panggilku ke segala arah. Kemana laki laki itu?
Aku menyeduh sebuah kopi dan membawanya ke halaman belakang. Aku menatap kolam renang yang ada di hadapanku. Beberapa hari lalu Spring ada di sini dan setiap malam selali keluar untuk melihat bintang. Tapi sekarang dia sudah tidak ada. Seharusnya aku tidak membiarkannya pergi terlalu cepat. Drrttt...drrttt...tiba iba ponselku berbunyi. Aku segera mengeceknya. Oh? Ada perlu apa Mr. Gerry menelfonku di pagi hari begini? Aku menghela nafas beberapa saat lalu segera mengangkatnya.
"Ya halo? Ada apa kau menelfon pagi pagi begini?"
"Maaf tuan muda. Aku tidak bermaksud mengganggumu. Kukira kau sudah pergi kuliah di jam segini."
Aku terkekeh. "Oh ya itu sindiran yang lumayan halus dengan berniat mengatakan kalau ini sudah siang untuk seorang pelajar."
Mr. Gerry tertawa kecil di seberang sana. "Jadi maksudmu kau bolos?"
"Aku bangun kesiangan. Aku terlalu lelah. Tapi by the way kau pasti punya tujuan kan menelfonku?"
"Mmm ya, aku hanya mau bertanya. Apa kau sudah bertemu dengan anakku di California?"
Aku berpikir sebentar. "Kupikir belum."
"Oh benarkah? Tapi dia bilang padaku sudah."
"Tapi kurasa tidak."
"Dia punya ciri ciri bertubuh sedang, kulit putih, rambut cokelat tua, mata biru tua, dan wajahnya masih seperti anak kecil. You know what i mean, baby face."
Aku memutar otakku hingga aku teringat dengan teman Spring yang datang menjemput Spring. Ciri cirinya persis sama seperti yang dikatakan Mr. Gerry. Selain itu nama belakangnya juga Calton. Oh god, kenapa aku tidak kepikiran sampai ke sana? "Wait, wait, apakah namanya Ryan? Ryan Calton?"
"Ya, benar. Berarti kau sudah bertemu dengannya?"
"Ya. Beberapa hari lalu dia ke rumahku untuk menjemput temannya."
"Oh? Benarkah? Memangnya dia punya seorang teman di California?"
"Ya, seorang gadis. Dari Wisconsin."
"Oh baiklah. Aku mengerti siapa yang kau bicarakan. Namanya Spring right? Spring Foster?"
"Ya. Tapi dia sudah pergi ke New York kemarin. Tapi by the way, kenapa anakmu ada di California?"
"Mmm ya, dia mengikuti kelas sains selama beberapa bulan di sana. Dia mungkin akan pulang ke New York sebulan lagi. Setelah musim panas berakhir."
"Well, aku akan menghubunginya nanti kalau ada waktu. I've gotta go. Bye."
"Alright, bye."
Aku mengetuk ngetuk ponselku ke meja. Oh? Jadi keluarga Mr. Gerry kenal sangat dekat dengan Spring? Yeah, itu berarti Ryan memang sangat dekat dengan Spring. Sialan. Dia membuat Spring pergi jauh dariku.
**********************
(POV: SPRING)
"Hei, Spring. Wake up. Heiii."
Aku mengerjap ngerjapkan mataku dan samar samar terlihat Jane mengguncang tubuhku pelan. Aku mengucek ngucek mataku sambil menguap lebar. "Mmm? Ada apa? Ini masih terlalu pagi untuk bangun."
"Aku harus pergi belanja ke supermarket. Cepat bangun kalau Mrs. Sarah memintamu melayaninya, okay? Dia akan memanggilmu melalui interkom jika dia membutuhkanmu. Aku tidak akan lama. Aku akan segera kembali. Berperilakulah baik."
Aku mengangguk ngangguk sambil menutup mataku lagi. "Alright, alright, pergilah. Aku masih sangat mengantuk."
Jane mengangguk lalu pergi dari sana. Aku berniat untuk tidur lagi, tapi getaran di ponselku membuatku terpaksa bangun. Aku segera mengeceknya dan melihat nama Ryan tertera di layar. Oh? Mau apa dia pagi pagi menelfonku? Aku segera mengangkatnya masih dengan mata agak tertutup.
"Ya? Ada apa? Apa ini tidak terlalu pagi untuk menelfon?"
"Oh? Maaf. Kupikir kau sudah bangun. Bukannya kau sangat rajin di Wisconsin. Dulu jam segini kau sudah berlari keliling kebun, right?"
Aku terkekeh. "Oh tolong, jangan ingatkan aku tentang hal bodoh itu. Tapi kau juga ikut denganku kan?"
Ryan tertawa. "Itu karena aku suka melihat laki laki yang bekerja di kebun dengan hanya memakai boxer, sementara bokongnya bagaikan anak babi."
Aku tertawa. "Shut up Ryan! Ini masih terlalu pagi untuk tertawa. Tapi kau pasti menelfonku dengan sebuah tujuan kan?"
"Ya begitulah. Aku hanya mau bertanya keadaanmu. Apa kau sudah dengan kakakmu? Aku takut kalau kau tersesat lagi."
"Tidak, tidak. Aku sudah tidak tersesat lagi seperti anak ayam. Aku sudah dengan kakakku. Oh ya, dan kau tahu? Rumah majikan kakakku sangat sangat besar."
"Oh benarkah? Itu berarti kau tinggal di rumah yang besar sekarang?"
"Right, di kamar pembantu lebih tepatnya. Bahkan kamar ini lebih kecil daripada flatmu. Sounds bad hmm?"
"Tidak usah sedih, yang terpenting sebentar lagi kau akan sekolah di New York kan?"
"Yeah, tapi kelihatannya masih agak lama."
"Well, kurasa aku harus pergi sekarang. Oh ya, apa kau tidak berniat untuk menemui Nadine?"
Aku berpikir sebentar. "Nadine? Nadine McKenzey pacarmu itu? Yang cantik? Yang ikut denganmu waktu kau ke Wisconsin? Dan dia menginap di rumahku?"
"Yeah, exactly."
"Entahlah. Kurasa dia tidak akan suka denganku. Buktinya, dia selalu kesal kan kalau aku dekat dekat denganmu?"
Ryan tertawa. "Dia memang sangat lucu dan sedikit aneh. Dia selalu cemburu berlebihan. Tapi sebenarnya dia sangat baik kok."
"Yeah, mungkin aku akan mencari pekerjaan selama di New York. Aku butuh tambahan uang untuk mengganti uangmu, juga untuk menyewa sebuah flat untukku."
"Berjuanglah! Semangat! Baiklah, aku harus benar benar pergi sekarang. Bye."
"Bye."
a/n: haiiii guyss!!! sorry banget buat late updatenya yaaa! Gue lagi sibuk sama urusan sekolah dkk jadi gak sempet buat update hehe. tapi gue seneng banget dehh karena pas gue buka readers sama votenya udah banyakkk. Thank u so much much much buat kalian yang usah nge vote dan yang masih jadi silent readers, semoga cepet sadar deh mwehehe._.v btw enjoy yaa maap kalo kependekan garing terus agak absurd soalnya gue nulis ini pas lagi baper asekkkk hahha ILYYY<3<3
KAMU SEDANG MEMBACA
SPRING
Fanfictionwhen love is not about who are you and where are you from. it's a love story between Zayn Malik the heirs of Broadway Company and Spring Foster an ordinary girl.