•20•

46 31 80
                                    

Tubuh Laura menegang saat mendengar suara pintu tertutup bersamaan suara gemuruh guntur yang besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tubuh Laura menegang saat mendengar suara pintu tertutup bersamaan suara gemuruh guntur yang besar. Dia menoleh perlahan melihat ke belakang dan sekali lagi dia mendengar suara pintu terkunci bersamaan suara guntur.

Jedarr!

G-gak mungkin, kan?

"L-lo kenapa kunci pintunya, Yud?" tanya Laura terbata-bata sambil tersenyum canggung.

Yudi berdehem sambil tersenyum, "Ah, gue pikir lo kedinginan."

Tidak beres, Laura merasa ada yang tidak beres. "Hah? Gak kok, emang dingin tapi kalo lo tutup malah jadi pengap gak ada udara. Trus nanti Rasti gak bisa masuk kalo dia datang," balas Laura mencoba tenang walau tidak dalam pikirannya.

Kenapa Yudi kunci pintunya? Ini gak ada apa-apa, kan? Semoga gak salah pikir lagi ....

"Gak ...." ucap Yudi berjalan mendekati Laura perlahan, Laura refleks melangkah mundur.

"Karena ada gue dan Rasti gak bakal datang." imbuhnya menatap Laura intens sambil tersenyum miring membuat gadis itu merinding. Kedua mata Yudi tidak normal, sorot matanya menunjukkan sesuatu seperti obsesi saat melihat Laura.

"A-apa maksud lo? Hahaha ...bercanda lo gak lucu, kayaknya sudah selesai. Gue pergi dulu, ya." kata Laura menghindari kontak mata dengan Yudi. Dia berjalan perlahan berniat melewati Yudi tanpa menunjukkan gelagat gelisahnya, Semoga gak bener, semoga gak bener, semoga gak bener.

Grep

Tubuh Laura menengang saat pergelangan tangannya ditahan, Yudi menurunkan pandangannya sambil tersenyum. "Lo mau ke mana, Ra? Kita belum selesai ...." kata Yudi dengan nada dingin membuat Laura merinding ngeri.

"Gu-gue duluan, Amanda nanti cariin. Nanti gue pan—KYAAAA!!!" pekik Laura saat tangannya ditarik kasar oleh Yudi menjauh dari pintu gudang.

Bruk

"Uhuk ...Yu-Yud, lo gak sakit, kan?" tanya Laura mencoba menahan tangis serta rasa sakit di punggungnya yang menabrak dinding dengan keras. Demi apapun dia merasa sangat takut sekarang, letak gudang ini berada di belakang panti dan di luar sedang hujan deras. Sekeras apapun dia berteriak, kecil kemungkinannya orang mendengar teriakannya.

"Laura, Laura, Laura ...." ucap Yudi tidak meladeni pertanyaan yang dilontarkan Laura.

Tangannya terangkat membelai wajah tirus Laura dengan tatapan yang penuh obsesi dan nafsu. Seperti barang antik yang sulit didapatkan, akhirnya jatuh ke tangannya setelah menunggu waktu yang lama.

"Yud, lo kenapa? Tiba-ti—aakhhh! Yud, sakit!!!" pekik Laura saat Yudi mengeratkan cengkraman di pergelangan tangannya.

Laura mendongak menatap Yudi takut dengan kedua mata yang berair, "Tolong jangan begini, Yud ...."

"Ini salah lo juga, Ra. Padahal lo sendiri yang nerima gue setelah gue nembak lo," ucap Yudi menatap kedua mata Laura dingin.

"Tapi malah lo yang kegatelan, cowok lo, Irfan, Riko, bahkan Allan. Lo gak puas satu cowok ternyata, ya?" tanya Yudi menyeringai.

2. I&U : Lara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang