Rania menatap ke arah anak tangga di mana Laura dan seorang kakak tingkat mereka saling berbincang, kurang lebih baru beberapa minggu mereka diterima sebagai mahasiswa baru, Laura sudah mendapatkan pernyataan cinta dari beberapa orang.
Awalnya dia mengajak Laura berkenalan hanya karena kasihan, dia melihat Laura yang seolah-olah manusia yang baru keluar dari goa. Dan juga dia tidak terlalu membenci Laura, Yudi berjalan mendekati Rania yang tengah memperhatikan Laura dan Irfan di anak tangga.
"Iri, ya?"
Rania menoleh ke arah Yudi, sorot mata datarnya berubah. "Gue? Iya, gue iri karna gak diacungin jempol sama Laura. Padahal gue bestinya ...."
Gue iri sama Laura? Mustahil.
Rania berbalik diikuti Yudi di belakangnya, keduanya berjalan bersama memasuki investment gallery.
Tapi akhirnya Rania muak dengan sikap Laura yang seperti gadis polos. "La-Laura Clarisa Shafa, anak tahun pertama. Dare, berikan kecupan pada orang di sebelah kiri. Saya menyerah ...." ucap Laura melipat kembali kertasnya.
"Kalau begitu, habiskan satu gelas ini!"
Laura meneguk ludahnya kasar, tangannya meraih gelas di hadapannya. Namun Yudi mencegahnya lebih dulu, "Apa saya bisa menggantikannya? Karena saya di sebelah kirinya, berarti saya terkait."
"Kalau gitu habiskan dua gelas!" Salah satu dari mereka menyodorkan dua gelas bir.
Kedua mata Laura membola, "Tidak, saya minum milik saya."
Ah, dasar drama.
"Berhenti, jangan terlalu ker—"
Yudi dengan cepat meneguk satu gelas milik Laura sampai habis, lalu dia kembali melanjutkan gelas birnya. Laura memegang lengan Yudi mencoba menghentikan lelaki itu.
"Yud ...."
Yudi mendesah setelah tegukan terakhir, dia berhasil menghabiskan dua gelas bir. Laura menatap Yudi penuh rasa bersalah, semuanya bersorak mencoba memasang-masangkan mereka karena aksi heroik Yudi, sedangkan Rania hanya diam memperhatikan interaksi keduanya.
Laura mendekati Yudi khawatir setelah mereka bubar dari pesta penyambutan, "Lo gak papa? Pusing? Lo bawa mobil, ya? Harusnya lo gak usah minum ...."
Yudi tersenyum sambil mengacak puncak kepala Laura, "Gak papa, gue kuat minum kok."
"Maaf dan makasi, lain kali gue traktir sebagai gantinya." Ucap Laura lesu.
Rania menatap keduanya datar, padahal dia jelas berdiri tidak jauh di antara keduanya, tapi kenapa dia diabaikan seolah-olah dunia hanya milik mereka berdua? Rania memutar bola matanya malas mendengar percakapan keduanya.
"Oke, lo parkir mobil lo di mana? Mau gue bantu keluarin?" tawar Yudi membuat Laura menggeleng.
"Gak bawa, tadi diantar temen. Gue pula—ah ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
2. I&U : Lara [END]
ChickLit[Jika ada kesamaan nama tokoh, alur, dan lain-lain harap maklum. Bukan berarti cerita ini copy paste. Jangan plagiat!] ⚠Warning : Banyak gombal retceh, uwu tapi gak bikin baper, typo sudah kebiasaan, yang mampir langsung terima gaji⚠ I and U series...