19

623 68 3
                                    

Fasa sengaja bangun pagi bahkan subuh. Ia yang notabane tak pernah sholat pun rela bangun subuh untuk memanaskan mobilnya. Demi Nusa. Sekali lagi, Demi Nusa.

Ia sudah parkir rapi di depan menunggu Nusa jalan untuk berangkat kerja.

Saat ia sibuk bermain ponsel, seseorang yang ia tunggu pun datang. Dia berjalan sambil menunduk.

Sontak Fasa membuka jendela, kepalanya keluar.

"Nusa!!"

Dia menoleh.

"Sini naek!"

Nusa nampak berpikir namun ia memutuskan untuk lanjut jalan.

"Nusa lo ga denger gue suruh apa!?" Tanya Fasa sambil meraih tangan Nusa.

Nusa melepas tangan Fasa.

"Nusa sendiri aja Kak. Kita gak searah."

"Biar gue anter."

"Gausah kak. Nusa masih bisa sendiri."

Nusa hendak pergi lagi namun tangannya ditarik sampai ia mundur ke belakang.

"Bisa gak sih lo nurut dulu!? Gue cuma mau nganter lo."

"Nusa tau Kak. Kalau Nusa baper sama perhatian Kak Fasa apa Kakak bakal ngomong lagi kalau kita gaada urusan? Kakak juga kan yang bilang kalau Nusa gaboleh sok akrab?"

"Gue minta maaf."

Nusa mendongak menatap Fasa yang lebih tinggi darinya. Mata Fasa terlihat sendu penuh rasa bersalah.

"Gue cuma masih belum bisa nerima fakta tentang orang tua lo."

"Nusa paham. Gapapa kakak belum nerima, cukup Nusa bisa serumah bareng Kakak satu ayah Nusa udah seneng. Maaf kalau Nusa banyak minta sama kakak."

"G-Gue nyesel.. gue udah nyakitin lo terus tapi lo tetep nolong gue."

"Udah kak, Nusa ikhlas nolong Kakak."

"Iya tapi.. gue malah masih nyakitin lo."

"Kakak, Nusa boleh peluk Kakak?"

Sorot Fasa membinar. Adiknya begitu tulus bahkan setelah semuanya Nusa tetap menerima Fasa.

Tanpa ragu Fasa memeluk sang adik yang tingginya hanya se dada Fasa.

"Makasih Dek, makasih udah maafin gue."

"Iya Kakak. Nusa sayang Kak Fasa."

"Gue juga sayang sama lo."

🐹



Dior sedang pusing. Membayangkan Tara kemarin datang dan berperilaku seperti itu membuatnya stres. Bukan karena tertarik, melainkan ia memikirkan bagaimana jika Tara datang lagi dan membuat hidupnya kacau.

Ia tahu Tara adalah wanita agresif yang meluapkan kekesalannya dengan bermain bersama pria lain. Perceraiannya pasti penyebab utama ia seperti itu.

Bagaimana Dior bisa tau sejauh ini? Itu karena mereka adalah sahabat, friends with benefit. Memanfaatkan satu sama lain untuk kepuasan seksual belaka tanpa adanya rasa cinta. Hanya saja Dior berubay saat ia mencintai Yesha, namun tidak dengan Tara. Sifatnya masih seperti itu.

Bahkan kecelakaan yang melahirkan Nusa pun tidak membuatnya jera.

"Ayah.. Nusa bawain kopi."

Nusa masuk. Seketioa Tara memandangnya penuh amarah.

Wajah Nusa 75% adalah Tara dan wanita itu menjadi sumber kekesalan Dior sekarang.

Nusa dan KehidupannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang