●●●
Di malam hari, Yerin seperti biasa sudah bekerja di restoran. Tiba-tiba seorang laki-laki paruh baya membanting gelas ke lantai. Seketika, suasana di restoran itu langsung terasa mencekam.
"Jalang! apa kau buta?!" seru laki-laki paruh baya itu yang mabuk dan terus mengomel pada seorang pelanggan perempuan.
Yerin dan Bella langsung terkejut mendengar seruan itu. Akhirnya Yerin menghampiri mereka untuk melerainya.
"Kau siapa?! berani-beraninya mengatakan hal itu padaku, kau tidak tahu siapa aku?!" seru laki-laki itu sembari mendorong Yerin sampai jatuh.
"Yerin! kalian! tolong bawa dia keluar dari sini... cepat!" ucap Bella pada rekan keamanan.
...
"Sialan laki-laki kurang ajar tadi! kau tahan sebentar... aku akan mengobati lukamu itu," ucap Bella sembari mengobati tangan Yerin yang terluka akibat jatuh dan terkena pecahan gelas yang dibanting laki-laki tadi.
"Terima kasih," ucap Yerin sembari menahan perih lukanya.
"Selesai, kejadian tadi sudah biasa terjadi di sini, banyak laki-laki gila berbuat onar seperti itu, jadi kau harus berhati-hati," jelas Bella.
Yerin mengangguk.
...
Beberapa jam kemudian saat mereka akan menutup restoran, Bella melihat Yerin duduk di kursi dekat jendela.
"Ada apa denganmu... kau tidak apa kan?" tanya Bella sembari ikut duduk di kursi itu.
"Aku hanya berpikir, apa semua yang terlihat sangat mustahil akan terjadi di masa depan? aku berpikir jika dunia itu indah, ternyata semua itu hanya sebatas kata pemanis agar aku bisa menerima takdir yang akan aku jalani," ucap Yerin terlarut dalam suasana langit malam.
Bella terdiam sesaat.
"Semua yang terjadi biarkan terjadi, sekarang kau hanya perlu menjalaninya dengan tulus, kau tidak perlu menghiraukan apa yang ada di sekitarmu, apa yang kau inginkan maka lakukanlah," ucap Bella.
...
Pagi hari kemudian saat Yerin dan Lili melewati lobi sekolah, Yerin kembali melihat laki-laki itu lagi. Laki-laki itu tak lain adalah Jung Bara.
"Tunggu!" seru Bara sembari mengejar Yerin dan Lili yang sudah melangkah agak jauh darinya.
Yerin dan Lili langsung menoleh ke belakang.
"Bara!" seru teman Bara memanggilnya.
Setelah teman Bara muncul, sekali lagi Bara akhirnya gagal mengatakan sesuatu padanya.
...
10 menit sebelum bel sekolah berbunyi, Rea, Jiera dan Cea yang duduk di barisan belakang perlahan menghampiri Yerin yang tengah sibuk dengan bukunya.
"Anak kampungan! apa kau ingin terlihat menonjol di sekolah ini?!" ucap Jiera sembari menjambak rambut Yerin.
"A... aaaaa!" teriak Yerin kesakitan.
"Kemarin kau selamat karena kepala sekolah sialan itu, tapi jangan harap kau akan selamat minggu depan, karena apa? kepala sekolah sialan itu sudah aku pindahkan ke sekolah lain, jadi kami bertiga bisa bermain-main denganmu sampai puas, oh lihat... ada apa dengan raut wajahmu? apa kau takut karena orang yang membelamu akan pergi? kasihan," ucap Rea sembari mencengkeram pipi Yerin.
"Tunggu saja minggu depan, akan ada banyak kejutan menghampirimu jalang," ucap Jiera sembari tertawa.
"Rea... Jiera dan Cea telah mengadu domba kita berdua, mereka berdua merencanakan semua itu untuk menjebakku, jam tangan itu Jiera dan Cea pelakunya, dia sengaja memasukkan jam tanganmu ke tasku... aku bersumpah! aku tidak pernah menyentuh apalagi mencuri barang-barang milikmu," jelas Yerin.
"Rea juga sudah tahu apa yang terjadi, kau tahu? kami bertiga merencanakan semua itu... bodoh," bisik Jiera tepat di telinga Yerin sembari menjambakan rambut Yerin.
"Kasihan... kau baru saja menyadarinya?!" bisik Cea sembari menyeringai.
Jiera akhirnya mendorong Yerin sampai tersungkur ke lantai. Perlahan, Jiera mendekat ke arah Yerin dan langsung mencengkeram pipinya.
"Selain kau sok jenius, kau juga terlihat ingin menguasai sekolah ini, kau tahu? aku tidak suka dengan sampah yang hidup berkeliaran di sekitarku," ucap Jiera sembari mencengkeram pipi Yerin.
"Aku dengar... kau tinggal di rumah bersama dengan bibimu, bisa saja aku mengatakan pada bibimu jika keponakannya telah mencuri barang milikku, aku sangat penasaran dengan reaksi bibimu jika sampai mendengar kabar mengejutkan jika kau ini menjadi pencuri, oh iya... kenapa aku tidak mengatakannya langsung pada..." ucap Rea terpotong.
"Jangan ganggu bibiku," ucap Yerin cemas.
Di sisi lain, Cea sibuk merekam kejadian itu.
"Mengakulah jika kau mencuri jam tangan Rea atau akan aku bicarakan semua masalah ini pada bibimu, jika keponakan yang paling ia sayangi itu ternyata adalah pen..." ucap Jiera terpotong.
"Jangan...aku mohon jangan!" pinta Yerin sembari membungkuk di kaki mereka bertiga.
Rea langsung menendang Yerin sampai tersungkur lagi ke lantai.
Yerin hanya bisa terdiam menahan tangisannya. Tidak ada satupun yang mempercayai ucapannya. Yerin melihat ke sekelilingnya, suasana semakin riuh penuh dengan teman sekelasnya yang hanya menontonnya diperlakukan seperti itu. Teman sekelasnya hanya memandang Yerin dengan ekspresi tidak peduli.
"Cepat jawab! kau mencuri jam tangan Rea kan?!" seru Jiera sembari menjambak rambut Yerin dengan kuat.
"Jika sampai bibimu tahu, mungkin bibimu langsung pingsan atau langsung mati ditempat, oh kasihan!" bisik Jiera.
"Ada apa dengan kalian semua... kenapa kalian tidak pernah mendengar penjelasanku! aku sama sekali tidak tahu kenapa jam tangan itu ada di tasku, kenapa kalian memojokkanku seperti ini?" ucap Yerin sembari menatap ke semua arah teman sekelas yang ada di sekelilingnya.
"Kalian dengar apa yang barusan anak ini katakan? dia terus mengelak jika dia tidak mencuri, kalian semua juga tahu kan?! kalian juga melihat dengan mata kepala kalian sendiri saat memergoki anak ini sedang memegang dan mencoba memasukkan jam tangan Rea ke tasnya kan?!" seru Jiera terus menghasut semua teman sekelasnya.
"Lihat... apa yang akan aku lakukan, Cea... kau sedang merekam kan? bagus! rekam dengan benar, oke!" seru Jiera bersemangat sembari mencoba meraih kancing baju seragam Yerin.
"Oh tidak! Jiera akan membuka bajumu!" seru Cea sembari tertawa.
Tanpa basa-basi, Yerin akhirnya terpaksa mengaku telah mencuri jam tangan Rea demi keselamatan bibinya walaupun itu sama sekali tidak benar.
"Ya... aku mengaku! aku sudah mencuri jam tangan Rea! puas kalian?!" seru Yerin dengan sangat terpaksa menuruti mereka.
"Lantas, apa kau hanya mengaku saja... kau tidak berniat meminta maaf? ucapkan dengan benar jalang!" seru Cea sembari asyik merekam.
"Ya... aku mencuri jam tangan Rea... aku minta maaf... Rea," ucap Yerin pasrah.
"Akhirnya kau mengaku juga, anak sialan!" seru Rea sembari menghampiri Yerin dan menginjak-injak Yerin.
Tak ada satupun yang peduli dengan Yerin, semua teman sekelasnya tidak peduli dengan situasi itu. Mereka bertiga terus menginjak dan menendang Yerin sepuasnya. Beberapa saat kemudian, bel masuk akhirnya berbunyi.
"Kau selamat hari ini, sekarang... cepat berdiri dan kembali ke bangkumu," bisik Jiera sembari menyeret dan menjambak rambut Yerin ke tempat duduknya.
Sementara Cea mematikan rekaman video di ponselnya.
"Ini baru permulaan dari kami bertiga, selanjutnya aku tidak tahu apa yang akan terjadi besok, jadi jangan salahkan aku, tapi salahkan dirimu sendiri... bodoh!" bisik Jiera.
Yerin hanya terdiam menahan semua rasa sakit di batin, jiwa dan raganya akibat perlakuan mereka berusan.
●●●
~triwahnii~
KAMU SEDANG MEMBACA
I Will Make It Happen (Tahap Revisi)
Mystery / ThrillerDi saat semua orang mengatakan hidup ini indah, Yerin justru mengatakan hidup ini adalah NERAKA. Bagaimana tidak, hari-hari yang ia lewati sangatlah mengerikan. Hingga suatu saat, sebuah insiden mengerikan tiba-tiba menimpa Yerin, kepalanya mendadak...