Fasa tak tahu bagaimana merawat orang sakit. Ia hanya nurut kala disuruh menemani Nusa, tapi ujungnya dia diam dipojokan menonton Bi Ira menyuapi Nusa yang tak bisa bangun.
"Den Nusa makan dulu ya?"
"Hiks.. bibi... sakit.." keluh Nusa disela pusing yang mendera.
"Iyaa makan dulu ya gapapa aden sambil tidur aja."
Dengan telaten Bi Ira menyuapi Nusa. Walau harus sedikit-sedikit karena posisi Nusa yang terlentang dengan tangan meremas seprei serta halis bertaut menahan sakit.
Bi Ira mengelap sisi bibir Nusa yang sedikit belepotan.
Suapan ketiga Nusa tak membuka mulut.
"Den ayo makan lagi, baru 2 suap den."
Nusa menggeleng "Hiks.. Mual Bi.."
Nusa menangis. Ia tak kuasa menahan rasa sakit dan tak nyamn di sekujur tubuh. Tangisan itu membuat Fasa ikut teriris.
"Minum obat ya den."
"Heung.."
Kaki Fasa tiba-tiba mendekat, ia mendudukkan Nusa membuatnya agar bersender sempurna pada badan besarnya. Bisa ia rasakan sensai menyengat kala kulit mereka bersentuhan.
Dengan sigap Bi Ira memasukan obat kedalam mulut Nusa, lalu memberinya minum.
"Tahan," kata Fasa kala Nusa hampir memuntahkannya kembali ia juga menutup mulut Nusa dengan tangan.
"Telen."
Nusa menitihkan air mata, tenggorokannya sakit ia kesulitan menelan tapi ia paksa.
Nusa membuka matanya, ekspresinya terlihat bingung namun sepersekon kemudian ia menggeliat memeluk perutnya.
"Perut aden sakit?"
Nusa mengangguk sambil terisak.
"Bibi olesin minyak kayu putih yaa.."
Segera Bi Ira menuangkan minyak tersebut ketangannya dan menggosoknya sebentar lalu menyelinap masuk kedalam baju Nusa.
"Perut aden kembung banget. Aden tiduran aja ya biar ga begah perutnya."
"Biar gini aja Bi. Dia kayanya nyaman gini."
"Tapi nanti den Fasa pegel."
"Engga papa. Bibi kompres aja biar demamnya agak turun."
"Yaudah bibi ambil dulu ya den."
Fasa mengangguk. Ia menatap Nusa yang kini masih tersiksa karena demam tingginya. Tangan Fasa terulur memyentuh kepala Nusa namun lagi.. Nusa mengigau.
"Kakak... ampun. Jangan... sakit kepala Nusa."
Fasa pun batal. Tangannya turun ke tempat semula. Niat hati ingin menenangkan agar mengurangi sakitnya justru ia malah membuat Nusa takut.
Namun tak apa, ia masih bisa mendekap Nusa.
🐹
Siangnya Fasa masih berada disana dikamar Nusa. Ia tak singgah sama sekali justru membiarkan Bi Ira untuk pergi mengerjakan pekerjaan lain.
Sekarang Nusa sudah terlelap. Demamnya masih tinggi tapi anak itu tak lagi menangis dan meringis kesakitan.
Nusa melenguh ia membuka matanya dan langsung sempurna tersadar.
"Nusa kenapa?" Tanyanya.
"Lo demam tinggi. Bunda pergi ke kantor jadi gajadi check up."
"Yaampun Nusa ketiduran."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nusa dan Kehidupannya
FanfictionCerita ini hanya tentang seorang anak yang menerima takdirnya sebagai seorang yang kehadirannya tidak pernah diharapkan siapapun kecuali Bundan dan kedua sahabatnya. Full sicklit, angst.