31 (Akhir)

1.3K 91 11
                                    

Seorang pria kini tengah sibuk mengemas box-box besar berisi makanan dan mainan yang hendak ia bawa ke mobil. Dengan tangannya sendiri ia mengambil kotak besar itu. Memasukannya ke dalam bagasi.

"Pak biar saya bantu."

"Gausah. Saya bisa sendiri," ucapnya dengan senyuman.

Pak Budi hanya bisa mengangguk. Ia memang selalu menjawab demikian, ketika Budi menawarkan bantuan, dan jawabannya selalu sama. Ia ingin melakukan semuanya sendiri.

"Saya berangkat," ucapnya sembari menutup kaca mobil.

Pak Budi menyadari perubahan yang besar setelah kepergian Nusa. Majikannya itu kini menjadi sosok yang lebih hangat namun sorot matanya selalu terlihat murung, dan putus asa walau senyuman terpancar. Seolah memaksakan diri agar baik-baik saja.


🐹

Yesha hancur. Ia sering diam di apartment Fasa, tak bicara bahkan setelah jasad itu terkubur 1 bulan lamanya. Tubuhnya kurus tak terurus, ia tak melakukan aktifitas apapun namun kantung mata dan wajah lelahnya kentara.

Fasa juga hancur namun ia tak bisa terus dirundung kesedihan, Yesha membutuhkan sosok yang bisa menguatkannya sekarang karena wanita itu, sudah memutuskan tali cinta antara ia dengan Dior.

Fasa menutup kembali pintu kamar membiarkan Yesha merenung memandang jendela pemandangan kota.

Belnya berbunyi. Fasa bergegas menuju pintu.

"Tante?"

"Yesha.. ada?"

Fasa terdiam sejenak. Melihat Tara yang juga tak berbeda jauh dengan Yesha. Perlahan ia mundur, memersilahkan Tara masuk dengan bahasa tubuhnya.

"Bunda di kamar," katanya.

Ia pun mengikuti langkah Fasa.

Saat pintu kamar terbuka, Yesha segera berlari mendekat Yesha.

"Yesha."

Perlahan ia menoleh.

"Aku sudah melaporkan diri ke penjara. Aku harap ini bisa menebus semua dosaku pada Nusa dan kamu."

Yesha menatapnya sekilas namun lambat ia kembali menatap jendela besar. Dengan tatapan kosongnya.

"Aku gak berharap kamu mau maafin aku tapi, aku gak bisa biarin kamu terpuruk. Mungkin dengan aku dipenjara kamu bisa sedikit lega."

"Lega?" Tanya Yesha tanpa menatap Tara sedikitpun.

"Kalau kamu menebus dosa dengan dipenjara? Lalu aku? Bagaimana aku bisa menebus rasa sakit Nusa saat aku ga pernah bilang aku sayang sama dia saat dia sudah sekarat!"

"Yesha.."

"Kalau menyusul Nusa bisa mempertemukan aku sama dia, aku bakal lakuin itu sekarang."

Kini Yesha menatap Tara dengan perasaan sesal dan bersalah. Air matanya lolos tak henti mengalir diantara sudut matanya.

"Aku harus apa Tara? Dia pergi dengan rasa sakit yang belum pernah terobati.."

Tara juga menangis. Ia maju mendekat memeluk Yesha.

"Maafkan aku. Aku gak bisa ngebantu apapun tapi aku ingat betapa ikhlasnya Nusa saat kamu kecewa sama dia," Tara berhenti sejenak menetralkan suaranya yang mulai tersengguk-sengguk.

Nusa dan KehidupannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang