Chapter 16

61 10 2
                                    

(POV: AUTHOR)

                "Direktur Dave!" panggil Mr. Gerry sambil berlari ke arah lelaki yang sedang berjalan sepanjang koridor dengan wajah innocent seperti biasanya.

                Dave menghentikan langkahnya dan menoleh. "Ada apa?"

                Mr. Gerry mengatur nafasnya perlahan. "Bagaimana persiapanmu ke California nanti malam?"

                Dave menghela nafas beberapa saat. "Semuanya sudah siap. Pesawatku berangkat jam 7 malam."

                Mr. Gerry mengangguk ngangguk. "Bagus kalau begitu. Aku akan ikut mengantarkanmu ke bandara."

                Dave mengangguk lalu dengan wajah datarnya, ia berjalan meninggalkan Mr. Gerry.

                "Direktur Dave?" panggil Mr. Gerry lagi dengan suara lebih pelan.

                Dave menaikkan sebelah alisnya. "Ada apa lagi?"

                Mr. Gerry menghela nafas panjang. "Presiden bilang saat kau tiba di California nanti, dia ingin kau menemui Zayn."

                Dave memutar bola matanya. "Untuk apa aku menemui Zayn? Aku tidak butuh bertemu dengannya."

                Mr. Gerry menggaruk rambutnya yang tidak gatal. "Tapi ini perintah dari presiden. Dia ingin kau menemui Zayn tidak peduli kau mau atau tidak. Maaf. Bukannya aku lancang."

                Dave mengedikkan bahunya. "Well, lihat nanti saja. Kau pergilah bekerja. Aku ada rapat dewan. Oh ya, tolong sampaikan kepada Mr. Hendry kalau aku ingin bertemu dengannya setelah makan siang."

                Mr. Gerry mengangguk. "Baik, direktur. Aku permisi."

                Dave mengangguk, pun Mr. Gerry segera berjalan menuju ke lift.

(California) (POV: SPRING)

                Aku mengaduk ngaduk makananku sambil masih memikirkan kejadian barusan. Bagaimana bisa dia bertanya seperti itu? Memangnya kenapa kalau ginjalku masih sehat? Ini membuatku takut tapi juga penasaran. Aku tersenyum kecil ketika melihat dream catcherku dia gantung di depan pintu rumahnya. Setidaknya sampai sejauh ini aku sangat bersyukur karena Zayn mau memberikanku tumpangan, ya meskipun dengan kesan sedikit horror. Aku baru akan menyudahi makanku ketika aku melihat Zayn turun dari atas dan sudah berpakaian rapi dengan tas di punggungnya. Aku segera bangkit dan membawa piringku ke dishwasher.

                Aku menghampiri Zayn yang sedang mencari sesuatu di atas meja. "Kau mau...pergi?"

                Zayn menoleh ke arahku dan mengangguk. "Ya, aku akan pergi."

                Aku mengerutkan sudut bibirku. "Pergi? Pergi kemana? Ke kafenya Stella?"

                Zayn memutar tubuhnya ke arahku dengan dahi berkerut. "Kenapa kau berpikiran aku akan ke sana? Kafe itu buka jam 3 sore."

                Aku mengangguk ngangguk. "Kalau begitu, kau mau kemana? Kenapa membawa tas segala?"

                Zayn memasukkan sesuatu ke dalam tasnya kemudian menatapku lagi. "Aku akan ke sekolah."

                Aku sedikit kaget mendengar pernyataannya. "Jadi kau....seorang pelajar?"

                Zayn mengedikkan bahu. "Pelajar magang lebih tepatnya."

                Aku mengerutkan dahiku. "Pelajar magang? Apa maksudnya? Memangnya pelajar bisa magang seperti bekerja?"

                Zayn memutar bola matanya. "Maksudnya, aku hanya kejar modul. Setelah modulku selesai, aku akan menyelesaikan kelas musim panasku di California."

                Aku memutar mutar mulutku beberapa saat. "Apa sekolahmu itu seperti yang di film film?"

                Zayn menaikkan sebelah alisnya sambil tertawa kecil. "Sekolah seperti apa yang kau maksud? Sekolah sihir Harry Potter?"

                Aku tertawa ketika mendengar leluconnya. Dia selalu memasang muka seakan tidak peduli dan innocent. Tapi semua usahanya memasang muka cool itu selalu sia sia, dia tetap terlihat lucu dan sedikit aneh.

                "Kau tertawa lagi. Apa kau setiap harinya selalu banyak tertawa?" gerutu Zayn kesal.

                Aku menggeleng. "Mmm, aku hanya penasaran seperti apa sekolah yang ditempati oleh pelajar pelajar di California. Kalau begitu, aku akan segera ganti baju dan menyiapkan tasku."

                Aku hendak membalikkan tubuh, tapi Zayn menahan lenganku dengan cepat. "Pergi kemana?"

                Aku mengangkat bahuku. "Kalau kau pergi, itu berarti aku juga harus pergi."

                Zayn melepaskan tangannya dari lenganku. "Tinggal sajalah disini hingga aku kembali dari sekolah. Bagaimanapun juga kau tidak punya tempat lain untuk pergi kan?"

                Aku mendesah pelan. "Aku akan mencari Stella. Dia pasti-"

                "Tidak usah mencarinya. Dia pasti tidak ada di rumah." potong Zayn cepat.

                "Tapi siapa tahu saja dia sudah-"

                "Tidak ada. Dia tidak akan ada di rumah. Kan aku sudah bilang kalau itu rumah mantan pacarnya." dia memotong perkataanku lagi.

                Aku memajukan bibir bawahku. "Mungkin aku bisa naik bus."

                Zayn mendecak kesal. "Tidak ada bus yang lewat di daerah ini. Jarang ada orang yang naik bus di daerah dekat sini. Kau harus pergi ke kota untuk mencegat bus. Dan itu jaraknya sangat jauh."

                Aku manggut manggut. "Tapi kan tetap saja-"

                Zayn memutar bola matanya. "Alright, alright. Jika kau tidak nyaman tinggal sendirian di sini, bagaimana kalau kau ikut ke sekolahku?"

                Aku menatapnya kebingungan. "Memangnya...boleh?"

                Zayn mengangguk. "Tentu saja. Tidak ada yang melarang. Lagipula kau bilang kau penasaran kan dengan sekolah yang ditempati remaja remaja California?"

                Aku memutar otakku. Mungkin dia benar. Lebih baik aku ikut dengannya daripada harus sendirian di rumah sebesar ini. "Okay, aku ikut denganmu. Tunggu sebentar. Aku akan bersiap siap."

                Zayn mengangguk ngangguk. Aku tersenyum miring dan segera masuk ke dalam kamar.

(POV: ZAYN)

                Aku tersenyum dalam hati ketika melihat gadis itu seakan akan kebingungan. Dia terlihat semakin lucu dan aneh. Dia sangat polos dan suka tersenyum. Dia juga punya gaya bicara yang hangat dan menyenangkan. Aku memang sengaja tidak memperbolehkannya pergi jauh dariku. Dia menumpang di rumahku dan sudah terlanjur kenal denganku. Itu artinya aku harus mengenalnya lebih dalam lagi. AKu saja sampai sekarang tidak mengerti apa yang terjadi dengannya. Aku berjalan keluar sambil memakan sandwich yang barusan kubuat. Aku menoleh ke arah kamar Spring untuk melihat apa yang sedang dilakukannya. Aku terlonjak kaget dan tersedak hebat ketika melihat Spring hanya memakai bra untuk menutupi bagian atasnya. Sialan. Kenapa dia tidak menutup gordennya saat mengganti baju? AKu segera berlari masuk ke dalam sebelum pikiran kotor merasuk ke dalam pikiranku. Berengsek. Tapi aku juga tidak bisa bohong kalau tadi benar benar membuatku horny. Oh sialan.


a/n: tuh si zayn nya mau berangkat sekolah. ada yang mau nemenin gak? keburu ditemenin sama spring noh:D ganteng banget kan zayn yang di mulmed GWELAAAAAAA/pingsan/ don't forget to vomment guys! 10++ vote for next chap!!! biglaff for ya xx

SPRINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang