•23•

41 26 65
                                    

"Rafa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Rafa ...." panggil Laura.

"Hm? Kenapa? Mau disayang? Siap, cintaku sedang ditransfer secara online." jawab Rafa terkekeh geli.

"Rafa, Rafa, Rafa, Rafa ...." ulang Laura tersenyum lebar.

"Apa, Lauraku sayang, cintaku, terkasihku, kesayanganku? Rafamu ini siap mendengarkanmu."

Laura terkikik geli, "Bukan Romeo, ya?"

"Gak, lah! Kok dibawa-bawa buyut orang?"

"Di ponsel kamu sekarang ada aku, nih, aku. Rafael Pratama, anaknya Pak Ivan Pratama dan Ibu Melia Brista. Calon menantunya Om Adrian Welianto dan Tante Clarisa Rosie. Calon suami dan papa dari anak-anaknya bersama Laura Clarisa Shafa, kurang apa lagi?"

Laura nampak berpikir, namun tiba-tiba Rafa mendesah kecil seolah-olah mengingat apa yang kurang. Laura menatap Rafa penasaran, sedangkan lelaki itu tengah tersenyum lebar menampilkan deretan gigi putihnya.

"Milik Laura sehidup semati ...."

Blush

Laura menutupi wajahnya dengan bantalnya, dia sangat malu untuk mengangkat wajahnya lagi. Bagaimana bisa dia baper dengan gombalan alay Rafa? Laura menggeleng-gelengkan kepalanya heboh sendiri, rasanya dia ingin menyusul Rafa tanpa harus memperdulikan pendidikannya.

Tapi itu tidak mungkin.

"Ra, udah, Ra! Woi, Ra! Bapernya nanti dulu, aku mau lihat wajah kamu." oceh Rafa membuat Laura merutuk malu.

Orang mau baper dulu, ganggu aja!

"Gak mau!" tolak Laura masih menenggelamkan wajahnya di bantalnya.

"Lauraku sayang, cintaku, terkasihku, kesayanganku, Rafa yang punya, ayo dong kasih lihat wajahnya. Masih kangen, nih." keluh Rafa dengan nada manja, Laura mengangkat kepalanya perlahan. Tawa Rafa langsung meledak melihat wajah Laura yang merah padam seperti kepiting rebus.

"Hahahahaha ...lucu banget, Raraku. Aduh, gemes banget minta dinikahin sekarang, ya?" goda Rafa membuat Laura mendengus kesal.

"Gak boleh! Gak boleh nikahin aku kalo terus godain aku!"

"Tapi suka, kan?" tanya Rafa menaikkan sebelah alisnya, skamat. Laura terdiam tidak menemukan kata-kata tepat untuk menjawab. Dia suka mendengar gombalan murahan dan alay yang diucapkan Rafa untuknya, terdengar aneh tapi Laura menyukainya.

"Rafa ...." panggil Laura membuat Rafa mendehem sebagai jawaban, Rafa siap mendengarkan Laura.

"Kamu ...waktu itu ...." ucap Laura ragu-ragu, dia ingin mempertanyakan tentang malam itu. Malam dia menelepon Rafa di saat terburuknya, malam dia kecewa terhadap Rafa, dia ingin mempertanyakannya.

"Waktu yang mana? Waktu kita SMA? Waktu aku PDKT sama kamu? Waktu kita kencan? Waktu kita menghabiskan waktu berdua sebelum berpisah? Atau waktu kita LDR?" tanya Rafa beruntun, Laura memainkan jemarinya gelisah.

2. I&U : Lara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang