29

1K 82 8
                                    

Demi Nusa. Tara bersumpah akan melakukan apapun untuknya. Demi menebus semua waktu yang telah ia buang, demi kasih sayang yang tak pernah ia beri, demi menebus semua perih yang Nusa tanggung sendiri.

Ia tahu, menangis di depan ruang IGD dengan lampu merah darurat menyala tidak akan membantu, namun ia harap tangisnya menjadi bayaran yang cukup untuk doa-doa yang ia harap dikabulkan.

"Aku tahu ini jauh terlambat, tapi aku mohon Dior. Aku ingin Nusa bisa bertemu dengan Yesha."

"Gak mudah Tara. Kamu ga mikir apa? Mana mungkin Yesha mau ketemu anak itu lagi!"

Mata Tara mendadak kosong. Tangannya memegang Fasa yang juga menunduk menahan sedih.

"Antar tante! Biarin Tante yang memohon sama Bunda kamu. Tante mohon, tante cuma mau Nusa bahagia."

"Fasa juga pengen bikin Nusa bahagia. Tapi Bunda--"

"Kalau gitu biar aku pergi sendiri aja. Aku cari Yesha dimana pun dia!"

Tara bangun ia langsung berjalan cepat. Fasa awalnya hanya diam namun sedetik kemudian Fasa menyusul.

"Tante!" Teriaknya menghentikan langkah Tara "Aku antar ke tempat Bunda."

Tara lega "Makasih. Makasih banyak."




🐹

Suara monitor menjadi latar musik Nusa sejak 30 menit lalu. Ia sadar, ia mendengar semuanya kala sampai di rumah sakit namun Nusa tak mampu berkata atau bahkan bergerak sekedar ujung jari saja.

"Nusa. Kamu dengar saya?"

Matanya melirik kesamping dimana seorang Dokter lengkap dengan maskernya menatap Nusa.

"Alhamdulillah. Sus lanjutkan tindakannya."

Nusa bisa merasakan dahinya di tempeli sesuatu, lengannya ditusuk jarum besar, dan area wajahnya yang terasa basah karena kapas yang mengelap seluruh darah disana.

Tangan kanan Nusa yang tertancap jarum infus menyentuh aalah satu perawat.

"Kenapa? Butuh sesuatu?"

"Mau.. i-ibu..."

"Baik sebentar ya.."

Perawat tersebut berjalan keluar ruang IGD menuju tempat keluarga menunggu.

"Permisi, Ibu dari pasien Nusa!"

Tara tidak ada, Dior yang disana berdiri.

"Ibunya sedang keluar."

"Pasien Nusa ingin ditemani. Boleh mungkin oleh ayahnya saja."

Perawat itu masuk, Dior pun ikut walau ragu. Ia datang mendekat pada sebuah brankar yang kini diisi oleh putranya yang ditempeli banyak benda medis.

Dior menjaga jarak.

"Ayo pak temani dulu Adeknya."

Dior mendekat, kini ia tepat disamping Nusa bisa melihat keadaan Nusa dengan masih bernodakan darah, nafasnya tersenggal, ia sudah memakai masker namun ia bernafas menggunakan mulutnya.

"A-a-ayah.."

Dior mendengar itu, suara Nusa yang bercampur dengan ronkhi membuatnya merinding.

"Maafh... maafin... N-Nusa."

Nusa meneteskan air matanya namun Fasa hanya diam. Ia justru hanya bisa memandanginya dari jauh namun tangan Nusa bergerak mendekat.

"Jangan sentuh saya!" Teriaknya.

Nusa dan KehidupannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang