Liburan mereka jadi kacau. Karena lengan Fasa terluka dan kakinya keseleo Dior dan Yesha memutuskan untuk pulang saja.
Untung sekarang masih hari minggu jadi mereka bisa bersantay di rumah.
Kondisi Fasa sudah membaik walau ia belum bisa jalan dengan normal, setidaknya bengkak itu sudah mengempis.
Nusa juga selalu menemani Fasa di kamar walau kerap diusir dan ditendang tapi Nusa tak urung untuk merawat Fasa.
Pintu kamarnya terbuka.
Fasa yang semula fokus dengan ponsel pun menoleh kearah pintu.
"Kakak waktunya makan siang," ucapnya lalu mendekat meletakkan nampan itu dipangkuan Fasa.
Fasa hanya diam tak menganggap kehadiran Nusa. Ia memakan makanan yang Nusa bawa dengan hening.
"Lo ngapain masih disini?"
"Nusa takut kalau kakak butuh sesuatu."
"Pergi sana! Lo diluar aja risih gue liat lo disini."
"Tapi nanti kalay kakak butuh sesuatu gimana?"
"Ya lo tetep diluar tar gue teriak lo harus langsung masuk kesini."
"I-iya kak. Nusa tunggu diluar aja."
Nusa pun bangun dari kursi kecil tersebut. Ia berjalan beberapa langkah sampai di depan pintu.
Nusa berhenti, ia meremas perutnya.
"Lo ngapain berenti disitu? Sana keluar!"
Bukannya bergegas keluar Nusa malah merosot kebawah sambil memeluk perutnya yang semakin sakit terasa.
"Lo-- astaga!"
Fasa panik mendapati anak itu terkulai diatas lantai dengan tubuh memeluk perutnya sambil terus meringis kesakitan.
"Sial! Mana Bunda lagi keluar lagi," Fasa frustasi. Ia bangun dari tempatnya berjalan tertatih menuju Nusa.
"Woy anjing! Lo gapapa!?"
Sayangnya Nusa tak bisa mendengar apalagi menjawabnya.
"Bibi!!! BI SINI BI NUSA PINGSAN!"
Teriak Fasa. Ia menampar pipi Nusa kuat berharap anak itu akan bangun.
"Bangun bangsat!"
"BI CEPET BI!!"
Pintu terbuka. Bi Ira datang dengan wajah paniknya.
"Yaampun den Nusa!"
Bi Ira berjongkok dan meraih Nusa kedalam pelukannya.
"Den Fasa, Den Nusa kenapa? Kok bisa begini sih Den?"
"Mana gue tau! Cepet bawa dia ke kamar, gue hubungin dokter biar kesini."
"Baik Den."
Bi Ira segera membopong Nusa untuk keluar kamar dan membantunya berbaring diatas kasur.
"Den astaga kenapa bisa gini? Den sakitnya dimana Den?"
Nusa masih dengan matanya yang tertutup rapat, halisnya bertaut menahan gejolak tidak nyaman.
"Sakit.. p-perut bi.."
"Bibi pakaikan minyak kayu putih ya?"
Bi Ira segera mengambil benda itu dan mengoleskannya di area perut Nusa yang cembung.
"Gimana udah enakkan, den?"
Nusa menggeleng "O-obat Di.. tas.."
Bi Ira bergegas mencari keberadaan tas Nusa. Setelah ketemu ia langsung membuka resleting dan mengambil semua obat yang berjumlah cukup banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nusa dan Kehidupannya
FanfictionCerita ini hanya tentang seorang anak yang menerima takdirnya sebagai seorang yang kehadirannya tidak pernah diharapkan siapapun kecuali Bundan dan kedua sahabatnya. Full sicklit, angst.