9

737 72 4
                                    

Fasa menggeleng kuat. Di samping kanannya Nusa terkapar dan ia hanya bisa memandangnya dari jauh.

Tangan pria itu perlahan menarik dagu Nusa, bersiap memasukan sesuatu kedalam mulut Nusa yang kini setengah terbuka.

Fasa tak mau membiarkannya. Ia berlari walau jeratan tali menyakiti kakinya yang bahkan belum sembuh total akibat celaka kemarin.

Sekarang yang dipikirkan adalah Nusa. Nusa dan Nusa.

Ia berlari dengan kuat, mendorong tubuh lelaki yang sudah hampir menua agar menjauh dari Nusa.

Sayangnya, beberapa tetes cairan itu sudah masuk kedalam mulut Nusa tanpa ia sadari.

"NUSA!! NUSA LO DENGER GUA KAN?"

Nusa yang kini lemas kehabisan darah membuka matanya sedikit.

Wajah khawatir Fasa justru membuatnya tersenyum. Rasa pahit dan menggigit dilidahnya ia hiraukan.

"NUSA JANGAN MATI BAJINGAN!!"

Tangan Nusa naik. Ia meraba leher Fasa.

"K-kakak yang ga boleh mati."

Ucap Nusa seraya membalikan tubuh Fasa yang tak menyadari keberadaan sosok itu di belakangnya yang sedang bersiap memukul punggung Fasa dengan kayu.

DUGH

Bunyi hantaman itu tepat mengenai punggung sang adik. Fasa hanya bisa melotot tak percaya.

Nusa melindunginya lagi, padahal ia sekarat.

"Ngeyel juga ya kamu.."

"Nusa ga bakal biarin siapapun sakitin Kakak," ucap Nusa terengah-engah sambil menoleh ke belakang.

Saat Nusa menatap sang Kakak. Ia tersenyum.

"Kakak jangan takut ukhuk--"

Nusa batuk. Cipratan darah dari mulutnya mengenai baju seragam Fasa.

"Maaf..."

Nusa hampir pingsan saat itu kalau tangan pria berotot menjauhkan dirinya dari Fasa.

"Kamu bentar lagi mati tapi tetep aja ganggu. Bawa dia! Kalau perlu lempar ke bawah!"

Saat mereka membawa Nusa, mereka terpaku pada darah yang berceceran dari tubuh anak SMP itu. Mereka para orang tua berbadan besar ternyata memiliki rasa iba.

Nusa tak menyia-nyiakan. Ia yang semula lemas justru kini menggunakan tenaganya untuk kabur.

"Sialan!!"

Saat ia berbalik. Nusa merasa terlambat.

Fasa disana, lehernya ditodong pisau oleh lelaki tadi.

"Apa? Lebih baik kamu siapin diri buat ke neraka daripada buang tenaga kamu buat Kakakmu ini."

Nusa memegang perutnya. Sekarang rasa sakit itu kembali terasa. Ia terduduk mencengkram udara.

"Sebentar lagi adikmu akan mati, begitu pun dengan kamu."

Fasa pasrah. Ia tak bisa bergerak. Mungkin inilah akhirnya. Nusa sudah berkorban untuk dirinya tapi tetap saja, ia kalah.

Fasa menutup matanya. Bersiap menerima sayatan pisau tersebut.

Namun hanya dalqm 3 detik debuman keras menjatuhkan lelaki itu.

"Dior!!?"

Pria itu terkejut mendapati Dior datang dengan gerombolan polisi. Fasa terlepas dari jeratannya dan kini ia tertangkap basah.

Nusa dan KehidupannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang