Chapter 18

46 8 0
                                    

(POV: SPRING)

                Aku menatap sekerumunan remaja yang sedang berbincang bincang di tangga. Aku menghela nafas panjang. Aku pergi dari Wisconsin untuk menjadi seperti mereka, tapi aku malah tersesat di sini seorang diri. Aku ingin mengeluarkan air mataku sekarang, tapi aku tidak boleh melakukannya.

                "Sedang apa kau?"

                Aku kaget dan menoleh ke belakang. Zayn berdiri di belakangku dengan tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya.

                Aku tersenyum lemas. "Aku hanya melihat bagimana remaja remaja di California menghabiskan waktu mereka saat di sekolah."

                Zayn menaikkan kedua alisnya. "Apa menariknya?"

                Aku mengedikkan bahu. "Kukira mereka akan pergi berpesta malam ini."

                Zayn mengerutkan dahinya. "Benarkah? Bahkan jika kau ikut, itu tidak akan menarik sama sekali. Pesta yang mereka buat hanyalah pesta konyol yang dipenuhi oleh remaja remaja yang berisik dan menyebalkan."

                Aku tertawa kecil. "Oh? Benarkah? Kenapa kau beranggapan seperti itu?"

                Zayn mendecak kesal. "Berdagang narkoba jauh lebih menyenangkan."

                Aku tergelak. "Baiklah, terserah kau saja. Oh ya, aku harus segera pergi. Terimakasih sudah mengajakku ke sekolahmu. Tolong simpan koperku di rumahmu sebentar. Aku akan kembali untuk mengambilnya nanti malam."

                Zayn menaikkan sebelah alisnya. "Kau akan pergi kemana? Kau akan mencari Stella?"

                Aku mengangguk. "Aku tidak punya tujuan lagi. Aku harus mencari Stella agar aku bisa menghubungi kakakku. Aku harus bisa menghubungi kakakku."

                Zayn hanya meresponsku dengan muka innocent.

                Aku tersenyum canggung dan melambaikan tanganku ke arahnya. "Kalau begitu, bye."

                Zayn menatapku ragu. "Memangnya kau sendiri tahu mau kemana?"

                Aku mengangguk ngangguk. "Ke sana." aku menunjuk ke arah utara dengan wajah yakin.

                Aku segera berjalan menaiki tangga.

                "Sok tahu." Zayn tertawa sarkas.

                Aku tidak menghiraukannya dan tetap berjalan. Tiba tiba tangan besar milik Zayn memgang bahuku dan memutar tubuhku dengan cekatan. Aku tercengang dan menatapnya kebingungan. Dia merangkul kedua bahuku dan menuntunku menuruni tangga.

                Aku menjauhkan tubuhku darinya. "Aku bisa pergi sendiri kok."

                Zayn melepaskan rangkulannya dan memasukkan tangannya ke dalam saku. "Ayo pergi bersama."

                Aku menatapnya sangsi. "Memangnya kau tidak ada kelas?"

                Zayn menggeleng. "Itu kelas yang tidak kusuka. Aku akan memanfaatkanmu sebagai alasan."

                Aku mengerutkan sudut bibirku. "Kelas apa itu?"

                Zayn memutar bola matanya dan mempercepat langkahnya. "Matematika."

SPRINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang