(California) (POV: ZAYN)
Drrtttt...drrrtttt...oh shit. Siapa yang menggangguku pagi pagi buta begini? Aku mengerang dan segera menyambar ponselku. Masih dengan mata yang sedikit tertutup, aku bisa melihat nama Rachel tertera di sana. Ck. Apa dia tidak tahu ini jam berapa? Apa dia sudah gila? Apa dia punya urusan yang sangat penting hingga harus menggangguku di pagi hari? Aku mereject panggilannya dan melemparkan ponselku ke segala arah.
"Zayn!" baru saja aku hendak menutup mataku, Jai memanggilku.
Holy shit. Aku memalingkan wajahku ke arah Jai yang sedang berdiri di ambang pintu. "Ada apa?"
"Get up bro! Ini sudah jam 9. Kau harus berangkat kuliah kan?" Jai menatapku lekat lekat dengan tangan yang dilipat di dada.
Sialan. Bahkan aku lupa meskipun tinggal di California aku tetaplah seorang pelajar. "Oh sialan. Yang benar saja. Apa kau yakin ini sudah jam 9?"
Jai mendecak kesal. "Kau tidak lihat ke arah jendela? Matahari sudah bersinar begitu terang bro. Dan kau bilang kalau ini masih pagi?"
Aku memutar bola mataku dan segera bangkit. "Alright, alright. Hei Jai, apa kau sedang tidak ada kerjaan?"
Jai memutar mutar mulutnya, lalu menggeleng. "I have nothing to do. Why?"
Aku terkekeh. "Perfect. Itu artinya kau bisa kan membuatkan sarapan untukku?"
Jai memutar bola matanya. "Dasar. Baiklah, karena bisa dibilang aku menumpang di rumahmu, maka aku akan membuatkanmu sarapan. Anggap saja itu sebagai biaya sewa kamar."
Aku tergelak. "Sejak kapan kau sadar kalau kau itu menumpang?"
Jai tidak menjawab karena dia sudah keburu ngibrit. "Sialan." umpatku kesal.
*****************
Aku barusan saja selesai memarkir lamborghini ku ketika ponselku bergetar dan tertera di sana kalau Rachel mengirimkanku pesan singkat. Ck. Sebenarnya apa yang mau dia bicarakan denganku? Aku hanya membuka pesannya tapi tidak membacanya. Bisa dibilang lebih tepatnya, mengabaikan dengan cara yang halus. Aku segera mengenakan tas ku dan menuju ke kelas. Mr. Diego menatapku sinis ketika aku mengetuk pintu kelas. Aku menghela nafas panjang sambil membetulkan rambutku.
Mr. Diego meletakkan spidolnya dan menggeleng gelengkan kepalanya. "Mr. Malik, kau telat lagi."
Aku memutar bola mataku dan segera masuk ke dalam. Seluruh siswa menatapku seakan akan bertanya kenapa rambutku tetap terlihat keren meskipun masih basah(?)
"Maafkan saya, Mr. Saya bangun kesiangan. Kau tahu sendiri kan, kalau hawa California ini cenderung membuatku ingin pergi ke pantai dan menghabiskan waktu untuk surfing di sana." aku mengedikkan bahu.
Semua siswa tergelak dan tertawa heboh ketika mendengar alasanku yang bisa dibilang tidak logis. Mr. Diego menggeleng gelengkan kepalanya. "Kau sudah ketinggalan modul. Kau harus segera menyelesaikan modulmu kalau kau mau kembali ke New York."
Aku menaikkan kedua alisku. "Kenapa aku harus kejar modul? Lebih baik aku tinggal di California daripada harus kejar modul. I think, California is better than New York."
Aku mengedikkan bahu lalu berjalan menuju ke bangkuku dengan wajah innocent. Perkataanku barusan memang benar. Lebih baik aku tinggal lebih lama di California ketimbang tinggal di New York dan hanya menjadi sampah bagi mereka.
