●●●
Dua hari hukuman Rea, Jiera dan Cea telah berlalu. Wajah berseri tanpa dercak kecemasan terpampang di wajah Yerin. Seperti biasa, Yerin sudah duduk di bangku halte sembari menunggu Lili.
"Yerin! akhirnya aku sampai juga..." ucap Lili terengah-engah.
"Tapi bus itu belum datang," ucap Yerin.
"Ah sial... aku bersusah payah berlari agar tidak terting..." ucap Lili terpotong.
"Ayo kita berangkat," ucap Yerin.
"Apa?!" seru Lili terkejut.
Yerin menunjuk ke arah bus.
...
Sampainya mereka di sekolah, Bara tidak sengaja menabrak Yerin.
"M-maaf..." ucap Bara.
"K-kau?! calon ketua OSIS tahun depan kan?! kau juga laki-laki waktu itu kan?!" seru Lili.
Bara membalas dengan tersenyum.
"Semoga saja kau terpilih," dukung Lili pada Bara.
"Terima kasih sudah mendukungku," ucap Bara.
Karena Bara terlihat terburu-buru, ia pun langsung mencoba pergi meninggalkan mereka berdua.
"Terima kasih!" seru Yerin.
Sontak, Bara menghentikan langkah kakinya dan menoleh ke belakang dan menatap Yerin.
"U-untuk apa?" tanya Bara.
"Terima kasih karena sudah memihak dan membantu kami, aku juga minta maaf soal perkataanku waktu itu," ucap Yerin.
"Terima kasih Bara!" sahut Lili.
"Oh itu... iya sama-sama," jawab Bara.
...
Bel masuk berbunyi, pembelajaran segera berlangsung. Yerin merasakan harinya begitu indah tanpa ada orang yang merundungnya. Saat guru memberikan pertanyaan, Yerin selalu sigap menjawab pertanyaan itu tanpa kesalahan sedikit pun. Saat itulah teman sekelasnya mengenal lebih dekat siapa Yerin yang sebenarnya.
...
4 hari telah berlalu, itu terasa singkat bagi Yerin untuk kembali bertemu dengan Rea, Jiera dan Cea. Yerin merasa cemas jika mereka mengusiknya lagi. Di bangku taman sekolah, Yerin dan Lili duduk sembari membicarakan sesuatu.
"Jika aku berubah di masa depan, apa yang akan kau lakukan?" tanya Yerin.
"Mungkin aku akan menjadi psikiater agar bisa mengubahmu lagi seperti sedia kala," jawab Lili.
"Jika aku melakukan apa yang aku inginkan, apa yang akan kau lakukan?" tanya Yerin lagi.
"Tentu saja aku tidak akan menghalangi keinginanmu itu, karena itu adalah hakmu, memang apa yang akan kau lakukan?" tanya Lili balik.
"Aku hanya ingin bebas menyingkirkan peran yang tidak pantas dimainkan oleh mereka, tidak lebih dari itu," jawab Yerin.
"Maksudmu?" tanya Lili kebingungan.
"Kau akan menemukan jawabannya di masa depan," jawab Yerin sembari menyeringai.
Bel sekolah akhirnya berbunyi. Mereka berdua akhirnya masuk ke kelasnya masing-masing.
...
Di kantin, Yerin dan Lili saling berbincang satu sama lain tanpa gangguan dari siapa pun. Yerin pun merasa bahagia memiliki teman dekat seperti Lili.
"Kau tahu? baru saja aku mendengar akan ada festival di alun-alun besok minggu... ayo kita kesana," ajak Lili.
"Festival? baiklah ayo," jawab Yerin.
...
Hari minggu kemudian, Yerin dan Lili sudah berada di tengah-tengah festival itu diselenggarakan. Yerin dan Lili sangat bergembira menikmati suasana yang riuh nan menyenangkan.
"Ayo kita kesana... kita beli gelang," ajak Lili.
