Laura merasa aneh pagi ini, selama dia berjalan dalam kampus dia selalu menjadi pusat perhatian. Entah hanya perasaannya atau tidak, mahasiswa yang dilewatinya menatapnya tajam. Laura berjalan menaiki anak tangga, tiba-tiba terdengar suara familiar yang meneriaki namanya.
"LAURAAA!!!"
Laura menoleh ke bawah dan melihat Riska sedang buru-buru menghampirinya, "Pelan-pelan, Ris. Nanti lo jatu—"
Grep
Riska mencengkram bahunya dan menatapnya serius, "Lo selingkuh?"
Kedua bola mata Laura melebar mendengar pertanyaan tidak masuk akal Riska, "Maksud lo apa? Gak, lah! Emang gue udah gila?"
Riska menatap orang-orang sekelilingnya yang melihat mereka, lalu dia kembali menatap Laura. "Trus kenapa foto lo dipeluk kak Riko ditempel di mading?" Lagi-lagi kedua bola mata Laura melebar terkejut, ya tidak ada yang tidak mengenal ketua klub musik, Riko.
Hanya saja dia bingung dengan perkataan Riska, "Maksud lo apa? Gue dipeluk kak Riko? Gak ad—eh ...."
Laura terdiam, benar dia dipeluk Riko namun tujuan lelaki itu untuk menyelamatkannya agar tidak tertimpa ordner kemarin. Jelas tidak hanya mereka berdua, tapi ada Lani, sang pacar dan beberapa anggota klub yang bisa memastikan kebenarannya.
"Lo gak lihat mading tadi?" tanya Riska membuat Laura menggeleng.
Gadis itu mendesah frustasi dan menarik Laura turun, dia membawa Laura menuju mading yang dikerumuni beberapa mahasiswa yang tertarik dengan 'isu' tersebut.
"Minggir, minggir, minyak panas!" teriak Riska membuat mahasiswa yang berkumpul itu membuka jalan untuk mereka.
"Kok bisa, sih? Dia tahukan kalo kak Riko ada pacar?"
"Apa jangan-jangan emang kebiasaannya jadi pelakor?"
"Duh, kalo gue malu, sih."
"Gak tahu malu banget, mana tampangnya pura-pura lagi."
"Emang gak boleh percaya sama tampang polos orang."
Beberapa perkataan kasar masuk ke dalam telinganya, hati Laura berdenyut nyeri. Walau dia tahu orang-orang salah paham, namun mendengar perkataan buruk ditujukan pada diri sendiri sungguh menyakitkan. Laura dan Riska mencapai mading dan terpampang selembar foto sebesar poster.
Foto tersebut menunjukkan Laura yang berdiri terhimpit rak dipeluk Riko, Laura mengernyitkan keningnya bingung. Jelas sekali foto tersebut editan, karena tidak ada bayangan ordner yang jatuh dari rak, tapi rak dalam foto tersebut kosong.
"Ini bener gue ...." gumam Laura membuat bisikan di belakangnya semakin ribut.
"Astaga, ngaku dong."
"Duh, merinding gue."
"Jangan sampe pacar gue ketemu dia ...."
Riska mendelik tajam ke belakang, "Mulut lo pada bisa diam? Gue gak denger teman gue ngomong, kekurangan dosa ya sampe gosipin orang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
2. I&U : Lara [END]
ChickLit[Jika ada kesamaan nama tokoh, alur, dan lain-lain harap maklum. Bukan berarti cerita ini copy paste. Jangan plagiat!] ⚠Warning : Banyak gombal retceh, uwu tapi gak bikin baper, typo sudah kebiasaan, yang mampir langsung terima gaji⚠ I and U series...