71. NGIDAMNYA GUS ALSHAD

180 30 1
                                    

ASSALAMUALAIKUM
BANTU RAMEIN
HAPPY READING

▪︎🦋▪︎

Seseorang berlalu kencang dari belakang membuat Asma merasakan keanehan. Wanita yang tengah asik memasak itu berbalik badan dan melihat Alshad yang sudah berlari memasuki kamar mandi. Terdengar dari suaranya, pria itu tengah mual.

Asma terheran. Dengan segera ia mematikan kompor lalu menyusul suaminya. Asma langsung saja memijat tengkuk pria itu.

"Mas kenapa?"

Alshad mendongak hendak menjawab. Namun lagi-lagi rasa yang bergejolak diperutnya membuat Alshad harus memuntahkan itu juga. Nihil, tak ada yang keluar melainkan cairan bening tersebut.

Asma menatap iba kearah wajah suaminya yang memucat. Pelipis pria itu dipenuhi keringat dingin yang mengalir.

"Mas hari ini nggak usah pergi ke Kampus dulu ya?" Gus Alshad menggeleng.

"Tidak bisa ning. Saya ada--"

Lagi-lagi Alshad memuntahkannya. "Mas lagi sakit loh."

"Tidak apa. Palingan masuk angin," alibi Alshad mengingat tadi malam ia pulang dari pesantren sudah tengah malam.

Asmapun pasrah membiarkan suaminya bekerja seperti biasa. Namun siapa sangka saat baru memasuki ruangan, Alshad sudah sigap menutup mulut kala bau ruangan yang amat menyengat hidungnya.

Yusuf yang melintas jadi terheran. "Lo kenapa Al?" tanyanya.

Alshad menggeleng cepat dengan segera pria itu berlari ngicir menuju kamar mandi. Yusuf menaikkan sebelah alisnya. "Lama-kelamaan malah ngadi-ngadi tuh si kanebo," lirihnya dan kembali berjalan.

Dengan tenaga yang kurang pas, Alshad memutuskan tetap untuk memberi materi sebab kemarin ia sudah mengosongkan materi hanya karena kepikiran Asma. Tidak mungkin kan jika hari ini ia akan mengosongkan materi pula lalu bagaimana nasib para mahasiswanya nanti.

Alshad memasuki kelas. Susah payah ia menahan rasa bergejolak diperut. Wajah pria itu sudah pucat pasi dengan keringat dingin yang memenuhi pelipis. Alshad berdeham dan memberi salam.

Serempak anak didiknya menjawab. Pria itu hendak membuka buku tebal yang ia bawa. Entah kenapa aroma dari buku yang baru ia beli itu amat menguat. Alshad mabuk.

Segera ia lempar buku tebal itu ke meja. "Pak kenapa?" tanya salah satu mahasiswa.

"Ah tidak. Hari ini kalian bisa belajar sendiri dulu kan? sepertinya keadaan saya tidak baik," ucap pria itu memutuskan untuk duduk.

▪︎🦋▪︎

Sesakitnya Alshad, pria itu tetap tegas dalam mengajari para santri abahnya. Seperti saat ini, mengingat minggu lalu ia memberi tugas pada para santri dan menagihnya sekarang, namun ada saja santri yang belum hapal sama sekali bahkan alasannya sudah tentu karena malas.

Alshad marah. Ia hendak mengomel namun anehnya rasa itu tiba lagi. Ia menutup sebagian wajah membuat santri putra dihadapannya mengernyit.

"Gus kenapa? Saya bau ya?" tanya pria itu.

Serempak seluruh santri putra bersorak heboh menertawakan pertanyaan dari satu santri itu. Santri tersebut itupun langsung terheran dan mengendus-endus tubuhnya. "Saya ndak bau gus. Pakaiannya juga baru dipakai."

Gus Alshad menggeleng. "Ah, hapalannya dilanjut minggu depan. Kal--"

Alshad berhenti berbicara dengan tangan menahan sesuatu yang ingin keluar. Para santri putra sudah terheran semua. "Kalian hapalkan lagi dan jangan sampai ada yang tidak hapal. Saya pamit, Assalamualaikum."

AKU, KAMU, DIA DAN PILIHAN TUHAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang