Dara : "Pftt. Lo di kutuk jadi kucing karena nendang kucing di warung pecel lele?"
Arjuna : "Hm"
Dara: "Hahahaha. Mampus! Kena karma lo sama gue"
Arjuna: "Ga usah ketawa! Sekarang lo harus jadi pacar pura-pura gue biar gue bisa lanjutin ke hidupan g...
"Ibu meninggalkan dunia, pada saat itu pula aku merasakan patah hati yang paling sakit dalam hidupku"
༴ ༴ ༴
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
༴ ༴ ༴
"Karena setidaknya gue bisa jauh dari orang tua yang bukan orang tua gue"
Bingung, Dara di buat bingung dengan ucapan Arjuna. Hingga ia tegakkan tubuhnya agar menunjukkan bahwa ia akan mendengarkan ucapan Arjuna lebih jelas lagi.
Apa maksud ucapan pemuda tersebut?
"Maksud lo apa Jun?"
Mendengar pertanyaan Dara pun Arjuna menghela nafas pelan, kepalanya menoleh singkat lalu kembali menatap ke depan, menatap langit jingga dengan sendu. Mampu membuat Dara faham, bahwa apa yang ingin pemuda itu katakan adalah suatu hal yang tak menyenangkan.
"Keluarga gue makin hancur semenjak adanya ibu tiri gue Ra, gue makin ngerasa ga punya orang tua yang bisa ngasih gue perhatian dan kehadiran kaya orang tua lainnya"
"Itu kenapa lo jadi kaya gini? Berani tauran di sekolah contohnya?"
"Pftt. Itu bukan suatu alasan si menurut gue Ra. Ya gue cuma mau keluarin apa yang gue rasa, contohnya kaya tauran yang terjadi di sekolah kita, gue cuma ngerasa kalo gue harus ngelindungin sekolah gue dari serangan sekolah lain yang emosi cuma karena masalah kecil, karena sekolah itu salah satu tempat yang bikin gue bisa ketemu hal menyenangkan dalam hidup, karena rumah sesungguhnya dimana adanya kedua orang tua gue itu rasanya udah bukan kaya rumah. Tapi suatu tempat yang banyak tuntutan dan banyak aturan, gimana gue bisa istirahat? Di tempat yang harusnya adalah tempat terbaik untuk istirahat justru sebaliknya"
". . ."- Dara masih terdiam, menatap Arjuna yang menceritakan bagaimana kehidupannya, baru kali ini Dara mendengar hal tersebut, ia cari dusta dari gerak gerik dan tatapan yang Arjuna tunjukkan saat ini.
Hasilnya? Tak ada, semua seakan mengalir begitu saja bagai air sungai yang jernih tanpa dusta sedikit pun.
"Gue mau nglindungin semua yang bikin gue bahagia, apapun itu bentuknya. Tapi engga dengan rumah baru kedua orang tua gue, ga ada kebahagiaan di sana, kenangan sama almarhum ibu gue ga ada sama sekali di sana. Makanya gue bilang, gue punya orang tua tapi ngerasa ga punya. Cuma sekedar seorang anak yang di kasih modal buat nata masa depan yang mereka tata sendiri tanpa izinin gue buat ikut campur. Kaya miniatur mainan aja, di ambil, di beliin semua yang di butuhin biar kedepannya jadi makin bagus sesuai keinginan mereka"- Arjuna temui manik nya dengan manik kelabu gadis di sampingnya.
Menunjukkan bahwa apa yang ia katakan saat ini adalah benar adanya, berusaha memberi tahu pada Dara bahwa dirinya percaya. Percaya bahwa Dara bisa mengerti keadaanya, percaya bahwa Dara sendiri pun bisa mempercayainya.