Akhirnya mereka membeli gelang kembar untuk tanda persahabatan. Yerin tersenyum bahagia sembari melihat gelang persahabatan yang terpasang di tangannya. Kemudian mereka kembali mengelilingi festival, mereka bergegas membeli beberapa makanan dan minuman dan kembali berkeliling.
Di depan salah satu penjual, Yerin menghentikan langkah kakinya. Lili langsung menoleh ke belakang dan menghampiri Yerin. Yerin berhenti di salah satu pedagang pisau dan sedang melihat-lihat semua jenis pisau yang berjejer sangat rapih.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Lili.
"Aku akan membeli pisau," ucap Yerin sembari menatap pisau-pisau yang terjejer rapih itu.
Akhirnya Yerin membeli dua jenis pisau, pisau lipat dan pisau dapur.
"Kenapa kau tiba-tiba membeli pisau?" tanya Lili.
"Entahlah aku pun tidak tahu, mungkin aku akan memberikan pisau dapur ini untuk bibiku, dan pisau lipat ini akan aku simpan untukku sendiri," jawab Yerin.
...
Akhirnya mereka berdua menghentikan perjalanannya dan memilih beristirahat di salah satu tempat favorit mereka yaitu di tepi sungai tepat di pinggir taman kota.
"Kau tahu? kepala sekolah kita sudah dipindahkan ke sekolah lain, jadi besok akan ada upacara penyambutan kepala sekolah baru," ucap Lili.
"Ya aku sudah tahu," ucap Yerin.
"Ya... tapi kenapa perasaanku tidak enak... rasanya aku tidak ingin berangkat sekolah besok," ucap Lili.
"Mereka juga akan kembali," ucap Yerin sembari meneguk minuman kaleng yang ia beli tadi.
"Maksudmu?! oh iya! aku hampir lupa, tiga orang gila itu akan kembali juga besok, kau tidak apa-apa dengan mereka besok? aku cemas jika mereka sampai berulah lagi," ucap Lili.
"Aku yakin mereka sudah menyesali perbuatannya," ucap Yerin.
"Jika sampai mereka masih tidak menyesali perbuatannya, rasanya ingin aku bunuh mereka," gerutu Lili sembari meremas kaleng minumannya.
"Kau bisa dipenjara jika kau melakukannya, tapi tidak apa jika aku yang melakukannya," gumam Yerin dengan tatapan kosong.
"A-apa?! apa yang kau ucapkan barusan?" tanya Lili sedikit terkejut.
"Oh tidak... lupakanlah," jawab Yerin.
"Oh... aku hanya mengutarakan emosiku, mana mungkin aku membunuh mereka, aku bahkan tidak berani melihat darah, bahkan mendengarnya saja aku langsung merinding," ucap Lili.
Tanpa sebab, perlahan Yerin menyunggingkan senyuman tipis setelah mendengar ucapan Lili.
"Apa keinginanmu di masa depan?" tanya Yerin.
"Mungkin aku akan menjadi seorang dokter atau semacam psikiater, kau sendiri?" tanya Lili.
"Aku? mungkin aku akan menjadi pasienmu," jawab Yerin.
"Apa kau ingin gila hah?! kau harus bahagia di masa depanmu!" tegas Lili sembari menepuk bahu Yerin.
"Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini," ucap Yerin.
"Tidak! kau harus bahagia di masa depanmu, kau tidak boleh datang menemuiku sebagai pasien, kau paham?!" ucap Lili.
Yerin pun tersenyum tipis.
●●●
~triwahnii~
KAMU SEDANG MEMBACA
I Will Make It Happen (Tahap Revisi)
Mystery / ThrillerDi saat semua orang mengatakan hidup ini indah, Yerin justru mengatakan hidup ini adalah NERAKA. Bagaimana tidak, hari-hari yang ia lewati sangatlah mengerikan. Hingga suatu saat, sebuah insiden mengerikan tiba-tiba menimpa Yerin, kepalanya mendadak...