•29•

37 25 29
                                    

Rafa melirik pada jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya menunjukkan jam delapan lebih, senyumnya tidak luntur sejak dia sampai di bandara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rafa melirik pada jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya menunjukkan jam delapan lebih, senyumnya tidak luntur sejak dia sampai di bandara. Kepulangannya adalah kejutan, dia bahkan tidak memberitahu kepada keluarganya.

Rafa mati-matian menahan tangannya untuk membuka ponselnya, dia sengaja karena sudah memperkirakan jam sampainya dan perjalanannya menuju restoran di mana Laura menunggunya. Rafa tersenyum lebar membayang wajah terkejut Laura jika melihat dirinya berdiri di hadapannya nanti.

"Hihihi ...pasti lucu banget, gak sabar ketemu Laura." kata Rafa terkekeh.

Rafa melirik ke buket bunga mawar yang cukup besar di sampingnya, di tengahnya terdapat foto Laura yang tersenyum manis dan beberapa lembar foto Laura bersamanya berukuran kecil mengelilingi foto Laura di tengah-tengah.

Dia ingin cepat-cepat sampai ke restoran dan mengonfirmasi persiapan yang dia katakan pada pihak restoran.

Setelah lampu merah berganti, Rafa menginjak gas secepat mungkin, dia benar-benar tidak sabar ingin bertemu Laura. Tetapi dalam perjalanan, seorang anak kecil tiba-tiba melompat ke jalan raya membuat Rafa membulatkan matanya.

Rafa membanting stir mobil ke kiri sambil menginjak pedal rem dengan kuat hendak menghindari menabrak anak kecil tersebut.

Brak!

Mobilnya menabrak tiang listrik membuat kap mobilnya hampir hancur, kepala Rafa terbentur stir mobil. "Ugghh ...." erang Rafa perlahan-lahan mendongak.

Pandangannya buram, teriakan histeris tadi hilang begitu saja, Rafa cepat-cepat menyadarkan dirinya dan melepas seatbelt-nya. Beberapa orang berkerumun di sekitar mobilnya, Rafa keluar dari mobilnya dengan terhuyung-huyung.

"Apa Anda baik-baik saja?" tanya seorang wanita menatap Rafa khawatir.

Rafa tersenyum ramah sembari menggeleng, "Anak tadi bagaimana?"

Suara tangisan seorang ibu terdengar di indra pendengaran Rafa, dia berjalan mendekati anak yang dipeluk ibunya itu. Rafa menghela napas lega begitu melihat anak kecil tersebut masih bernapas dengan baik tanpa luka lecet sedikit pun.

"Maafkan saya, Bu. Saya kurang berhati-hati dalam berkendara ...." ucap Rafa penuh sesal.

Ibu dari anak itu menggeleng, "Tidak, Nak. Ini salah saya karena melepas tangannya tadi, terima kasih banyak, Mas. Terima kasih banyak ...."

Rafa tersenyum simpul, tak lama terdengar teriakan. "Astaga, Nak. Anda berdarah!" pekik seorang bapak sembari menunjuk kepala Rafa.

Rafa merasakan sesuatu yang hangat mengalir di kepalanya, dia menyentuhnya dan benar, dia berdarah. Rafa tersenyum, "Gak papa, Pak. Saya baik-baik saja ...."

Rafa menunduk kepada ibu dari anak tersebut dan memberikan kartu namanya, "Bu, kalo anaknya sakit karena syok bisa langsung hubungi saya. Saya pasti bertanggung jawab, kalo begitu saya pergi dulu, Bu."

2. I&U : Lara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang