HAPPY READING
▪︎🦋▪︎
"Siapa yang menjadi suamimu suatu saat nanti adalah pilihan terbaik dari Allah."
▪︎🦋▪︎
Lagi-lagi Asma terkena mental.
...
Meskipun bukan pertama kalinya bagi seorang Asma untuk bertemu dengan ning Fitri. Namun ini adalah pertama kalinya Asma melihat ning Fitri secara dekat. Satu kata yang ingin Asma ucapkan namun hanya bisa ia batinkan. 'MasyaAllah.'
Sebegitu indahnya paras seorang ning yang sedang terduduk di sofa. Wajah nan berseri cantik mendongak cengo menatap kedatangan dua orang. Beribu pertanyaan menyumbat hati Asma. Mengapa gus Alshad bisa menolak seorang ning yang cantiknya bak bidadari?
Yang cantiknya begitu saja ditolak. Pupuslah sudah harapan Asma untuk menjadi typenya gus Abizar.
Gadis dengan pakaian syari itu bangkit dari duduknya saat mengetahui Asma dan gus Alshad memberi salam.
"Waalaikumsalam. Kalian berdua dari mana?" tanya ning Fitri cemburu melihat Asma dan gus Alshad.
"Asma dari pasar kalau gus Alshad dari depan," sahut Asma santai. Ning Fitri mengangguk. Kekhawatiran pada hatinya sedikit mereda.
"Gus bisa ke Kantor sebentar, ada yang mau saya bicarakan. Lagipula saya sudah menyuruh kang Umar agar menemani dan kita nggak berduaan di Ruang itu."
Alshad mengangguk lalu keluar dari ndalem. Disusul ning Fitri yang keluar. Asmapun mencebik. "Padahal bicara disini kan bisa ning, ning," kesalnya membatin.
"Eh kok aku yang kesal," ucap Asma terkekeh lalu datanglah ummi Fatimah dan gus Nizar dari arah dapur.
"Assalamualaikum ummi. Asma udah pulang loh. Benar kan Asma nggak kabur?"
Ummi Fatimah terkekeh mendapati santriahnya sudah tiba. Ia mengangguk. "Iya, ummi percaya sama kamu. Duduk dulu gih,"
Asma ditemani ummi Fatimah dan gus Nizar duduk di Sofa. Asma jadi mengingat gus Abizar, ia ingin menanyakan sesuatu. "Ummi, Asma boleh bertanya?" Ummi Fatimah mengangguk.
"Gus Abizar ada nggak, ummi?" tanya Asma, matanya berkeliling mencari sosok pria jangkung yang ia kagumi sejak pertama kali menginjakkan kaki ditanah jawa.
"Nggak ada, mas Abi lagi nemanin abah memberi tausyiah di Pesantren sebelah." Gus Nizar menyahut. Asma menenang.
Setidaknya saat ia membicarakan gus Abizar, pria itu tak ada disini.
"Menurut ummi gus Abizar itu seperti apa?"
Ummi Fatimah menaikkan sebelah alisnya mencoba memahami pertanyaan dari sang santriah. Diam-diam ia menelisik, sepertinya Asma lebih tertarik terhadap gus Abizar dibanding gus Alshad yang berkemungkinan sudah menyimpan rasa terlebih dahulu. Bu nyai itu tersenyum hangat.
"Menurut ummi, gus Abi itu lebih mudah akrab terhadap lingkungan baru, ramah dan selalu menunjukkan senyumnya. Bertolak belakang dengan anak ummi yang kedua, gus Alshad. Meskipun begitu, kelima anak ummi memiliki karakternya masing-masing selagi itu nggak nyeleneh dan nggak merugikan orang lain."
Asma mengangguk. "Asma senang lihat gus Abizar. Lihat senyumnya, dengar suaranya dan --"
"Jadi kamu suka sama mas Abi?" tanya gus Nizar memotong pembicaraan Asma.
Malu-malu gadis itu mengangguk. Dua manusia muda yang seumuran itu nampak akur berbicara. "Kalau saran saya mending kamu sama gus Alshad saja dibanding gus Abizar. Kamu tahu? Meskipun gus Alshad itu cuek dan menyebalkan, dibalik itu gus Alshad itu sangat perhatian. Kalau gus Abizar sih, semua ukhti disenyumin, bikin cemburu saja jika ada seseorang yang menyukainya."
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU, KAMU, DIA DAN PILIHAN TUHAN (END)
Roman pour Adolescents[FOLLOW AKUN SEBELUM MEMBACA] [TAHAP REVISI] [END] Wajar jika remaja yang masih mengalami masa labil namun akan disebut kurang ajar jika yang mengalami itu adalah Asma. Dia, Asma Nadia gadis cantik yang sikap kelabilannya sudah israf. Asma itu menci...