09. TENTANG BIAN

151 42 4
                                    

HAPPY READING

▪︎🦋▪︎

"Fisik dijadiin candaan. Lo kira lucu?"
•Zidan Sarifin Ilham•

▪︎🦋▪︎

Seminggu sudah Asma berada di Rumah Sakit dan hari ini ia diperbolehkan untuk pulang. Sama halnya dengan Zidan, pria itu bisa kembali ke rumahnya namun keadaan mereka berbeda jauh. Jika Asma hanya menyisakan perban kecil dikeningnya maka Zidan masih memakai kursi roda dan tangan kiri yang memakai gips.

"Awokawok anjir! Pakai kursi roda, keren banget sih sahabat kita," ucap Riki menertawai nasib Zidan.

"Keren mata lo. Sini kaki lo gue patahin, biar tahu kerennya pakai kursi roda."

Riki menjauh dari Zidan dan langsung bersembunyi dibalik tubuh Ramadhan. Jangan sampai Zidan bangkit dari kursi rodanya lalu terpincang-pincang agar bisa menghantam wajah menyebalkan Riki.

"Canda kali Dan," ucap Riki.

"Fisik dijadiin candaan. Lo kira lucu?"

Riki menunduk merutuki bibirnya yang asal ceplas ceplos tak tahu aturan. Pria itu sedikit mendongak lalu menunjukkan jajaran gigi rapihnya kearah Zidan. "Maaf mas ganteng." Seketika Ramadhan bergidik ngeri lalu menjauh dari Riki. Sepertinya Riki itu pria jadi-jadian.

Asma datang bersama ayah Hairul mencari keberadaan Zidan dan kedua temannya yang berada di Koridor rumah sakit. "Pulang sekarang?" tanya Asma. Zidan mengangguk.

"Kita duluan ya Riki, Rama," pamit Asma pada dua teman Zidan karena ia, ayah Hairul dan Asma akan pulang dengan mobil ayah Hairul sedangkan Riki dan Rama memakai motor mereka berdua.

"Yoi, kapan-kapan kita ke rumah kalian, mau jenguk," ucap Rama. Asma mengangguk lalu mendorong kursi roda yang Zidan duduki.

Tiga orang itu terlihat menjauh dari koridor rumah sakit menuju parkiran dan melanjutkan perjalanan pulang ke rumah. Selama itu juga Asma dan Zidan tidak masuk Sekolah dan jangan lupakan Bian, pria yang telah resmi tak menghubungi Asma Nadia selama dua minggu penuh

▪︎🦋▪︎

Tumben sekali ayah Hairul memberikan izin kepada putrinya untuk sekamar dengan Zidan dalam artian Asma sedang menjenguk sahabatnya itu. Biasanya bapak Hairul akan marah-marah kala mengetahui anaknya bermain dirumah Zidan namun kali ini tidak. Mungkin karena melihat keadaan mereka berdua.

"Zidan ayo makan, sesuap lagi okay?" Zidan menggeleng, menolak suapan dari Asma.

"Gue udah kenyang sayang." Asma mencebik.

"Sayang-sayang pala lo peang!"

Pria itu menyengir menunjukkan gingsul yang membuat wajahnya semakin cute seratus persen. Ah! Asma ingin jungkir balik saat melihat pesona anaknya mama Arini--ibunya Zidan.

Terdengar suara dering handphone, Asma bangkit dari jongkoknya karena tengah menyuapi Zidan tadi dan melihat dua benda pipih yang berada diatas kasur. Itu handphonenya dan milik Zidan.

"Hape siapa?" tanya Zidan.

Asma berjalan mendekat lalu melihat hapenya lah yang menyala. "Punya gue."

Gadis itu mengambilnya, menatap jelas nama seseorang yang sudah tak mengabarinya selama dua minggu belakangan. Sempat terdiam lama lalu Asma menggeser icon hijau tersebut.

"Halo?" sapa Asma.

"Bisa ke Taman kota sebentar? Ada sesuatu yang mau kakak bicarain."

Jantung Asma mulai berdetak tak karuan mendengar nada bicara Bian. Gadis itu menoleh kearah Zidan dengan wajah pria itu penuh tanya.

AKU, KAMU, DIA DAN PILIHAN TUHAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang