"Penderita kanker akan berada dalam fase terpuruk. Seperti sekarang, Nusa merasa denial, tidak terima, terutama dengan aktifitas-aktifitas yang sebelumnya biasa dilakuin sekarang justru tidak bisa. Ini wajar, jika Nusa sudah mengerti kondisinya sendiri dia akan menerima semuanya."
Yesha mengangguk paham. Ia sendiri juga menolak, tak menyangka dan berharap bahwa ini semua bukanlah hal nyata.
"Besok sudah bisa dimulai radioterapi. Jadi katakan pada Nusa untuk bersabar, kalau terapinya berhasil Nusa boleh pulang."
"Baik dok terimakasih banyak."
Yesha keluar dari ruangan.
Ia menghela napas, lelah, namun jika bukan demi Nusa Yesha mungkin tak akan seberusaha ini.
Yesha masuk ke ruangan, disana Fasa menemani Nusa yang terlelap.
"Gimana kata Dokter Bu?"
"Besok adek udah bisa radioterapi."
"Syukur deh Bun. Kasian adek, pasti capek ngerasain sakit terus."
"Kita berdoa aja buat adek sama-sama."
🐹
Nusa pun kini memasuki sebuah ruangan khusus radioterapi. Dimana kini tubuh Nusa diikat dan diatasnya terdapat lampu berbentuk asing.
Ia menatap Dokternya takut.
"Gapapa. Cuma 15 menit. Udah pake bius jadi ga sakit. Siap ya? Mau dimulai."
Nusa mengangguk.
Saat itu pula kasurnya terangkat dan lampu mulai menyala bersamaan dengan matanya yang mulai mengantuk sampai tertidur pulas.
Dior diluar. Ia ikut bersama Yesha dan Fasa menemani proses terapi Nusa.
Saat pintu itu terbuka, brankar Nusa di dorong keluar untuk kembali ke kamar. Nusa masih terlelap.
"Pasien akan merasa mual dan lemas jadi tolong didampingi ya?"
"Baik sus. Terimakasih."
"Sama-sama."
Yesha mendekati Nusa. Ia lega sang putra masih terlelap dan tak melenguh apapun. Harapan kesembuhan Nusa semakin besar ia rasa.
🐹
Sorenya di luar ruangan Nusa seseorang berdiri mematung disana. Memandangi ruangan tersebut, namun tangannya bertengger diatas gagang pintu. Seolah ragu untuk masuk.
PRANG
Suara benda terjatuh keras terdengar dari dalam sana. Sontak membuatnya langsung masuk dengan spontan.
"Nusa!" Teriaknya.
Ia menghampiri Nusa yang tersungkur dengan tiang infus yang ikut terjatuh disampingnya.
Wanita itu mengangkat tubuh Nusa membawanya kembali keatas ranjang.
Nusa menutup mulutnya menahan sesuatu untuk keluar. Ia melihat baskom disudut ruangan, ia pun segera mengambil dan menyodorkannya di depan Nusa.
Muntahan berisi cairan tersebut keluar begitu saja. Ia memijit tengkuk Nusa. Dingin dan berkeringat.
"Ibu.."
"Iya ini Ibu. Keluarin aja muntahnya."
Nusa menggeleng menjauhkan baskom alumunium dan membersihkam wajahnya dengan lengan baju panjang yang ia pakai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nusa dan Kehidupannya
FanfictionCerita ini hanya tentang seorang anak yang menerima takdirnya sebagai seorang yang kehadirannya tidak pernah diharapkan siapapun kecuali Bundan dan kedua sahabatnya. Full sicklit, angst.