12

672 63 2
                                    

Hari-hari menuju Ujian Akhir pun tiba. Persiapan seperti les dan pengayaan pun dilalui semua siswa siswi SMP. Termasuk Nusa. Ia bersemangat untuk ujian karena ingin masuk SMA favorit lewat jalur nilai akademik. Beberapa hari lalu Nusa diberi kabar oleh wali kelasnya bahwa ada seleksi beasiswa dan ia direkomendasikan untuk menjadi salah satunya.

"Woaahhh.. keren Nu. Gue juga mau kesana."

"Yay nanti bareng lagi dong Jake sama Nusa?"

"Gue sama Jake juga, Nu."

Wajah Nusa ikut muram mendengar hal tersebut.

"Lo kok kaya ga suka gitu sih, Nu?"

"Nusa bukan ga suka. Nusa cuma takut aja kalau nanti ga lolos pasti sedih."

"Udah gausah dipikirin. Lo pasti lolos disana. Kita mah bermodalkan duit orang tua alias nyo--gok."

"Kalau gitu Nusa harus kerja keras biar lolos."

"Nah gitu dong Nu. Semangatt."

"Iya boleh semangat tapi harus jaga kesehatan juga."

"Jake perhatian banget, apa Jake mau jadi Dokter nanti?"

"Engga. Gue gatau. Liat bapak gue sampe botak gitu pasti kuliahnya pusing."

"Nusa yakin kok Jake pasti bisa."

"Iya iya makasih doanya. Semoga aja gue bisa."


🐹


Kalau yang lain sibuk dengan persiapan Ujian. Berbeda dengan Nusa. Ia bukan hanya mempersiapkan ujian tapi juga melengkapi persyaratan untuk beasiswanya yaitu Karya Tulis Ilmiah. Memang tidak begitu mudah membuatnya perlu ketekunan. Apalagi kalau beasiswa pasti memberi deadline mepet sehingga ia harus mengerjakan sampai tengah malam.

"Ukhuk! Aduh..."

Nusa yang kini duduk di bangku belahar terbatuk karena tenggorokannya yang gatal. Tapi karena gerakannya tersebut perutnya jadi terasa sakit.

"Haaaah.... huuuff"

Nusa mengatur pernafasannya. Ini sudah biasa terjadi dan begini cara Nusa mengatasi jika perutnya terasa sakit.

Ia terus mengulangi hal tersebut lalu kembali menulis KTI nya. Sampai pukul 2 pagi.

"Sholat hajat dulu deh biar dikabul doa Nusa.. hump--"

Nusa menutup mulutnya kala sesuatu mendesak keluar dari sana. Dengan tangan ia mengadah isi perut yang hampir keluar semua.

Tes

Tes

Tetesan darah merembes dari tangan Nusa yang tak mampu menahan darah yang keluar dari mulutnya.

Sejenak Nusa terpaku, mengerjap menyadari kondisi tubuhnya yang semakin parah. Dengan takut ia berjalan ke kamar mandi, membersihkan tangan dan mulutnya.

"Ya Allah jangan sekarang, Nusa masih harus ujian," monolognya sambil mendongak menatap langit-langit.

Walau ia dilanda rasa takut dan panik tapi Nusa tetap menjalankan ibadahnya. Karena ia tahu sepercik doa akan membuat tubuhnya sedikit membaik.





🐹




Pagi ini Nusa tidak berangkat bersama Fasa. Kakaknya itu sudah lebih dulu ke sekolah sementara dirinya sedikut terlambat karena rasa kantuk tar tertahan.

Nusa dan KehidupannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang