•32•

34 24 20
                                    

"Ma, aku ke rumah Rafa dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ma, aku ke rumah Rafa dulu." pamit Laura pada Clarisa yang bersiap-siap untuk pergi lagi.

"Oh? Rafa jemput?" tanya Clarisa menoleh pada Laura, gadis itu menggeleng. "Bawa mobil sendiri? Gak usah, sekalian sama Mama aja sebentar. Jadi, kamu gak nyetir malam." kata Clarisa langsung diangguki Laura.

Keduanya diselimuti keheningan, Laura melirik ke arah luar jendela. Sudah lama sejak terakhir kali dia diantar oleh orang tuanya, bahkan Laura tidak mengingat kapan saat terakhir itu. Clarisa mencuri pandang ke arah anaknya dan berdehem, "Hari ini mau jalan ke mana aja sama Rafa?"

Laura mengintip raut wajah Clarisa dari jendela mobil, dia menggigit bibir bagian dalamnya. Lalu, dia menoleh sembari tersenyum. "Rencananya ke bioskop, kafe, trus taman bermain." jawab Laura dengan semangat, Clarisa menyunggingkan senyum tipis.

Tak lama kemudian mobil Clarisa menepi dekat gerbang rumah Rafa, Laura melepas seatbelt-nya. "Jangan pulang kemaleman," pesan Clarisa tanpa melihat ke arah Laura, entah kenapa rasanya begitu canggung baginya untuk menatap Laura.

"Iya, makasi, Ma. Aku pergi dulu ...." pamit Laura keluar dari mobil Clarisa.

Clarisa menoleh ke luar jendela memperhatikan Laura yang langsung dijemput Rafa, dia tersenyum tipis. Clarisa tidak tahu mengenai anaknya secara mendalam, tanpa sadar dia dan Adrian mengosongkan posisi orang tua dalam hidup Laura karena fokus bekerja.

Clarisa menyadari itu, dia telah kehilangan kesempatan melihat Laura tumbuh besar dan menjadi dewasa seperti sekarang. Hal yang patut disesali, tetapi tidak dapat diputar kembali. Begitu melihat Laura masuk ke rumah Rafa, barulah dia menjalankan mobilnya.

"Mama kamu udah pergi ...." ucap Rafa membelai puncak kepala Laura.

"Hiks ...huhuhuhu ...heuk ...." isak Laura menangis dalam pelukan Rafa.

Laura sudah mati-matian menahan rasa sedih yang bergejolak di dadanya, sejak Clarisa yang menanyakan tujuan perginya hingga mengucapkan kata perhatian yang selama ini dia inginkan, dia menahannya agar tidak menangis di depan Clarisa.

Nyatanya tidak semudah itu, rasa kesepiannya yang dia rasakan karena ketidakhadiran sosok orang tua selama dia beranjak dewasa masih menjadi masalah dalam dirinya. Laura selalu mengingat rasa kesepian itu dan lemah dengan perhatian yang diberikan orang tuanya, walau pun hanya sedikit.

Dan Rafa adalah orang yang bisa membuatnya melupakan rasa kesepian itu, selain para sahabatnya.

"Ssttt ...gak papa, udah jangan nangis lagi. Masa mau jalan matanya bengkak-bengkak kek bibir dower?"

Laura memukul dada Rafa karena merasa candaannya sama sekali tidak lucu, dia mendongak dan Rafa tersenyum tipis. Ibu jarinya yang besar menghapus airmata Laura perlahan, "Nah, kalo gak ada airmatanya kan cantik."

Laura terkekeh, dia melepas pelukannya dan membersihkan ingusnya dengan tisu yang selalu dia sediakan dalam tasnya. Lalu keduanya berjalan masuk sambil bergandengan tangan, "Raf, Mama kamu ada di rumah?"

2. I&U : Lara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang