I Will Make It Happen.22

356 17 0
                                    

●●●

Dengan segera, Yerin langsung dilarikan ke rumah sakit untuk segera ditangani oleh dokter. Beberapa jam Bibi Jil menunggu di luar ruangan, akhirnya dokter keluar.

"Bagaimana kondisi keponakan saya dok?!" ucap Bibi Jil.

"Sebelumnya pasien mengalami pendarahan hebat akibat pukulan di kepalanya dan luka sayatan di bahunya, tapi untung saja pasien dalam kondisi baik-baik saja, pasien berhasil selamat dari masa kritisnya," jelas dokter.

"Syukurlah jika begitu, terima kasih dok," ucap Bibi Jil.

...

Pagi di hari minggu kemudian, terlihat Bibi Jil selalu menemani Yerin yang masih terbaring di ranjang rumah sakit. Tiba-tiba, jemari tangan Yerin perlahan mulai bergerak.

"Ye... YERIN!" seru Bibi Jil terperanjat lega.

Perlahan Yerin membuka kedua matanya.

"Akhirnya kau bangun juga, syukurlah kau selamat, maafkan bibi Yerin," ucap Bibi Jil dengan matanya yang terlihat mulai berkaca-kaca.

Yerin hanya terdiam sembari memandang ke sekelilingnya.

...

Siang hari kemudian, datang Sara menjenguk Yerin.

"YERIN! apa yang terjadi denganmu HAH?! kau tidak apa kan?" tanya Sara cemas.

"Ya aku tidak apa-apa," jawab Yerin.

"Siapa yang tega melakukan semua ini HAH?!" tegas Sara.

"Entahlah a... aku tidak tahu, terima kasih karena kau sudah datang menjengukku, seharusnya kau tida..." ucap Yerin terpotong.

"Tidak apa," ucap Sara.

Perlahan, Yerin beranjak bangun.

"Kau mau kemana hah?! lihat kondisimu sekarang! kau harus istirahat saja disini," ucap Sara.

Sementara itu, Yerin sama sekali tidak menghiraukan perkataan Sara barusan dan tetap beranjak dan berjalan menuju pintu keluar. Di sisi lain, Sara langsung cekatan membantu Yerin.

"Aku akan ke kantin," ucap Yerin.

Sampainya di kantin rumah sakit, Yerin dan Sara akhirnya makan bersama.

"Kau habiskan makanan itu agar kau cepat pulih dan bisa berangkatnya ke sekolah lagi," ucap Sara.

Yerin hanya tersenyum.

"Besok kau tidak usah berangkat ke sekolah, kau harus memulihkan kondisimu dulu, aku sudah memberikanmu ijin ke wali kelas," jelas Sara.

Tiba-tiba datang seorang perempuan paruh baya menghampiri Yerin dan Sara.

"Kenapa anak seusia kalian bisa ada di sini? seharusnya kalian sekolah," ucap perempuan paruh baya itu sembari menepuk bahu Yerin.

"AAAAA!" seru Yerin kesakitan.

"TANTE! apa yang barusan kau lakukan HAH?! bahunya sedang terluka!" pekik Sara geram.

"HAH BENARKAH?! ma... maafkan tante, tante tidak tahu jika kau terluka, MAAF!" ucap perempuan itu dengan ekspresi wajahnya yang terlihat sangat menyesal .

"Ti... tidak masalah, lagipula ini hanya luka biasa," ucap Yerin.

"HAH?! APA YANG KAU BILANG BARUSAN?! LUKA BIASA?! kau bisa mati jika tidak langsung ditangani dokter!" seru Sara.

"APA?!" seru tante itu.

"Kemarin, bahunya baru saja tersayat pisau, dan kepalanya dihantam botol kac..." ucap Sara terpotong.

"APA?! ter... TERSAYAT PISAU?! TERHANTAM BO... BOTOL KACA?! HAHAHAHA! APA KALIAN BERCANDA HAH?!" seru tante itu setengah tak percaya.

Seketika suasana mendadak berubah menjadi sangat hening. Perempuan paruh baya itu pun langsung berdeham.

"Maaf... AISH! semoga saja pelakunya segera di tangkap dan luka-lukamu segera pulih seperti semula, sebentar... kalian pasti belum tahu siapa tante kan?" ucap perempuan itu sembari mengeluarkan kartu namanya.

"Kau seorang peramal?! berarti tante bisa membaca masa depanku? tapi kenapa tadi tante tidak bisa menebak kondisi temanku ini?!" tanya Sara sedikit tidak percaya.

"HAHAH! aku bisa melakukannya jika aku sedang memegang tangan kalian, jadi jika kau ingin melihat masa depanmu, cepat jabat tangan tante," ucap perempuan peramal itu sembari mengukurkan jabat tangannya ke Sara.

Sontak, Sara langsung membalas jabat tangannya. Perempuan peramal itu pun langsung memejamkan kedua matanya dan langsung melihat masa depan Sara.

"Di masa depan kau akan menjadi seorang jaksa," ucap perempuan peramal itu.

"Benarkah?! kebetulan sekali, itu sama dengan keinginanku karena aku ingin menjadi seorang jaksa," sahut Sara.

"Semoga saja semua masa depanmu yang aku lihat barusan menjadi kenyataan," ucap perempuan peramal itu.

Akhirnya Sara menyarankan peramal itu untuk menerawang Yerin juga. Perlahan tepat di saat perempuan peramal itu memegang tangan Yerin, tubuh perempuan itu langsung gemetar dan dengan spontan langsung melepaskan genggamannya dari tangan Yerin. Belum sempat memberitahukan apa yang dilihat olehnya, tiba-tiba Bibi Jil memanggil Yerin.

"YERIN! apa kau tahu?! sedari tadi bibi mencarimu ke mana-mana ternyata kau di sini, seharusnya kau beritahu bibi dulu, AH! maaf... dokter menyuruh Yerin untuk kembali ke ruangannya, jadi kami pergi dulu, selamat siang," ucap Bibi Jil tersenyum hangat pada perempuan peramal itu.

Yerin, Sara dan Bibi Jil akhirnya pergi meninggalkan perempuan peramal itu. Baru saja Yerin melangkahkan dua langkahnya untuk pergi, tiba-tiba perempuan peramal tadi langsung meraih tangan Yerin. Sontak, Yerin langsung menoleh ke belakang.

"Jika semua yang kau lakukan itu adalah balasan terbaik untuk mereka, kau seharusnya tidak usah ikut campur dan tenggelam ke dalam dunia yang mengerikan seperti itu, di sisi lain pun aku tahu jika sejatinya kau ini tidak bersalah, kau hanyalah seorang korban yang sama sekali tidak di pedulikan, semua pilihan ada di tanganmu," ucap perempuan peramal itu dengan ekspresi wajahnya yang terlihat sangat tajam.

Setelah mendengar ucapan perempuan peramal itu, Yerin langsung terperanjat kebingungan.

"Apa maksud semua ucap..." ucap Yerin terpotong.

"OH TIDAK! lupakanlah," ucap perempuan peramal sembari melepas genggaman tangannya dari Yerin.

Akhirnya, Yerin pun langsung pergi meninggalkan perempuan seorang sendiri.

"Kenapa takdir bertindak sangat kejam padanya?" batin perempuan peramal itu.

Dua hari telah berlalu, Yerin akhirnya dipulangkan dari rumah sakit, saat itu juga kepolisian yang menangani kasus itu akhirnya diberhentikan dengan alasan yang sudah pasti Yerin tahu dan ia pun sudah menebaknya akan terjadi.

●●●

~triwahnii~

I Will Make It Happen (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang