40. SEKAMAR

184 26 0
                                    

ASSALAMUALAIKUM
BANTU RAMEIN YA TEMAN-TEMAN
HAPPY READING

▪︎🦋▪︎

'Kalau saya jadi istrimu, apa kamu bisa begini gus?'

▪︎🦋▪︎

Asma telah tersadar, tatapannya masih kosong memandangi kamar yang penuh akan hiasan. Kala ia baru menyadari posisi, Asma segera menoleh kearah sebelah dimana gus Alshad memandangi tiada henti.

"Asma dimana?" tanya gadis itu panik.

"Dikamar saya," sahut gus Alshad datar.

"Lalu?" Asma bertanya dengan wajah penuh harap.

Gus Alshad menaikkan sebelah alisnya. "Lalu apanya, Asma?" tanya balik pria itu.

"Acara didepan."

Alshad menghela napas. "Acara sudah selesai sedari tadi. Kamu pingsan seharian membuat saya harus sendirian di medan."

Mendengar hal itu tak sadar Asma malah terkikik geli. Melihat bagaimana wajah gus Alshad yang penuh kesal. "Kamu kenapa?" tanya Alshad heran.

Asma menggeleng. "Nggak ada. Wajah gus lucu kalau kesal," jujurnya.

Gus Alshad tersenyum, mengulurkan tangan lalu menjepit hidung mungil sang istri dengan jarinya. "Kamu itu yang lucu. Saya lagi serius malah diketawain."

Asma gelagapan, ia memukuli tangan suaminya. "Gus, Asma gak bisa napas. Nanti kalau Asma mati, memangnya gus mau jadi duda?" Kesal Asma.

"Saya akan ikut mati, kalau begitu jadinya," sahut gus Alshad.

Gadis itu mendengus. Tak lama kemudian, terdengar pintu diketuk. Gus Alshad bersuara mengizinkan untuk masuk. Wanita dengan abaya mocca memasuki kamar pengantin beserta senampan lebar yang berisi makanan ia bawa.

"Assalamualaikum," salam ning Fitri.

Pasutri muda itu menjawab salamnya.

Ning Fitri mendekat lalu mengulurkan makanan dengan baik. "Ini gus, As, makanan dari ummi."

Gus Alshad mengangguk, mengambil nampan tersebut dari ning Fitri. Fitri yang hendak pergi jadi tertahan sebab Asma menghentikannya.

"Ning mau kemana?" tanya Asma.

Ning Fitri tersenyum lalu berbalik. "Diluar masih sibuk, As. Masih banyak kerjaan yang harus diselesaikan," sahutnya.

Asma mengulurkan tangan mencekal pergelangan ning Fitri. "Ning disini saja, temani Asma makan sama gus Alshad ya?" Asma mengedipkan sebelah mata.

Gus Alshad menatap dua wanita itu secara bergantian. Disini dia paham jika apapun yang dirasakan Asma bersama gus Alshad, ning Fitri harus merasakannya juga. Tapi, bagaimana? Mereka berdua beda status.

Ning Fitri menggeleng malu. "Gak bisa, As. Ini kan waktu kalian berdua. Saya gak bisa mengganggu begitu saja," tolaknya.

Asma memohon. "Ayolah ning. Lagipula gus Alshad setuju kan kalau ning Fitri disini?" Asma memandangi gus Alshad.

AKU, KAMU, DIA DAN PILIHAN TUHAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang