Chapter 32

38 6 0
                                    

The Songs For This Chapter :

Maroon5 – Leaving California

(California) (POV: SPRING)

Aku baru saja selesai memasukkan koperku ke dalam bagasi taksi ketika aku mendengar ponselku berbunyi. Aku mengeceknya dan melihat ada telfon masuk dari Jane. Aku segera mengangkatnya.

"Halo Jane?"

"Spring! Apa kau sudah di bandara?"

"Belum. Aku akan naik taksi sebentar lagi."

"Temanmu yang bernama Ryan itu tidak mengantarmu?"

"Tidak. Dia harus pergi ke sekolah sejam lagi."

"Baiklah kalau begitu, berhati hatilah. Saat tiba di bandara New York nanti, temanku akan menjemputmu. Akan kuberitahu ciri cirinya nanti."

"Okay. See you my lovely sister."

"See you too, Spring Foster."

"Kakakmu?" tanya Ryan yang tiba tiba sudah berdiri di sampingku.

Aku mengangguk. "Oh ya, aku benar benar berterimakasih kepadamu karena sudah meminjamiku uang dan juga tumpangan. Kau benar benar sahabat terbaikku. Cepat pulang ke New York ya."

Ryan tersenyum lebar. "Never mind. Itulah gunanya sahabat. Lain kali kalau ada masalah, kau harus segera menghubungiku, okay?"

Aku mengangguk dan memeluknya. "I'll miss u so much my bestie."

Ryan tersenyum sambil membalas pelukanku. "I'll miss you too. Sampaikan salamku kepada kakakmu. Yeah, walaupun aku tidak pernah bertemu dengannya, tapi kuharap dia tahu aku."

Aku melepaskan rangkulannya lalu berjalan masuk ke dalam taksi. "Well, aku harus pergi sekarang. Bye."

Ryan melambaikan tangannya. "Bye."

**************************

(POV: ZAYN)

Aku membantu Rachel menurunkan kopernya dari bagasi mobil. Yeah. Aku sial karena Rachel memaksaku mengantarnya ke bandara. Padahal aku berniat pergi surfing. Para bodyguard Rachel segera membawa koper koper itu masuk ke dalam bandara.

Rachel tersenyum ke arahku. "Thanks karena kau mau mengantarku ke bandara. Kupikir kau tidak akan mau melakukannya."

Aku menghela nafas sesaat. "Sudah seharusnya seorang laki laki memperlakukan tunangannya seperti itu."

Rachel mengangguk. "Aku minta maaf soal gadis kemarin. Maaf kalau aku terlalu lancang. Tapi kau harus tahu, aku melakukan itu karena aku tidak suka jika ada yang berusaha merebut milikku."

Aku tersenyum masam ke arahnya. Dia bilang aku miliknya? Oh ya, secara illegal. "Well, kurasa kau harus pergi sekarang."

Rachel berjalan mendekatiku lalu tiba tiba memelukku. "Aku akan sangat merindukanmu. Kuharap kau segera menyelesaikan modulmu dan pulang ke New York."

Aku menatap Rachel yang sedang memelukku. Entahlah. Tanganku seakan akan seperti kaku untuk bisa membalas pelukannya. "Kau tidak perlu khawatir. Aku akan segera pulang."

Rachel masih belum melepaskan pelukannya dalam waktu cukup lama. Aku hendak membalasnya, ketika tiba tiba mataku menangkap seorang gadis berambut brunnette berdiri di dekat pintu masuk sambil menatapku dan Rachel. Oh god! Itu Spring! Apa dia juga mau pulang sekarang? Spring mengalihkan pandangannya dariku dan berjalan menuju ke arah lain.

"Spring!" panggilku.

Rachel melepaskan pelukannya ketika mendengarku meneriakkan nama Spring. Dia memasang wajah kesal ketika aku mengabaikannya dan berlari menghampiri Spring. Masa bodoh dengan Rachel. Aku harus berbicara dengan Spring.

(POV: SPRING)

Aku menurunkan koperku ketika taksi yang kutumpangi berhenti dengan sempurna di depan bandara. Aku membawa koperku masuk ke dalam setelah mengucapkan terima kasih kepada supir taksi itu. Aku mengarahkan pandanganku ke segala arah. Beberapa hari lalu aku datang ke sini karena tersesat dan bertemu Zayn dengan cara tidak terduga. Aku sangat ingin bertemu Zayn sekali lagi. Tapi kelihatannya itu tidak mungkin. Tiba tiba mataku menangkap seorang laki laki berwajah timur yang sedang dipeluk seorang gadis berambut cokelat tua. Oh ya Tuhan. Itu Zayn dan Rachel. Kenapa aku benar benar bertemu dengan Zayn? Tapi sialnya, Rachel, tunangan Zayn yang menyebalkan itu juga ada di sana. Andaikan aku berada di posisi Rachel sebagai tunangan Zayn, aku juga pasti bisa memeluk laki laki tampan itu seperti sekarang. Aku segera mengalihkan pandanganku dari mereka ketika Zayn melihatku. Aku segera berjalan ke arah lain agar tidak harus berurusan dengan mereka.

"Spring!" aku mendengar Zayn memanggil namaku. Tapi aku mengacuhkannya. Aku hanya akan dapat masalah kalau aku menghiraukannya.

Tiba tiba sebuah tangan menarik lenganku dan membuatku berbalik. Aku melihat Zayn berdiri di depanku dengan senyuman kecil di wajahnya. Aku ingin tersenyum, tapi senyumku redup ketika aku melihat Rachel menatapku tajam.

"Mau apa kau?" aku menatap Zayn dengan sedikit ketus.

Zayn menaikkan kedua alisnya. "Kupikir kita memang ditakdirkan untuk selalu bertemu."

Aku memutar bola mataku. "Tidak usah basa basi. Aku harus pergi. Kan aku sudah mengucapkan selamat tinggal kemarin. So, kupikir tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, ya kan?"

Zayn mengedikkan bahu. "Aku belum tahu nomor telfon dan pinmu. Tapi aku sudah memfollow twitter dan instagrammu. Kau harus memfollbacknya, okay?"

Aku mendengus kesal. "Kau tidak perlu tahu nomor telfonku ataupun pinku. Itu terlalu pribadi untuk orang asing."

Zayn mencibir. "Aku bukan orang asing untukmu lagi, right? Kita pergi bersama sama dan banyak menghabiskan waktu bersama beberapa hari lalu. Jadi kurasa kita teman sekarang. C'mon, beri aku nomor telfonmu."

Aku mengacuhkannya dan hendak melangkah pergi. Tapi Zayn terus menghalangi jalanku. Aku menggertak kesal ke arahnya. "Zayn! Minggrilah! Aku harus segera pergi."

Zayn menggeleng. "Tidak sebelum kau memberiku nomor telfonmu."

Aku menatapnya jengkel. "Pesawatku boarding sebentar lagi! Aku harus segera check-in!"

Zayn memutar bola matanya. "Pesawatmu boarding masih 1 jam lagi. Kau masih punya banyak waktu."

Aku mendorong tubuhnya agar tidak menghalangi jalanku terus. "Fuck off! Kau punya tunangan kan? Pergilah dan hiraukan tunanganmu itu. Antar dia ke dalam. Dan berhenti mengangguku, okay?"

Zayn terdiam sejenak di tempat karena melihatku yang benar benar berekpresi marah kepadanya. Walaupun aku sebenarnya hanya berpura pura kesal kepadanya karena ada tunangannya. Aku berjalan meninggalkan Zayn dengan sedikit sedih karena seharusnya aku berkata baik baik kepadanya, tapi aku malah menyakiti hatinya. Sudahlah, itu jalan terbaik agar dia tidak bertengkar lagi dengan tunangannya. Well, bye Zayn Malik. Semoga kita bisa bertemu lagi.

a/n: haiiii!! yeeyyy chapter 32 updated! Maafkan kalau chapternya rada absurd mwehehe._.v but pls you all have to give ur vomments. it mean a lot for me guys;) next chap tergantung vote!! So, yang penasaran chapter selanjutnya, vote vote vote!!! ilyall xx

p.s: gue kasih lagu di chapter itu cuman iseng sih,biar kelihatannya kayak di film film gitu kan biasanya ada lagunya:3 itu juga gue kasih videonya. hehe, enjoy dehh!

SPRINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang