28

816 69 6
                                    

Yuan pulang. Menyisakan Tara dan Nusa berdua di rumah sederhana miliknya. Sejak sore itu Tara tak mau meninggalkan Nusa lama-lama. Ia terus menjaganya, menyuapi bahkan beberapa kali mewadahi Nusa yang muntah tiba-tiba.

"Bunda.. bunda..'

Tara menggenggam tangan Nusa yang panas. Betapa tersiksanya kini ia harus dibenci oleh Yesha, padahal ini bukan kesalahannya.

"Bunda.. maaf... maafin Nusa."

Tara tak tinggal diam ia segera merebahkan diri disamping Nusa, memeluknya dari sana. Berharap dengan ini Nusa merasa lebih baik.

"Maaf.. hiks... maaf Bunda.."

"Sssh.. iya udah Nusa gapapa... gapapaa.. Ibu disini.."

Nusa menggeleng beberapa kali dalam tidurnya "Maaf. Maaf. Maaf."

Ia terisak dalam mimpi mengingat semua yang telah ia lalui dengan Yesha.

"Maafin Ibu, sampai buat Nusa kaya gini."

Tara merasa kecewa pada dirinya, yang tak mampu berbuat apa-apa dan justru malah membuat Nusa tersiksa seperti ini.


🐹


Dengan hati-hati Fasa melangkah keluar dari kamar apartmentnya. Berharap kalau Yesha tak melihatnya mengendap-endap. Ya, mereka kini tinggal disebuah apartment yang Yesha miliki. Karena sang Bunda yang terlanjur marah ia membawa Fasa ikut bersama.

Fasa mengambil kunci mobilnya diatas meja.

"Mau kemana?"

Suara Bunda menghentikan langkahnya.

"Fasa mau keluar sebentar."

"Kemana? Lama engga?"

"Lumayan lama Bun tapi Fasa usahain sore ini pulang."

"Kamu ga bakal temuin anak itu kan?"

Fasa menggeleng. Bohong.

"Bunda harap kamu mutus hubungan kita sama dia. Dia dan Dior udah bukan siapa-siapa lagi."

"Bun tapi Nusa--"

"Engga Fasa! Jangan sebut nama itu."

"Biarin Fasa jelasin dulu ya? Fasa gamau Bunda nanti menyesal."

"Justru anak itu adalah penyesalan terbesar Bunda."

Fasa tertohok. Yesha benar-benar direlung kebencian.

"Bun. Fasa ngerti Bunda marah tapi dia ga salah apa-apa Bunda. Dia cuma anak yang lahir tanpa sekeinginan dia."

"Bunda ga peduli Fasa. Bunda sudah terlanjur sakit hati!"

Fasa maju selangkah, mengusap lengan Yesha.

"Kalau gitu Nusa lebih sakit hati."

Yesha langsung melotot menatao Fasa.

"Bunda ingat? Dulu Bunda yang sering bilang kalau Bunda sayang adek, siapapun adek, darimana adek berasal, Bunda tetep sayang karena Adek anak Bunda."

Yesha memalingkan wajahnya "Semua udah beda! Dia anak dari Ayah kamu sama selingkuhannya, kamu pikir wajar kalau Bunda gak marah!?"

"Bunda pikirkan baik-baik. Fasa gamau nanti Bunda nyesal dan lebih sakit karena udah benci adek."

Tanpa menunngu jawaban, Fasa langsung melenggang pergi, baginya Yesha sekarang adalah dirinya di masa lalu.

Karena itu, ia mewanti-wanti agar Yesha tak memyesal nanti.






🐹





Nusa dan KehidupannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang