●●●
Bel istirahat berbunyi, semua anak berhamburan keluar dari kelas. Sementara, Yerin berlari ke toilet. Di toilet, Yerin langsung menyalakan kran air sampai suara di luar dan sekelilingnya tidak terdengar. Perlahan, Yerin menghela napas panjang dan tanpa sebab ia pun menyeringai sembari menatap tajam ke arah cermin. Tanpa sadar, Yerin memukul cermin yang ada di depannya itu sampai pecah. Sontak, darah di tangannya perlahan keluar.
"Bukankah mereka bersikap terlalu berlebihan padaku? kenapa semua orang memihak jalang seperti mereka?" gumam Yerin sembari terkekeh dan menatap tajam ke arah dirinya di cermin.
Di sisi lain, Lili menghampiri Yerin di kelas. Namun, Lili tidak melihat keberadaan Yerin di kelas. Beberapa saat kemudian, saat Lili masuk ke toilet, Lili langsung terperanjat kaget setelah melihat cermin kaca yang pecah dan tangan Yerin yang berdarah.
"Yerin! apa yang terjadi!" teriak Lili.
Yerin terdiam mematung di depan cermin yang pecah.
Dengan segera Lili langsung merapihkan kembali seragam Yerin yang terlihat sangat lusuh dan berantakan. Lili bergegas membawa Yerin ke suatu tempat. Sampainya di suatu tempat, Lili membantu Yerin duduk di kursi panjang di belakang sekolah.
"Minum dulu dan makan ini juga," ucap Lili.
Di sisi lain, Yerin masih diam mematung.
"Mereka pasti merundungmu kan?" ucap Lili dengan ekspresi kesal sembari mengobati luka di tangan Yerin.
"Tidak, aku ke kelas dulu," ucap Yerin dingin.
"Aku yakin ada yang tidak beres dengan Yerin, aku yakin pasti mereka mengusiknya lagi," batin Lili sembari berlari menyusul Yerin yang sudah pergi mendahuluinya.
Beberapa saat kemudian, bel masuk berbunyi. Di sepanjang jalan tepat saat Yerin dan Lili kembali ke kelasnya, semua teman sekolahnya terus menatap tajam ke arah Yerin dan Lili. Mereka saling berbisik, berteriak, memaki dan mengumpat kasar di belakang mereka berdua.
...
Waktu pulang sekolah, Lili menghampiri Yerin untuk pulang bersama. Namun tidak disangka-sangka, Jiera dan Cea datang menghampiri mereka berdua.
"Sialan, kalian lagi kalian lagi... aku tahu, pasti kalian akan merencanakan sesuatu lagi kan? ya... komplotan pencuri memang tidak pantang menyerah sebelum mendapatkan dan menikmati hasil curiannya," ucap Jiera tertawa lepas.
"Dasar komplotan pencuri! cepat tunjukan wajah kalian, aku akan merekam wajah kalian yang tidak tahu malu itu, cepat!" seru Cea sembari merekam.
"Apa yang kalian lakukan? apa kalian sudah gila?!" seru Lili mencoba merebut ponsel Cea yang tengah sibuk merekam.
"Jaga ucapanmu itu! siapa yang gila? kau yang gila!" pekik Cea.
Tiba-tiba, Jiera langsung menampar Lili.
"Lili!" seru Yerin sembari memapah tubuh Lili yang terhuyung.
"Apa? kau ingin aku tampar juga?" ucap Jiera langsung menampar Yerin dan mendorongnya sampai jatuh.
"Dasar jalang gila!" seru Lili sembari menampar balik Jiera.
Di sisi lain, Yerin dan Lili bergegas pergi meninggalkan mereka berdua.
"Sialan," gumam Jiera penuh emosi.
"Berlututlah pada kami berdua sebelum video ini aku sebar ke media sosial," ucap Cea.
Tanpa basa-basi, Yerin langsung berlari menghampiri Jiera dan Cea untuk meminta maaf dan segera berlutut di hadapan mereka. Namun, Lili memaksa Yerin untuk berdiri dan pergi meninggalkan mereka, tapi Yerin tetap bersikeras untuk tetap menunggu permintaan maaf dari mereka agar rekaman video tadi tidak disebar.
"Lili coba kau pikir lagi, apa yang kau lakukan pada temanmu ini sampai rela berlutut pada kami berdua, kau tidak sadar? kau membuat kesalahan pada kami berdua termasuk jalang ini, cepat kau berlutut juga dan minta maaf pada kami berdua, cepat!" seru Jiera.
Lili yang merasa bersalah pada Yerin akhirnya terpaksa berlutut di hadapan mereka.
"Maaf... maafkan kami berdua, kami janji tidak mengulangi kesalahan lagi... to... tolong maafkan Lili dan Jiera," ucap Yerin terbata-bata.
"Lili, apa kau bisu? cepat kau minta maaf seperti yang dilakukan jalang ini, bodoh!" seru Jiera melotot tajam ke arah Lili.
"Cepat lakukan jalang! oh... apa kau ingin aku sebar video ini dengan judul wanita jalang perebut pacar orang?! pasti lang..." ucap Cea terpotong.
"Apa kau sudah gila!" seru Lili sembari mencoba berdiri namun terhalang oleh tangan Jiera yang mencengkeram bahunya.
"Cepat kau minta maaf, bodoh!" seru Jiera.
"Tolong maafkan Lili... dia sama sekali tidak bersalah, tolong lepaskan Lili," pinta Yerin sembari meringkuk di kaki Jiera dan Cea.
Lili yang terpojok akhirnya terpaksa mengikuti perintah mereka.
"Oke! aku akan melakukannya, puas!" tegas Lili.
Di sisi lain, Jiera dan Cea langsung menertawakan mereka berdua.
"Ma... maaf," ucap Lili dengan nada terpaksa.
"A... apa? ulang-ulang! nadamu itu terdengar sangat terpaksa, bodoh! apa kau tidak pernah meminta maaf pada orang lain?! oh... sialan! ah... sebentar..." ucap Jiera sembari menarik Cea untuk duduk di kursi.
"Sekarang... cepat minta maaf lagi," ucap Jiera santai sambil duduk di kursi dengan posisi kakinya ke atas meja.
Lili yang melihat aksi itu, batinnya langsung terbakar dalam emosi. Jika Lili diberi kesempatan satu kali saja, rasanya ia ingin menampar wajah mereka berdua, namun keadaan sedang tidak memihaknya.
"Maaf... maafkan aku, aku dan Yerin berjanji tidak akan mengulangi perbuatan ini lagi," ucap Lili di susul Yerin yang sudah tidak tahan dengan situasi itu.
"Anak malang... aku maafkan atau tidak ya... lemah! cepat pergi dari sini sebelum aku berubah pikiran! cepat pergi!" seru Jiera.
Dengan segera Yerin langsung menarik lengan Lili untuk pergi meninggalkan tempat. Di sepanjang jalan, Lili selalu menggerutu dengan dirinya sendiri. Sementara itu, Yerin hanya menghela napas.
"Yerin, apa yang sebenarnya terjadi denganmu dan dua perempuan gila itu?!" ucap Lili.
"Tidak ada apa-apa, maafkan aku karena kau ikut masuk ke dalam masalah ini," sahut Yerin.
"Apa? apa yang kau katakan barusan?! tidak ada apa-apa?!" tegas Lili keheranan.
"Bus itu sudah menunggu, ayo kita pulang," ucap Yerin mengalihkan pembicaraan.
"Benar... Yerin dalam masalah besar, dia bahkan tidak bereaksi sedikit pun setelah menerima perlakukan seperti tadi!" batin Lili.
●●●
~triwahnii~
KAMU SEDANG MEMBACA
I Will Make It Happen (Tahap Revisi)
Mystery / ThrillerDi saat semua orang mengatakan hidup ini indah, Yerin justru mengatakan hidup ini adalah NERAKA. Bagaimana tidak, hari-hari yang ia lewati sangatlah mengerikan. Hingga suatu saat, sebuah insiden mengerikan tiba-tiba menimpa Yerin, kepalanya mendadak...