21. AR-RAHMAN, MINGGU DEPAN

159 33 0
                                    

HAPPY READING

▪︎🦋▪︎

"Sudah jatuh tertimpa tangga. Tak dapat untung malah menambah masalah."

▪︎🦋▪︎

Ingatkan lagi jika Asma masih memiliki kebiasaan buruk yang belum memusnah dari dalam dirinya. Contohnya pagi ini, disaat santriah lain memulai harinya dengan bismillah maka Asma memulai paginya dengan berteriak ....

"AKHHH, GUE PENGEN LIHAT COGAN YA ALLAH. MASA IYA SETIAP HARI LIHAT YANG SEJENIS TERUS!!!"

Sukses hal itu membuat Asma menjadi pusat pandangan di Musholla. Hal itu terjadi karena mulutnya yang refleks. Asma membekap mulutnya sendiri disaat didepan sana Ustadzah Qonita sudah memberikan tatapan tajam. "Siapa yang berteriak itu?" tanya ustadzah Qoni.

Dengan santainya Asma mengangkat tangan. Syariffah dan Afiqa yang berada disebelahnya sudah geleng-geleng kepala melihat itu.

"Ayu-ayu kok kelakuane mirip wong edan." Asma melirik seseorang yang ia tak paham berbicara apa sepertinya tengah mengumpati dirinya. Dapat dilihat dari tatapan santriah itu kearahnya.

Asma mendengus. "Apa lo? Syirik? Iri lo sama gue hah?"

"LANJUTKAN MURAJAAH JANGAN SIBUK BERBICARA DENGAN YANG LAIN. UNTUK YANG BERTERIAK TADI SILAHKAN MAJU KE DEPAN!" Ustadzah Qonita dengan tegasnya mengucapkan hal itu.

Syariffah menatap Asma. "Kamu sih As, dipanggil lagi kan tuh sama ustadzah Qoni. Lain kali jangan suka teriak begitu ya?" peringat Iffah. Asma mengangguk patuh.

Sedetik kemudian, Asma mulai berdiri. Gadis dengan mukenah putih yang terdapat renda di bagian wajah itu berjalan angkuh tanpa merasa bersalah menerobos dan merusak barisan santri putri lain yang sedang duduk asik mengaji. Beberapa langkah ia telah sampai dihadapan ustadzah Qonita.

"Kamu lagi?"

"Baru dua kali kalek," beri tahu Asma.

"Sudah saya peringatkan waktu itu, jaga sikapmu. Disini kamu itu masih menjadi santriah baru. Seharusnya kamu dapat mencontoh perilaku baik teman-temanmu disini bukannya berulah terus. Apa tujuanmu berteriak seperti itu tadi?"

Asma menggaruk kepalanya yang terlapis kain. "Telinganya budeg gak sih? Padahal tadi gue udah bilang jelas kalau gue pengen lihat cogan!" Asma nyolot.

"Astagfirullah Asma, jangan berbicara seperti itu kepada yang lebih tua," peringat ustadzah Amira yang berada bersebelahan dengan ustadzah Qonita.

Bisik-bisik mulai terdengar. Banyak santriah lain yang memberikan pendapat jika Asma itu termasuk santriah yang berani melawan ketegasan ustadzah Qoni. Satu-satunya ustadzah yang sering memberi hukuman.

Asma menoleh kearah ustadzah Amira. "Lagian sih suka nyari masalah banget jadi orang. Suka banget ngomel-ngomel gak jelas. Mana sok galak lagi, Asma lebih suka dengar suaranya ustadzah Amira yang sehalus sutra dibanding suara dia," jujur Asma melirik kearah ustadzah Qonita.

"Santri tidak tahu sopan santun," ujar ustadzah Qonita mendapat tatapan nyalang dari Asma.

Dua wanita itu saling tatap menatap dengan tatapan tajam. Terdapat kobaran kebencian didalam mata yang indah itu.

"Jaga ya bicara lo. Gue gak sopan sama lo karena lo yang gak bisa ngehargain gue. Udah main siram aja, lagi tidur juga!"

Keadaan subuh ini kian memanas. Santriah lain sudah banyak yang berhenti murajaah dan memilih melihat tontonan gratis didepan.

AKU, KAMU, DIA DAN PILIHAN TUHAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang