Sekarang Nusa pulang selalu diatas jam 7 malam. Jujur saja Fasa merasa sepi di rumah karena kedua orang tua yang sibuk ditambah orang yang ia anggap pengganggu justru jarang pulang.
Sudah 3 hari Nusa bekerja, ia cukup kuat ternyata menghadapi dunia kerja yang tidak menyenangkan.
Saat pulang Nusa langsung membersihkan diri dan langsung tertidur tapi kala ia masuk kedalam kamar, suara Fas memanggilnya.
"Ada apa Kak?"
"Bi Ira udah siapin makan. Lo makan dulu."
"Nusa mau langsung tidur aja."
"Gak. Lo gaboleh tidur sebelum makan."
Nusa yang hendak membuka knop pintu pun urung. Ia mendekat kearah Fasa.
"Kak Fasa jangan kaya gini. Kalau kak Fasa perhatian sama Nusa tapi gamau deket-deket Nusa, buat apa Kak?"
"Kok lo marah?"
"Nusa ga marah Nusa cuma capek kak. Kakak kemarin baik sama Nusa tapi Nusa tau mungkin Kakak mulai buka hati buat Nusa tapi ternyata apa? Kak Fasa tetep ga anggap Nusa kan?"
Fasa diam.
"Jangan kasih harapan ke Nusa Kak. Kalau bukan harapan Nusa yang pengen ngerasain bahagia sebentar aja, mungkin Nusa ga bakal hidup selama ini."
Fasa masih diam tak bisa menjawab. Nusa yang biasanya hanya diam dan menuruti apapun kini mulai berani berbicara.
Nusa tiba-tiba melotot "Maaf gan seharusnya Nusa bilang gini. Harusnya Nusa bersyukur bisa tinggal disini bukan malah nuntut Kakak sayang sama Nusa."
BLAM
Nusa menutup pintunya kasar. Ia memegang knop pintu dan bersimpuh diatas lantai. Memeluk lututnya menyembunyikan wajahnya diantara lipatan lutut.
"Yaallah apa Nusa salah? Apa Nusa ga berhak buat disayang?"
🐹
Besoknya Nusa bekerja. Kalian pikir Nusa akan berangkat bersama dengan Dior? Tentu tidak. Dior tak sudi membawa Nusa kedalam mobilnya. Alhasil Nusa naik bus umum untuk kesana padahal jaraknya cukup jauh jadi ia selalu berangkat pagi sekali. Tak jarang melewatkan sarapan dan makan malamnya karena terlalu sibuk dan lelah.
Hari-hari yang ia lalui adalah membersihkan toilet setiap pagi, membersihkan pantry, menyiapkan makan dan minuman, bersih-bersih lagi. Hanya itu sampai jam kantor habis.
"Nusa anterin kopi ke ruangan Pak Direktur ya, jangan pake gula."
"Baik kak."
Berarti ruangan sang ayah. Nusa jadi semangat. Ia pun mengerjakannya dengan suasana hati yang baik. Tak lupa ia menyelipkan beberapa snack untuk Dior. Entah Dior akan menyukainya atau tidak.
Setelah dirasa beres ia pun membawanya dengan nampan.
Tok tok tok
Ruangan Dior masih tertutup dan tak ada jawaban dari dalam. Ia pun membuka sedikit pintunya.
"Ayah.." ucapnya pelan.
Nusa pun masuk.
"Ayah Nusa bawain--"
"Diam kamu!!"
"Ayo mas.. bukannya kamu bilang kalau kamu suka payudara inI."
Nusa menutup kembali pintunya. Tadi ia melihat, melihat dengan jelas bagaimana seorang wanita duduk di meja Dior sambil meremas payudaranya.
Ia membuka pintu itu sedikit.
"Aku udah bilang jangan ganggu lagi!!"
"Mas kamu harusnya bersyukur! Banyak yang mau sama aku tapi aku lebih milih kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nusa dan Kehidupannya
FanfictionCerita ini hanya tentang seorang anak yang menerima takdirnya sebagai seorang yang kehadirannya tidak pernah diharapkan siapapun kecuali Bundan dan kedua sahabatnya. Full sicklit, angst.