Chapter 10

74 9 0
                                    

(POV: ZAYN)

Aku membuka ponselku dan melihat banyak misscall dari Rachel. Ck. Sebenarnya apa yang diinginkannya. Dia tidak pernah menelfonku hingga berkali kali seperti ini. Aku teringat pesan yang dikirimnya kemarin yang belum sempat kubaca. Aku segera membuka dan membacanya.

From: Rachel Rodriguez

Zayn, aku akan pergi berlibur ke California besok. Aku sangat merindukanmu. Aku tahu kau sibuk, tapi aku berharap kau bisa sekali saja menjawab telfonku. Tolong hubungi aku kalau kau sedang tidak sibuk. Okay? Bye.

Aku memutar bola mataku dan mendengus kesal. Mau apa dia ke California? Holy shit. Itu artinya sekarang dia sudah tiba di California. Dasar wanita menyebalkan. Aku tahu kalau dia tunanganku, tapi itu hanya tunangan paksa. Apakah dia tidak bisa bersikap biasa saja denganku? Oh god.

"Zayn. Lama tidak bertemu." suara seorang wanita mengagetkanku.

Aku mendongakkan kepalaku dan menatap Daphne, salah satu pelayan di kafe ini yang paling akrab denganku sedang berdiri di hadapanku sambil tersenyum ramah.

Aku membalas senyumnya. "Hai Daph. Bagaimana kabarmu? Kau sudah kembali bekerja setelah cuti menikah?"

Dia terkekeh kecil. "Begitulah. Ini minggu terakhir aku bekerja di sini. Aku akan segera mengundurkan diri."

Aku menaikkan kedua alisku. "Oh benarkah? Jadi, kau mau berhenti? Memangnya kenapa?"

Daphne menghela nafas kecil. "Suamiku, Clark tidak mengizinkanku untuk bekerja lagi. Lagipula, aku sendiri juga sangat lelah bekerja. Aku ingin istirahat dan mengurus rumah."

Aku mengangguk ngangguk. "Well, semoga kehidupanmu setelah menikah menjadi lebih menyenangkan."

Daphne mengangguk. "Thanks. Oh ya, by the way, kudengar dari Jai ternyata kau itu sudah bertunangan? Aku tidak menyangka."

Aku tersenyum kecil. "Itu hanya tunangan paksa. Aku tidak terlalu menganggapnya."

Daphne mengerutkan sudut bibirnya. "Oh begitu. Well, tapi kuharap kau tetap bisa bahagia."

Aku mengangguk. "Thanks. Kuharap kau juga bahagia."

"Permisi, apa kau mengenal pelayan yang bernama Stella?" tiba tiba seorang gadis mendatangi aku dan Daphne.

Aku mendongakkan kepala untuk menatapnya. Aku sedikit kaget karena dia adalah gadis yang kuperhatikan tadi. Sedang apa dia di sini? Aku menatapnya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Dia terlihat masih asing di California. Terlihat dari gaya bicaranya yang formal dan kaku.

Daphne menoleh ke arahnya. "Stella?"

Gadis itu mengangguk. "Apa kau mengenalnya?"

Daphne mengangguk. "Aku mengenalnya. Dia bekerja sebagai seorang pelayan di sini."

Stella? Aku juga mengenalnya. Dia pelayan yang paling cantik menurutku. Sayangnya dia seorang prostitute. Kenapa gadis ini mencari Stella? Aku sangat penasaran dan terus mendengarkan percakapan Daphne dengan gadis itu.

Gadis itu menghela nafas lega. "Benarkah? Oh thanks god. Dimana dia sekarang?"

Daphne mengerutkan sudut bibirnya. "Maaf. Tapi dia sudah tidak bekerja di sini. Dia sudah pindah sebulan lalu. Memangnya ada perlu apa kau dengannya?"

Gadis itu mendesah kecewa. "Aku adik dari temannya Stella. Kakakku menyuruhku untuk mencari wanita yang bernama Stella. Dia bilang kalau Stella bekerja di sini. Aku mau menumpang tinggal dengannya."

