61. SALAH PAHAM

146 27 0
                                    

ASSALAMUALAIKUM
BANTU RAMEIN
HAPPY READING

▪︎🦋▪︎

Setelah ayah Hairul mengetahui keadaan rumah tangga anaknya bersama sang menantu, pria paruh baya dengan wajah garang itupun langsung mengumpulkan penghuni rumahnya di Ruang keluarga.

Asma yang sudah paham situasi sebab diberi tahu oleh ibu terus-terusan menunduk tak berani mendongakkan kepala melihat kemarahan sang ayah yang sudah mengobar.

Ayah Hairul berdiri dihadapan Asma sembari menatap putri bungsunya dengan tatapan tak menyangka. "Dasar pembuat malu keluarga!" murka sang ayah mengeluarkan suara.

"Siapa yang mengajarimu seperti ini? Kamu nggak sadar dengan perbuatanmu yang seperti ini adalah berselingkuh dari suamimu sendiri?"

"Sudah jelas berselingkuh itu hal yang berdosa! Kenapa masih kamu perbuat, Asma!"

Keadaan yang mencengkam kian memanas kala tangan ayah Hairul terangkat hendak memukul putrinya dengan segera mungkin Alshad bangkit dari duduk langsung menahan tangan tersebut.

Asma menyadarinya.

Ayah Hairul menatap Alshad dengan wajah yang masih memerah marah. "Kenapa kamu menahan tangan ayah? Biarkan ayah memukulnya biar dia merasakan akibat apa yang dia perbuat, Alshad," ucap ayah menggebu-gebu.

Sementara itu, ibu Fathia dan Livia sudah memeluki Asma sebagai perlindungan pula jika nanti ayah Hairul akan memukulnya.

Alshad menggeleng. "Tidak yah."

"Asma memang putri ayah tapi saya tidak ridho jika istri saya diberlakukan kasar."

Tangis Asma mulai terdengar pecah. Dalam keadaannya yang menunduk, Alshad terus memperhatikan istrinya itu. Alshad mengangguk kepada sang ayah mencoba bersikap sabar saat menghadapi Asma.

Ayah Hairulpun langsung membawa Alshad keluar menyisahkan tiga wanita yang masih berada diruang keluarga.

Ibu Fathia melirik anaknya. "Masih mau bersikap seperti itu Asma? Kamu lihat! Lihat suamimu yang masih membelamu disaat seperti ini."

"Ibu nggak habis pikir kalau kamu masih berurusan dengan Zidan apalagi sampai mengumbar masalah rumah tanggamu."

"Istri macam apa kamu ini."

"Jangan sampai atas sikapmu yang keterlaluan seperti ini membuatmu gak mencium bau surga-Nya Allah nanti."

Hairul dan Alshad telah sampai di bagian teras atas rumah. Mereka duduk berdua sembari menikmati semilir angin malam yang amat terasa sejuk menembus tebalnya pakaian.

Ayah Hairul menoleh kearah Alshad. "Kenapa kamu nggak ngasih tahu ayah kalau sikapnya sudah keterlaluan? Nggak mungkin kamu nggak tahu kan?" tanya Hairul tak mau menyebut nama putrinya.

Alshad menggeleng lalu menatap hadapan.

"Asma memang tidak mencintai saya, ayah. Tapi saya yakin seiring berjalannya waktu Asma bisa menerima saya dihatinya."

Sesenggukan tangis terdengar.

Alshad cengo dan menoleh cepat kearah mertuanya tak menyangka jika ayah yang segalak itu bisa meneteskan air mata. "Ayah malu Al. Kenapa kamu nggak ngasih tahu semua ini ke ayah sedari dulu agar kejadian seperti ini nggak terjadi."

"Ayah merasa gagal mendidik Asma," lirihnya.

Pria berpeci hitam itu menggeleng cepat. "Ayah tidak gagal. Lagipula kenapa saya harus memberi tahu ayah dan ibu kala itu? Saya rasa masalah ini bisa saya atasi sendiri. Tapi, Allah berkata lain," sahutnya.

AKU, KAMU, DIA DAN PILIHAN TUHAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang