69. TEROR AGAIN

141 27 2
                                    

ASSALAMUALAIKUM
BANTU RAMEIN
HAPPY READING

▪︎🦋▪︎

Asma masih tak enak hati. Meskipun beberapa teror yang dialaminya tidak berbahaya namun hal tersebut tetap membuatnya khawatir jika Alshad bisa saja menuduhnya aneh-aneh.

Asma menoleh kearah gus Alshad yang baru mengatakan sesuatu. "Kenapa mas bisa berpikir kalau bunga itu dari Zidan."

Gus Alshad mengedikkan bahu. "Bukannya saya suudzon Asma, tetapi saya masih ingat dengan bunga yang sempat Zidan berikan ke kamu waktu itu dan surat dari bunga itu memiliki kalimat yang mirip dengan surat ini."

Bergegas wanita itu menatap lekat kearah Alshad. "Jadi mas baca surat itu?" tanyanya. Alshad mengangguk polos.

Asma semakin tak enak hati. Ia gusar membuat Alshad dapat memperhatikannya. Pria itu mendekat lalu merengkuh tubuh Asma sembari tangannya yang mengelus punggung belakang Asma.

"Sudah jangan dipikirkan. Kalau ada bagimu yang terlihat aneh lagi, laporkan ke saya ya?"

Ia mengangguk namun Asma masih saja tak nyaman sebab beberapa teror yang telah berlalu sama sekali Alshad tak mengetahuinya.

"Mau tidur?" tawar Alshad memperhatikan Asma yang masih terdiam seperti memikirkan sesuatu.

Asma menggeleng. "Asma masih nggak enak hati, mas," sahutnya.

Alshad paham. Dia tersenyum hangat sembari menepuk pelan pahanya memberi kode pada Asma agar tertidur disana. Asma yang saat itu sudah lelah dengan keadaanpun langsung menurut.

Dia membaringkan tubuh menjadikan paha suaminya sebagai bantal. Netranya perlahan terpejam seiring elusan lembut dikepalanya serta sholawat yang Alshad suarakan untuknya.

Mendengar suara gus Alshad sama saja membuatnya nyaman. Nyaman sekali.

▪︎🦋▪︎

Meskipun Asma tidak pandai dalam memasak, ia mesti mengingat kewajibannya sebagai istri untuk melayani suami. Meskipun pula memasak bukan kewajibannya setidaknya Asma menganggap itu merupakan bukti baktinya terhadap Alshad.

Sebuah tangan melingkari perutnya dari belakang. Asma terperanjat ia hendak berbalik namun siapa sangka Alshad malah menumpu dagunya diatas bahu Asma. "Wanginya enak. Rasanya pasti enak jugakan?" tanya Alshad. Asma terkekeh.

"Mas jangan dekat-dekat ya. Asma lagi masak loh. Nanti kalau asin, Asma gak tanggung jawab," omelnya.

Kini malah Alshad yang terkekeh. Ia segera menjauh namun sebelum itu ada bonus yang melekat di wajah Asma. Sebuah kecupan singkat dipagi hari yang mampu membuat Asma salting setengah mati.

Perempuan itu langsung berbalik badan dengan sudip ditangannya yang sudah melayang diudara. "MAS IHHH! Sudah Asma bilang jangan suka gitu. Asma baper mas!"

Alshad masih tertawa keras. wajahnya amat terlihat tampan dengan mata yang kian menyipit serta lesung pipi yang semakin mendalam. Alshad memegangi perutnya lalu berusaha menghentikan tawa. "Toh bapernya sama suami sendiri. Halal ning. Allah suka."

"Y-ya tapi jangan tiba-tiba. Nggak baik buat kesehatan jantung Asma," cicitnya lalu segera berbalik badan untuk melanjutkan memasak.

Alshad memutuskan duduk di kursi yang berhadapan dengan meja makan. Terlihat tangan pria itu asik memilah beberapa sayur. "Ning, ini kangkungnya mau diapain?" tanya Alshad.

Asma berdeham. "Mas mau kangkungnya diapain? Tumis atau pecel?" tanya balik Asma.

Alshad terdiam cukup lama membuat Asma berbalik badan melihat suaminya yang berwajah datar. Asma heran namun sesuatu yang dikatakan suaminta selanjutnya membuat Asma melayangkan sudip diudara.

AKU, KAMU, DIA DAN PILIHAN TUHAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang