ASSALAMUALAIKUM
BANTU RAMEIN
HAPPY READING▪︎🦋▪︎
Asma mengelap keringat yang sedikit mengaliri keningnya. Gadis itu menggunakan name tagnya sebagai kipas, tak terbayangkan jika suasana siang ini amat panas. Ia menyendiri dipinggir lapangan sedangkan Iffah dan Afiqa telah ke kantin.
"Astagfirullah, panas banget," keluh Asma.
Seseorang mengulurkan sebotol air mineral dingin kearah Asma. Gadis itu sedikit cengo lalu mendongak menatap seseorang yang telah memberinya air. "E-eh kak Iban," cicitnya lalu kembali menunduk tanpa mengambil air tersebut.
"Ambil airnya dulu dong. Gue tau lo pasti juga haus kan?" Gibran, seseorang dengan nama panggilan Iban itu mengeluarkan suara.
Asma menggeleng. "Nggak perlu kak. Saya masih bisa beli sendiri kok," tolak Asma.
Gibran mengangguk. "Oh yasudah. Boleh ikut duduk gak?" Tak ingin berbicara banyak-banyak, Asma memilih mengangguk meski hatinya risau kebingungan kenapa Iffah dan Afiqa lama sekali. Asma sedikit bergeser agar tak terlalu dekat dengan Gibran. Posisinya sama-sama diujung bangku yang panjang, namun parahnya Asma duduk menenggel akibat terlalu meminggir.
"Btw, nama lo siapa?" tanya Gibran.
Asma mengulurkan name tagnya dan terbaca oleh Gibran. "Ohhh, Asma Nadia. Namanya cantik pasti orangnya juga cantik kan?" Asma hanya bisa terkekeh pelan.
Gibran sendiri adalah seniornya disini. Pria yang membimbing ospek maba sekaligus mahasiswa Fakultas Arsitektur yang populer dikalangan Universitas. Pria dengan rambut belah tengah yang pernah ditunjuk oleh Afiqa.
"Dilihat-lihat dari mata, lo itu pasti orangnya cantik."
Ah pria macam apa ini. Asma jenuh, Asma ingin pergi tapi bagaimana caranya pergi saat seseorang baru datang agar tidak merasa tersinggung.
Lagi-lagi Asma terkekeh. "Sebenarnya semua wanita juga cantik kak. Cantik itu relatif sesuai dengan pendapat dan sesuai juga dengan selera siapapun yang melihatnya. Dari sini kita jadi tahu, selera orang itu berbeda-beda. Mungkin, orang yang pertama akan mengatakan cantik tapi nggak tahu sama selera orang yang kedua, ketiga ataupun seterusnya. Ah ya, tapi yang namanya wanita pasti cantik."
"Definisi cantik juga nggak selalu tentang wajah. Tetapi ada hati, sikap dan tutur katanya. Apa bisa disebut adil jika cantik hanya dipandang dari wajah? Lalu bagaimana nasib dengan mereka yang nggak bisa melihat," lanjut Asma tersenyum disebalik cadarnya.
Gibran terkesiap saat mendengar gadis disebelahnya memulai berbicara agak panjang. Ia tertarik dengan gadis yang nampak berbeda diantara lainnya. Gibran mungkin tengah merasakan apa yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama.
"Ya, gue tau itu kok. Tapi lo itu berbeda, Asma. Ada sesuatu hal yang menarik di diri lo, entah itu apa yang padahal gue sendiri gak pernah lihat wajah lo dan tiba-tiba merasa tertarik."
Seseorang datang dengan wajah datar nan dingin. Asma yang melihatnya langsung bungkam saat Alshad sudah berdiri disebelahnya. Kapan datangnya suaminya ini? Sudah seperti jelangkung saja. Datang tak diundang, pulang tak diantar.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU, KAMU, DIA DAN PILIHAN TUHAN (END)
Ficção Adolescente[FOLLOW AKUN SEBELUM MEMBACA] [TAHAP REVISI] [END] Wajar jika remaja yang masih mengalami masa labil namun akan disebut kurang ajar jika yang mengalami itu adalah Asma. Dia, Asma Nadia gadis cantik yang sikap kelabilannya sudah israf. Asma itu menci...