•09•

84 59 90
                                    

Laura mengecek penampilannya sekali lagi dan memutuskan untuk pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Laura mengecek penampilannya sekali lagi dan memutuskan untuk pergi. Dia menuruni anak tangga sambil mengecek sekeliling rumah, namun tidak ada kehadiran satu orang pun, kecuali dirinya.

"Mereka belum pulang ...." gumam Laura.

Tit titt titt

Laura mengernyitkan keningnya bingung karena mendengar klakson mobil, dia berjalan mendekati pintu rumah untuk melihat siapa yang datang. "Lho? Lia? Ngapain?" tanya Laura heran mendekati mobil silver yang terparkir tepat di depan rumahnya.

Dellia, sahabat Laura membuka kaca mobil dan melihatnya dongkol, "Naik, cepetan."

Laura yang masih dilanda kebingungan cepat-cepat mengambil tasnya dan mengunci pintu rumah, dia tidak bisa membuat Dellia menunggu lama. Karena gadis itu benci sekali namanya menunggu, lalu Laura duduk di samping kursi pengemudi.

"Kok ke sini? Ada reuni dadakan?" tanya Laura bingung sambil memasang seatbelt-nya.

Dellia memundurkan mobilnya dan berbelok ke luar dari halaman rumah Laura, "Cowok lo kayak orang gila nelpon gue minta anter-jemput lo."

Laura langsung diliputi perasaan bersalah, "Ah, maaf banget. Padahal gue udah bilang bawa mobil sendiri, gue pulang sendiri aja gak perlu lo jemput."

"Iya, gak papa. Kebetulan gue juga lagi kerja kelompok dekat restoran tempat lo, jadi kita sekalian aja. Gue gak mau diteror sama cowok gila lo, heran banget gue. Kayak ceweknya hilang aja kalo bawa mobil sendiri." omel Dellia membuat Laura semakin merasa bersalah.

"Maaf, Li ...."

Dellia mendesah berat, "Gue gak repot karna antar jemput lo, repotnya cowok lo ganggu mulu. Gak hanya gue, dia juga gitu ke anak lain."

"Rayhan gak bisa karena ada acara keluarga, Yura, lo tahu sendiri dia gak dibolehin karena hal sepele kayak gitu. Sedangkan Riska mau kencan sama James kesayangannya, jadi dia minta ke gue. Ah, bener-bener kalo tuh anak ada di sini, gue patahin lehernya karena ganggu gue."

Laura terkekeh mendengar keluhan amarah Dellia, tapi dia tetap saja merasa tidak enak. Dellia menghentikan mobilnya di depan restoran tempat mereka berkumpul, Laura segera melepas seatbelt-nya.

"Lia, makasi, ya. Maaf ngerepotin lo, nanti gue tegur Rafa. Gue pulang sendiri aja, gak enak sama lo. Rumah kita juga gak searah, oke?" katanya sambil tersenyum.

"Yakin lo?" tanya Dellia menatap Laura serius. Dia sebenarnya tidak mau melepas tanggung jawabnya, tapi dia tidak yakin bisa menjemput Laura karena tugas kelompoknya.

Laura mengangguk mantap, "Iya, gue bisa pulang bareng temen juga. Makasi, ya. Hati-hati bawa mobilnya ...."

Laura keluar dari mobil Dellia dan melambaikan tangannya sampai mobil Dellia kembali bergabung di jalan raya yang padat. Setelah itu, Laura masuk ke restoran tersebut dan seorang pelayan langsung mendekatinya dengan senyum ramah.

2. I&U : Lara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang