"Lan, lo galau karena tertolak, ya?"
"Pyurr! Uhuk, uhuk, uhuk ...." Allan refleks menyemburkan minuman dalam mulutnya pada Amanda di depannya dan terbatuk-batuk karena pertanyaan konyolnya.
"Man, pemanasan dulu. Mampus lo, kan, kena semprot." Sahut Rasti tertawa melihat Amanda yang mengelap wajah basahnya dengan tisu.
"Habis lo datang-datang ngomong yang aneh-aneh," kilah Allan setelah mengelap bibirnya.
"Kurang ajar banget lo, ya minimal telan dulu tuh air, dong!" balas Amanda tidak mau kalah.
Rasti menggeleng-gelengkan kepalanya, dia duduk di samping Amanda dan melihat ke arah Allan. "Tapi bener, kan? Lo akhir-akhir ini sering ngelamun, terus jarang bicara juga sama Laura." tanya Rasti memastikan.
Allan mendesah berat, "Kalian gak ada pemikiran yang lain apa?"
Keduanya menggeleng serentak, Allan kembali terperangah. "Yah mau gimana lagi, gak mungkin kan gue rebut Laura dari Rafa." kata Allan pasrah.
"Boro-boro mau lo rebut, si Laura emangnya mau sama lo?" timpal Rasti membuat Amanda tertawa terbahak-bahak. Allan menatap Rasti dongkol dan memilih diam saja, gadis itu kembali melanjutkan ucapannya, "Move on, secepat mungkin."
"Enak bener ngomongnya, Mbak." ujar Amanda menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Pengalaman, ya?" sindir Rasti langsung mendapatkan acungan jari tengah dari Amanda.
"Udah, udah, gue yang galau, malah kalian yang ribut. Habis ini kalian ada kelas lagi?" tanya Allan mengubah topik pembicaraan.
"Wih, kenapa nanya? Mau ajak jalan?" gurau Amanda padahal dia berharap banyak, ingin menghabiskan uang orang hitung-hitung sekalian healing.
"Masa depan lo udah keliatan, Man." ujar Rasti tiba-tiba membuat Amanda menoleh bingung. "Jadi lintah darat," lanjutnya dan Allan tertawa mendengarnya.
"Gak, gue cuman tanya aja. Kalo ada mau bilang semangat doang, kalo gak ya selamat mengerjakan tugas." timpal Allan, Amanda menatap keduanya dengan perasaan dongkol.
"Sialan lo pada, gak ada yang bener!" umpat Amanda kesal membuat Allan tersenyum tipis.
• l a r a •
"Bi, kalo Mama cari bilang aja di rumah Rafa. Oh, aku juga gak makan malam di rumah. Bibi kunci aja pintunya kalo pulang, makasi, Bi." pamit Laura tersenyum lebar bergegas keluar rumah menghampiri Rafa yang menunggunya dari tadi.
"Siap?" tanya Rafa langsung diangguki Laura.
"Siap!"
Rafa melajutkan mobilnya menuju rumahnya, tidak terasa hari ini adalah hari terakhirnya bersama Laura. Besok pagi dia harus kembali ke Amerika untuk melanjutkan pendidikannya sesuai perkataannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
2. I&U : Lara [END]
ChickLit[Jika ada kesamaan nama tokoh, alur, dan lain-lain harap maklum. Bukan berarti cerita ini copy paste. Jangan plagiat!] ⚠Warning : Banyak gombal retceh, uwu tapi gak bikin baper, typo sudah kebiasaan, yang mampir langsung terima gaji⚠ I and U series...