30

1.2K 97 8
                                    

Tara menunduk di depam ruang ICU. Terpaksa ia harus menerima kalau Nusa disana sendirian tidak boleh ditemui siapapun.

Kata Dokter, Nusa mengalami pneumonia, dan kanker lambung Nusa mengalami pemburukan. Hanya itu yang mereka katakan, walau Tara banyak bertanya namun jawaban gantung yang ia dapat. Nusa belum bisa dipastikan akan membaik.

"Aku ingin bertemu anak itu."

Suara berat seseorang membuatnya mendongak. Disana, Dior berdiri memandangnya rendah.

Tara menggeleng "Nusa gabisa ditemui."

Dior langsung pergi. Tanpa memerdulikan larangan tersebut ia langsung masuk ke dalam ruangan dingin dan penuh suara berisik.

"Pak anda tidak boleh berada disini."

"Saya ingin bertemu Nusa."

"Tidak bisa Pak. Nusa harus intensif karena dia rentan sekarang."

"Saya tidak peduli. Minggir!"

Dior hampir mendorong perawat wanita itu jika seorang Dokter tidak menahannya.

"Apa anda tuli?"

Dokter tersebut menatap tajam Dior.

"Saya ayahnya."

Dokter itu melonggarkan cengkramannya.

"Sus kasih dia gown. 5 menit saja. Tidak lebih dari itu."

"Baik Dok."

Dior pun diminta untuk diam dan diberi pakaian khusus bahkan pelindung kepala dan juga masker. Dior hanya menerima hal itu, yang terpenting ia bisa kedalam melihat Nusa.

Saat perawat itu membawanya kedalam, ia berhenti.

"Nusa demam bahkan beberapa kali mengalami kejang, dan dia mengigau memanggil Ayah dan Bunda. Mungkin jika anda ada disana dia bisa segera membaik."

Dior masuk. Menuju tempat Nusa dimana banyak alat asing ditubuhnya. Napas Nusa cepat dan pendek. Namun ia masih berusaha bernapas spontan sehingga tak memerlukan ventilator walau sebenarnya paru-paru Nusa sudah bekerja terlalu berat karena infeksi.

Saat Dior masuk, mata Nusa terbuka separuh. Nusa meneguk ludahnya kental.

Tubuhnya sakit tak tertahan namun ia ingin berbicara dengan Dior. Sekuat tenaga Nusa membuka mulutnya.

"Ayah.."

Dior membuka maskernya. Sontak hal itu membuat Nusa tersenyum.

"Ayah disini.. makasih yah udah temuin Nusa."

Napas Nusa langsung terengah setelah mengatakan hal itu.

Dalam diamnya Dior teringat perlataan Yuan 'kejadian lift kemarin terjadi karena Nusa berusaha melarang Tara untuk menemui anda. Dia berusaha nyegah Tara, dan hal ini yang bikin Tara sadar. Nusa diam-diam memertahankan hubungan kalian sampai seperti ini.'

Dior mendekat, ia meraih tangan Nusa namun ragu.

"Ayah jangan sedih ya?" Ucapnya sembari menatap Dior lekat.

"Nusa gapapa.. Nusa senang sama ayah sama Bunda. Makasih udah terima Nusa, Yah," ia tersenyum menenggelamkan matanya "Nanti ayah jangan nangis kalau Nusa meninggal.""

Dior menggigit bibir bawahnya tak sanggup. Kalimat Nusa menohoknya hampir membuat tangan Dior reflek memukul dada.

Nusa bergerak, ia memiringkan tubuhnya agar bisa melihat Dior dengan puas.

"Ayah disini sampai Nusa tidur ya? Nusa pengin liat ayah lama-lama."

Dior tak mampu berkata apapun. Namun tubuhnya bergerak sendiri, ia berlutut disamping ranjang ICU.

Nusa dan KehidupannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang