11

715 64 5
                                    

Pagi harinya Nusa mengganti pakaian yang ia temukan di lemari. Pakaian seragam kemarin yang sudah bersih namun menyisakan robekan besar akibat tusukan saat itu.

Kondisinya belum sembuh benar tapi Nusa tidak tahan jika harus tetap tinggal. Alhasil ia membersihkan diri dan bersiap pulang ketika Yesha pergi keluar.

Tangannya menarik selang infus yang masuk kedalam vena dengan pelan. Darah keluar dari sana, ia segera menutupnya dengan tissue.

Kakinya masih berjalan tertatih tapi ia bisa tahan sampai depan pintu.

"Nusa mau kemana?" Tanya Yesha yang hendak membuka pintu namun terkejut karena Nusa sudah membukanya duluan.

"Ayok Bunda antar duduk lagi."

"Nusa mau sekolah Bunda. Nusa banyak absen nanti bisa ga lulus."

"Sshh kan Nusa lagi sakit jadi gapapa libur dulu," ucapnya sembari menggandeng tangan Nusa.

"Nusa mohon Bunda, Nusa pengen pulang.. sekolah."

"Iya tapi nanti ya? Kata Dokter Nusa masih harus disini."

"Engga Bun, Nusa gamau disini. Kalau Bunda ga izinin Nusa, biar Nusa pergi sendiri aja."

Nusa keras kepala. Jelas-jelas ia berjalan saja kesulitan. Namun melihat tekad sang putra yang besar Yesha tidak enak. Ia segera berlari menyusul.b

"Udah jangan ngambek. Pulangnya sama Bunda tapi Bunda mau tebus obat dulu. Adek tunggu ya?" Ucapnya sambil mendudukkan Nusa di kursi luar.

Tak lupa Yesha melepas blazzer nya dan menutup tubuh kurus Nusa agar tidak langsung terkena hawa dingin rumah sakit.

Perlakuan sederhana yang mampu membuat Nusa bahagia.


🐹


Akhir akhir ini, Fasa seringkali menatap Nusa. Membuat Nusa takut dan tidak nyaman. Terkadang ia berpikir apakah ia melakukan kesalahan? Apa dia berbuat hal buruk? Ia jadi kepikiran.

Apalagi sekarang hari pertama nya sekolah setelah 3 hari absen. Fasa berdiri di depan pintu rumah sementara dirinya masih kesulitan memasang tali sepatu karena luka perutnya yang belum pulih ia jadi tak leluasa bergerak banyak.

Setelah perjuangannya selesai ia pun berdiri.

"Udah?" Tanya Fasa cuek.

Nusa mengangguk ragu. Setelahnya Fasa pergi masuk kedalam mobil. Nusa hanya bisa memandang kepergian sang Kakak.

"Lo gamau berangkat?"

"Eh? Iya kak, ini Nusa mau berangkat," jawabnya lalu berjalan pelan menuruni anak tangga. Melewati mobil Fasa begitu saja.

"Mau kemana lo?"

"Berangkat sekolah."

"Masuk sini cepet!"

"Masuk mobil kak?"

"Iya, banyak nanya! Buruan!!"

"I-iya kak. Nusa naik."

Nusa pun berbalik dan membuka pintu mobil disamping kemudi. Ia dengan ragu duduk disana.

Jujur saja ini pertama kali Nusa menaiki mobil yang Fasa kendarai. Selama ini ia tak pernah berduaan dengan Fasa kecuali memang saat saat tertentu seperti liburan kemarin.

Nusa dan KehidupannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang