(POV: SPRING)
"Hello everyone. Welcome to California. Thanks for fly with us dan have a nice day. May god bless u all." suara speaker pesawat membuatku terbangun.
Aku mengerjapkan ngerjapkan mataku dan merenggangkan kedua tanganku yang bebas ke atas. Aku menyipitkan mataku ketika melihat ke arah jendela pesawat karena sinar matahari yang mengenai wajahku. Aku bisa melihat tulisan Los Angeles Airport di luar sana. Aku tersenyum bahagia dengan mata berbinar binar. Aku menanggalkan selimutku dan segera berdiri. Pun aku mengambil koperku dan segera berjalan keluar pesawat bersama dengan penumpang penumpang lainnya. Oh god. Hard to believe that. I'm not in Wisconsin anymore.
Aku menarik koperku sepanjang hall airport. Pandanganku menyapu seluruh bandara. Banyak keluarga yang datang dan pergi. Atau hanya sekadar menjemput keluarga yang datang. Seorang wanita cantik dengan seragam petugas bandara mengulurkan sebuah brosur kepadaku.
Dia tersenyum ramah. "Welcome to California, Ms. Ini peta California untukmu jika kau membutuhkannya. Semoga harimu menyenangkan."
Aku mengerutkan dahi ketika menatap peta itu. "Well, bagaimana aku bisa pergi ke patung Liberty? Oh god. Aku sangat ingin ke sana."
Wanita itu menatapku kebingungan. "Sorry Ms. Tapi ini California, bukan New York. Kau sedang ada di Los Angeles, California."
Aku menganga selebar lebarnya. What the fuck?! Barusan dia bilang kalau aku di California, dan bukan di New York? Tapi kupikir Los Angeles itu ada di New York. Jadi maksudnya, aku salah naik pesawat? Atau Jane yang salah memesan tiket pesawat? Aku segera mengeluarkan tiketku dan mengechecknya. Aku menghela nafas putus asa ketika melihat tujuan tiket pesawatku adalah California. Bagaimana bisa Jane membeli tiket yang salah untukku? Lalu sekarang, apa yang harus kulakukan? Aku tidak tahu apa apa tentang California.
"Nona? Apa ada yang bisa kubantu" suara wanita itu membuyarkan lamunanku.
Aku mendongakkan kepalaku dan tersenyum kecut. "Emm, nothing. Kurasa aku salah pesan tiket. It's okay. Aku akan minta dijemput oleh kakakku. Oh ya, apakah ada tempat peristirahatan di dekat sini?"
Wanita itu mengangguk. "Ada daerah kafe panjang di daerah dekat Manhattan Beach. Di sana ada banyak tempat peristirahatan untuk para turis."
Aku mengangguk dan tersenyum. "Alright. Terima kasih informasinya. Semoga aku tidak tersesat."
Wanita itu tersenyum dan membungkukkan badannya. "My pleasure. Have a nice day."
Aku tersenyum dan segera keluar dari area bandara. Aku melihat seorang gadis seumuranku dengan pakaian serba mahal dan mewah. Kulitnya sedikit kecokelatan karena berjemur dan tubuhnya sangat langsing bagaikan putri kerajaan Inggris. Banyak pelayan yang sedang memasukkan koper kopernya ke dalam mobil mewah. Gadis itu sedang berbicara di telfon. Dia pasti seorang anak konglomerat yang kaya raya dan hartanya tidak akan habis dimakan tujuh turunan. Betapa beruntungnya menjadi gadis seperti dirinya. Aku mencoba mendekat ke arahnya untuk mendengar apa yang sedang dibicarakan di telfon. Aku hanya ingin tahu seperti apa wanita konglomerat saat mengobrol di telfon.
"Aku sudah di California. Aku akan menginap di hotel dulu karena sampai sekarang Zayn belum menjawab telfonku."
"Aku sudah mengirimkan pesan yang menyatakan kalau aku akan mengunjunginya ke California. Tapi dia tidak merespons pesanku."
"Entahlah. Tapi aku berharap dia baik baik saja. Aku akan mencoba mencari tempat tinggalnya nanti."
"Kelihatannya tidak ada yang berubah dengan tunanganku itu. Hanya saja kulitnya menjadi lebih cokelat karena terlalu sering surfing dan berjemur di pantai. Aku lihat di akun instagramnya kalau dia surfing hampir setiap hari."
"Dia tetaplah Zayn yang tampan seperti ketika masih di New York. Kudengar dia juga jadi seorang pelajar di UCLA. Tidak, dia hanya menghabiskan kelas musim panas di sana, dan akan kembali saat dia sudah menyelesaikan modulnya. Yeah, kuharap dia segera menyelesaikan modulnya."
Tiba tiba saja gadis itu menatapku sinis karena menyadari kalau aku mengupingnya sedari tadi. Aku sedikit kaget dan segera membuat jarak dengannya. Gadis itu memutar bola matanya sambil tersenyum meremehkan.
"Alright, alright. Akan kuhubungi lagi nanti kalau ada waktu. I've gotta go. Bye." gadis itu mengakhiri pembicaraannya di telfon.
Dia berbalik menghadapku dengan tatapan sinis. "Apa yang sedang kau lihat?"
Aku menggeleng. "Aku tidak sedang melihatmu. Kebetulan saja aku sedang berdiri di sini. Lagipula ini kan tempat umum."
Gadis itu tersenyum sarkas. "Apa kau seorang paparazzi sehingga kau harus mendengarkan semua percakapanku di telfon? Apa kau tidak punya pekerjaan lain?"
Aku menggeleng. "Demi Tuhan, aku tidak bermaksud menguping. Aku berdiri di dekatmu, jadi wajar kalau aku bisa mendengarkan semua percakapanmu.
Gadia itu menaikkan kedua alisnya. "Whatever. Aku tidak punya waktu untuk berdebat dengan orang sepertimu."
Gadis high class itu pun masuk ke dalam mobil yang sedari tadi sudah menunggunya. Seorang laki laki membukakan pintu untuknya. Aku menggeleng geleng. Ternyata seperti itu kehidupan orang kaya. Mau masuk ke dalam mobil saja pintunya harus dibukakan. Mereka tidak pernah peduli dengan orang orang yang berada di tingkat bawah.
Astaga. Aku baru ingat kalau aku menyimpan nomor telfon Jane. Aku harus segera menghubunginya. Siapa tahu dia bisa membantuku. Sialan karena hanya nada tunggu sedari tadi. Hingga akhirnya terdengar suara seorang wanita di seberang sana.
"Ya, halo?"
"Jane! Oh my god! Jane, ini aku adikmu. Spring." aku tersenyum bahagia karena akhirnya setelah sekian lama aku bisa mendengar suaranya lagi.
Jane terdengar menangis di seberang sana. "Oh my god, Spring. Aku sangat merindukanmu. Bagaimana? Apa kau sudah sampai di New York?"
Aku menghela nafas. "Itulah masalahnya Jane. Kau membelikan tiket pesawat dengan tujuan California. So, aku sekarang berada di Los Angeles, California. Oh god damn it. Aku tidak tahu sekarang harus kemana."
"What the fuck! Yang benar saja! Tapi aku sudah sangat yakin kalau aku membelikan tiket pesawat dengan tujuan New York. Alright alright, sekarang kau tenang dulu. Okay? Kau akan ke New York secepatnya. Kau tidak usah khawatir. Aku akan usahakan agar kau bisa sampai di New York. Aku punya seorang teman yang tinggal di daerah Manhattan Beach. Kau bisa mengunjunginya dan tinggal di sana untuk beberapa saat. Aku tidak tahu letak persisnya. Tapi kau bisa datangi tempat kerjanya. Dia bekerja sebagai pelayan di sebuah kafe yang besar di Manhattan Beach. Kalau kau bisa menemukannya, bilang kalau kau adikku. Okay?"
"Okay, okay. Aku akan coba untuk mencarinya. Tapi by the way, siapa namanya?"
"Namanya Stella. Dia memiliki rambut pirang dan mata yang agak sipit. Semoga saja dia belum pindah. Well, hubungi aku lagi kalau kau butuh bantuan."
"Okay. Wish me luck. Kuhubungi kau lagi nanti. Bye."
"Bye. Be careful Spring."
"Of course."
sorry kalo banyak yang typo ahahahahha.don't forget to vomment guys;))
KAMU SEDANG MEMBACA
SPRING
Fanfictionwhen love is not about who are you and where are you from. it's a love story between Zayn Malik the heirs of Broadway Company and Spring Foster an ordinary girl.