"Mr. Malik." suara Mr. Diego menghentikan langkahku.
"Kau mungkin tidak mau kembali. Tapi suatu saat nanti kau pasti akan punya alasan untuk kembali. Dan aku yakin saat alasan itu ada, kau akan memaksa untuk kembali. So, pikirkan lagi perkataanmu itu."
Aku menghela nafas panjang. Alasan? Alasan apa? Tidak ada alasan kenapa aku diasingkan ke California, dan itu artinya juga tidak ada alasan untuk kembali.
***********************
(New York) (POV: AUTHOR)
"Rachel." suara Mrs. Rosie membuat Rachel menoleh.
"Ada apa?" tanya Rachel sambil masih mengepack barang barangnya ke dalam koper.
"Berapa lama kau di California?" Mrs. Rosie masuk ke dalam kamar Rachel dan duduk di pinggir ranjangnya.
"Entahlah. Aku akan di sana sampai liburan berakhir. Lebih baik aku menghabiskan liburan dengan Zayn ketimbang harus di sini dan menghabiskan liburan dengan keluarga baru." Rachel tersenyum sarkas.
Mrs. Rosie menghela nafas. "Aku tahu kalau kau tidak menyukai Mr. Derek karena dia ayah dari Harry Styles. Tapi setidaknya mencobalah bersikap baik kepada Mr. Derek kalau kau tidak mau bersikap baik kepada Harry. Kau boleh mengacuhkannya. Tapi tolong, jangan acuhkan Mr. Derek. Dia akan segera menjadi ayahmu yang baru."
Rachel menatap ibunya beberapa detik lalu mendengus kesal. "Aku tidak menyukai Mr. Derek itu bukan karena dia ayah dari Harry Styles. Aku tidak menyukai Mr. Derek karena aku memang tidak ingin punya ayah baru. Lagipula, untuk apa aku bersikap manis pada Harry kalau laki laki keriting sialan itu mengacuhkanku? Aku tidak butuh keluarga baru. Yang kubutuhkan hanya ketenangan. Jadi, lebih baik kau pikirkan lagi rencana pernikahanmu itu."
Mrs. Rosie mengelus rambut panjang Rachel. "Rachel, kita hanya tinggal berdua. Dan aku ingin punya pendamping saat aku tua nanti. Apa kau tidak mau melihat mom mu bahagia?"
Rachel memutar bola matanya. "Butuh pendamping baru? Atau butuh promotor untuk perusahaan agar perusahaan mom semakin berjaya?"
Mrs. Rosie mendelik ke arah Rachel. "Rachel! Jaga bicaramu. Aku tidak ingin berdebat denganmu . Sudahlah, meskipun kau tidak menyukai Mr. Derek, aku akan tetap menikah dengannya."
Rachel mengangkat kedua bahunya. "Menikah saja. Aku tidak peduli. Kalau kau menikah, aku akan tinggal dengan Zayn di California. Aku akan lebih bahagia di sana."
Mrs. Rosie menghela nafas panjang. "Well, beristirahatlah. Besok kau akan terbang ke California untuk menemui tunanganmu. Have a nice holiday, Rachel."
Rachel tersenyum sedikit tidak ikhlas. "Yeah, i hope so."
Mrs. Rosie tersenyum lalu mengecup kening Rachel. "Besok aku tidak bisa mengantarkanmu ke bandara. Mr. Lamb akan mengantarmu. Well, tolong sampaikan salamku untuk calon menantuku yang tampan itu. Aku ingin segera bertemu dengannya kalau dia kembali ke New York."
Rachel mengangguk. "Of course. Dia akan segera kembali ke New York."
Respect please. Don't be a slinet readers, guys!! Vote&comment please:)x 5++ vote for the next chap woohoooo!!
KAMU SEDANG MEMBACA
SPRING
Fanfictionwhen love is not about who are you and where are you from. it's a love story between Zayn Malik the heirs of Broadway Company and Spring Foster an ordinary girl.