"Dia baik baik saja. Hanya butuh sedikit pemulihan agar tulang di dekat matanya tidak terlalu bengkak." jelas seorang dokter dengan senyuman ramah di bibirnya.
Oh ya Tuhan. Syukurlah laki laki tadi tidak kenapa napa. Aku bisa dituntut ke penjara kalau dia sampai mengalami cedera serius.
Laki laki timur itu mengangguk ngangguk. "Okay. Thanks dok. Tapi dia tidak mengalami cidera khusus atau sesuatu yang membahayakan matanya kan?"
Dokter itu menggeleng cepat. "Tidak. Tidak ada. Ini hanya pukulan ringan. Dia pingsan karena pukulannya mengenai matanya yang terlalu sering melihat ke arah matahari. Jadi, saat matanya menerima pukulan, otot dan tulang matanya belum stabil hingga menyebabkan dia hilang keseimbangan dan pingsan."
Laki laki timur itu mengangguk ngangguk lagi dengan wajah lega. "Alright. Thanks."
Dokter itu tersenyum lalu menepuk bahu laki laki timur itu. "Well, kutinggal dulu. Kuharap temanmu cepat sembuh."
Laki laki timur itu tersenyum ramah ke arahnya. Dokter muda itu segera meninggalkan kami berdua dalam keadaan canggung. Aku bahkan tidak tahu siapa nama laki laki yang sedang berdiri di hadapanku sekarang ini. No, no, no. I mean, aku dengar pelayan di cafe tadi memanggil dia Zayn. Tapi masa iya aku harus sok akrab dan memanggil namanya? Tidak. Aku harus tetap diam dan berusaha tenang.
Laki laki timur itu berbalik menatapku. "Well, kelihatannya kau tidak terlalu bersalah dalam kejadian ini."
Aku mendecak kesal. "Kan aku sudah bilang dari awal. Aku tidak memukulnya terlalu keras kok."
Laki laki timur itu menaikkan kedua alisnya dengan tangan yang dilipat di dada. "Aku minta tanda pengenalmu."
Aku mendelik ke arahnya. What the heck?! Untuk apa dia minta tanda pengenalku? "Kenapa kau harus minta tanda pengenalku?"
Laki laki timur itu memutar bola matanya. "Aku butuh itu sebagai tanda pertanggung jawabanmu."
Damn. Laki laki ini sangat menyusahkanku. "Tapi, urusan kita sudah selesai. Temanmu itu baik baik saja. Dia akan segera sembuh. Lalu aku salah apa lagi?"
Laki laki timur itu mengedikkan bahunya. "Sudah, tidak usah cerewet. Aku akan segera mengembalikannya setelah temanku keluar dari rumah sakit. Ini hanay untuk berjaga jaga. Siapa tahu tiba tiba temanku sekarat dan kau sudah kabur? It's not fair, right?"
Aku mendengus kesal. "Tapi kan itu-"
Kata kataku terpotong karena tiba tiba laki laki itu menyambar tasku dan mengobok ngobok isinya. Dia pasti mencari tanda pengenalku.
"Heiii!!! Kembalikan! Kau tidak punya hak untuk mngambil kartu tanda pengenalku!! Heii!" aku berteriak teriak sambil mencoba merebut tasu darinya.
Tapi aku kalah gesit karena dengan cekatan laki laki itu sudah mendapatkan karu pengenalku dan memasukkannya ke dalam saku celananya. Aku menatapnya dengan tidak percaya. Apa yang barusan dia lakukan?! Ck. Persetan dengannya. Dia sangat annoyed. Berengsek. Kenapa aku harus berurusan dengannya?
Laki laki timur itu mengacungkan tanda pengenalku ke udara. "Hmm. Spring Foster. Nama yang langka dan lumayan mengesankan."
"Alright. Aku pinjam ini dulu." dia mengembalikan tasku dengan cara melemparnya dan segera berjalan meninggalkanku yang masih terbengong bengong dengan perlakuannya barusan.
"Heii!! Tungguu!!!!" aku menjerit kesal ke arahnya.
Laki laki timur itu terus berjalan tanpa berniat menghentikan langkahnya.
"Hei!! Kembalikan kartu pengenalku!" aku berusaha mengerjar langkahnya yang semakin cepat.
Aku mengejarnya hingga ke parkiran. Laki laki timur itu masuk ke dalam mobilnya dengan wajah santai. Aku menatapnya dengan kesal. Dia itu manusia atau bukan?! Aku segera berlari ke arahnya yang hendak masuk ke dalam mobil. Aku menarik lengannya dengan kasar.
"Heii! kembalikan tanda pengenalku! Kau tidak boleh mengambilnya begitu saja. Barang itu sangat penting untukku." teriakku kesal.
Laki laki itu menatapku innocent. "Kan aku sudah bilang kalau aku akan mengembalikan kartu pengenalmu kalau temanku sudah keluar dari rumah sakit. Kau ini tuli atau bodoh sebenarnya? Oh dan satu lagi, namaku Zayn, bukan hei. Okay?"
Aku menganga lebar lebar. Dia segera masuk ke dalam mobilnya dan menghidupkan mesinnya. Aku segera berlari ke arah pintu lain dan masuk ke dalam mobilnya.
Laki laki itu memicingkan matanya. "Mau apa kau masuk ke dalam mobilku?"
"Aku akan ikut kemanapun kartu pengenalku pergi." aku menatap lurus ke depan dengan wajah kesal.
Laki laki timur itu menaikkan kedua alisnya. "Kau yakin?"
Aku mengerutkan dahiku. "Ya, aku yakin. Aku tidak akan pergi sebelum aku mendapatkan kartu tanda pengenalku."
Laki laki itu terkekeh. "Alright, alright. Kau sudah bilang seperti itu, dan itu artinya kau harus melakukannya."
Aku mengedikkan bahu. "Whatever. Kau harus mengantarku ke rumah Stella."
Laki laki itu mengerutkan dahinya. "Mau apa kau ke sana? Dia tidak akan ada dirumahnya. Kau hanya akan mendapatkan kesialan kalau pergi ke rumahnya. Lebih baik kau cari penginapan."
Aku mendengus kesal. "Sudah, tidak usah cerewet. Antar saja aku ke rumah Stella. Kakakku bilang kalau Stella pasti akan memberikan tumpangan. Jadi dia pasti ada di rumah."
Laki laki itu menggaruk garuk rambutnya. "Okay, okay. Tapi jangan salahkan aku kalau kau justru mendapatkan masalah saat datang ke sana."
Aku memutar bola mataku. Memangnya dia tahu apa tentang Stella? Dasar menyebalkan.
tuh si ganteng udah gue taruh di mulmed,happy reading sambil ngeliatin zayn ya hohhhoooo.leave ur vomment guys;)x
KAMU SEDANG MEMBACA
SPRING
Fanfictionwhen love is not about who are you and where are you from. it's a love story between Zayn Malik the heirs of Broadway Company and Spring Foster an ordinary girl.