Oh. Jadi dia adik dari temannya Stella. Kelihatannya dia sedang dalam kesusahan hingga harus menumpang pada Stella.

Daphne mengangguk ngangguk. "Sayang sekali. Oh, tapi aku punya alamatnya Stella. Kau mau?"

Gadis itu tersenyum sumringah dan mengangguk. "Tentu saja. Siapa tahu dia masih tinggal di sana."

Daphne meletakkan nampannya lalu mengeluarkan ponselnya. Dia menyodorkannya kepada gadis itu dan dia mencatat alamat Stella di ponselnya.

Gadis itu tersenyum ke arah Daphne. "Terima kasih untuk bantuanmu. Ini sangat berguna."

Daphne mengangguk dan menepuk bahu gadis itu. "It's okay. Semoga kau segera bertemu dengannya."

Daphne tersenyum ke arahku yang sedang terbengong bengong memperhatikan gadis cantik dengan senyum manis yang barusan saja mengobrol dengan Daphne. "Zayn, aku duluan. Masih banyak pekerjaan yang harus kulakukan. See you later."

Aku mengangguk dan tersenyum ramah ke arah Daphne. Daphne segera pergi ke meja lain sementara aku berbalik menatap gadis itu. Gadis itu tersenyum canggung ke arahku. Aku berniat membalas senyumnya, tapi tidak jadi karena dia sudah keburu pergi. Sialan karena senyumnya manis sekali. Aku juga sangat menyukai tatapan matanya yang tajam tapi juga hangat dan ramah. Aku masih memperhatikan gadis itu hingga ia keluar dari kafe dan berjalan menyusuri pinggiran pantai dengan koper yang ditariknya sedari tadi dan tas di punggungnya. Gadis itu terlihat seperti tidak memiliki tujuan. Berkali kali dia duduk lalu berdiri dan berjalan lalu duduk lagi dan berdiri lagi. Dia terlihat gelisah. Entah apa yang membuatku terus memperhatikannya hingga tiba tiba gadis itu berbalik menatapku dengan tatapan mencari tahu. Aku segera memalingkan wajahku dan berpura pura tidak melihatnya. Aku menghela nafas panjang lalu menyandarkan punggungku ke kursi. Aku meneguk kopiku lalu memijat mijat pangkal hidungku. Tapi aku tidak kuasa untuk menahan diriku untuk tidak melihat ke arah gadis itu lagi. Aku memperhatikan wajahnya yang semakin murung dan gelisah karena matahari mulai terbenam perlahan lahan.

"Hei bung. Apa yang sedang kau lihat?" tiba tiba Jai datang dan membuyarkan perhatianku dari gadis itu.

Aku terlonjak kaget dan mengalihkan pandanganku darinya. "Ti..tidak. Tidak ada. Aku tidak melihat apapun."

"I'm not sure. Kau pasti sedang melihat sesuatu yang menarik kan?" gumam Jai lalu melongokkan kepalanya ke arah jendela.

Tiba tiba Jai terkekeh keras. "Oh my god. I know. I know. Kau melihat ke arah bidadari cantik di bawah sinar matahari itu kan?"

Aku menggeleng cepat. "Ti...tidak! Yang benar saja!"

Jai memutar bola matanya. "Tidak usah naive. Dia memang cantik by the way. Tapi kelihatannya kau kurang cepat, sayang. Karena aku yang akan mendapatkan bidadari itu sekaraaaanggggg!!!!"

Tiba tiba dengan gerakan cepat Jai berlari keluar kafe sambil tertawa tawa heboh. Aku mendelik ke arahnya.

"Jai!!! Tunggu dulu!!!" pekikku kencang sambil berlari mengikutinya keluar kafe.

Aku berfirasat aku akan segera mengerti nama gadis itu setelah ini. Tapi aku juga punya firasat buruk. Ah, entahlah.


a/n: yeayy ini udah mulai masuk chap zayn ketemu sama spring hohohohoo!! Don't be a silent readers guys._. leave ur vomments please! Alexandra Daddario as Spring Foster on mulmed:)x

SPRINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang